Selasa, 30 Maret 2010

JANGAN MERASA PALING SUCI

”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS, al-Hujurat [49]: 13)

Dua orang laki-laki bersaudara . Mereka sudah yatim piatu sejak remaja. Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap .

Mereka hidup rukun , dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.

Untuk datang ke tempat pengajian, mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah Sang Ustadz. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.

Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, jabatannya naik, dia menjadi kepercayaan sang direktur. Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki. Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.

Lalu sang kakak berdo’a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.

Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo’a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu.

Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah guru mereka.

Suatu saat sang Kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo’a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo’a.

Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, ” Dik, sesungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa. bisa jadi karena hati kita kurang bersih.. “

Sang adik Mengangguk, hatinya terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do’anya tak pernah terkabul.

Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do’a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do’a untuk guru mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir do’anya:

“Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,
Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
didunia dan akhirat.”

Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya. Dia telah salah menilai adiknya. Tak disangka ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya dan ternyata keberhasilan sang kakak tak luput dari ketekunan do’a adiknya.

Sahabat, Kekayaan, kemiskinan, kebaikan, keburukan dan setiap musibah yang menimpa manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya. Itu semua bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga karena kekayaan dan janganlah putus asa karena kemiskinan.

” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah BERITA GEMBIRA KEPADA ORANG-ORANG YANG SABAR, “ (Q.S.Al-Baqoroh 155 ).

Seringkali kita mengukur kedekatan kita kepada Allah SWT adalah karena terpenuhinya segala permintaan duniawi yang sering kita mohonkan dalam do’a-do’a kita.

Cobalah kita lihat orang yang sedang jatuh cinta atau bisa jadi kita sendiri pernah jatuh cinta kepada seseorang. Wajahnya selalu terbayang, canda tawanya serta tingkahnya selalu terkenang. Mau tidur ingat dia, mau makan ingat dia, mau mandi ingat dia bahkan kita sedang sholatpun ingat dia, surat cintanya atau sms nya kita selalu baca berkali-kali dan kita simpan dengan sangat rapi ketika ingat dia kita baca lagi surat cinta atau sms itu, hari-harinya selalu ingin bertemu, tidak ketemu sehari saja rasanya setahun. Padahal belum tentu dia akan menjadi milik kita. Masya Allah.

Pernahkah kita merasakan jatuh cinta kepada Allah ? Dia yang memberi nafas kita setiap detik, memberi berbagai makanan yang kita suka, memberi mata yang dengan itu kita bisa melihat indahnya dunia, memberi tangan yang membuat kita bisa berkarya, memberi kecerdasan yang membuat kita mampu berinovasi dan berkreasi dan memberi segala macam kebutuhan kita tanpa meminta imbalan sedikitpun, adakah semua itu kita rasakan ? mengapa kita tidak jatuh cinta kepadaNYA ? sejauh mana bukti cinta kita kepadanya ?

114 surat cintaNYA seberapa sering kita baca dan kita renungkan ? 114 surat kasihnya adakah pernah kita balas ? Panggilan AdzanNYA sesegera apakah kita menghadap ? tergetarkah hati kita dan gembirakah hati kita ketika mendengar panggilanNYA ? bandingkan dengan kita kalau dipanggil atasan kita atau dipanggil presiden ?

Yach, ada 114 SURAT CINTA yang telah dikirimkan kepada kita dan telah sampai kepada kita, kapan kita akan mau balas ?

http://www.rumah-yatim-indonesia.org

Selengkapnya...

Sifat Jahiliyah

Masa jahiliyah seperti yang pernah terjadi di jazirah Arab belasan abad yang silam memang telah berlalu, namun demikian pada dasarnya pemikiran akan selalu ada dan setiap kaum itu ada pewarisnya. Maka meskipun Abu Jahal dan Abu Lahab serta antek-anteknya telah tiada, akan tetapi tidak menutup kemungkinan gaya dan karakter mereka masih melekat pada sebagian ummat yang hidup di masa ini.

Syaikh Muhammad at-Tamimi, seorang imam dakwah tauhid di masanya, telah menyebutkan lebih dari seratus karakteristik jahiliyah yang kita semua diperintahkan untuk menyelisihinya. Karena keterbatasn tempat maka dalam kesempatan ini hanya kami sebutkan sebagiannya saja. Di antara yang terpenting untuk diketahui adalah sebagai berikut:

1.Syirik Dalam Beribadah

Orang-orang jahiliyah melakukan syirik atau penyekutuan di dalam beribadah dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala. Di samping memohon kepada Allah subhanahu wata’ala mereka juga memohon kepada orang orang shaleh yang telah mati, mereka meminta syafaatnya di sisi Allah dengan persangkaan bahwa Allah dan orang-orang shalih tersebut menyintai hal itu. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, artinya,
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. (QS.Yunus:18).

Di dalam ayat lain disebutkan, artinya,
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (QS.az-Zumar:3)

Kemusyrikan semacam ini merupakan masalah paling besar yang diingkari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau mengajarkan keikhlasan (pemurnian/tauhid) dalam beribadah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan bahwa agama yang beliau bawa adalah agama seluruh rasul, dan Allah subhanahu wata’ala tidak akan menerima kecuali orang yang ikhlas. Juga menjelaskan bahwa siapa saja yang melakukan kesyirikan dengan dasar istihsan (menganggap baik) maka Allah subhanahu wata’ala mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka.

Masalah inilah yang menjadi garis pemisah antara seorang muslim dengan seorang kafir, dan dengan sebab itulah terjadi perseteruan antara tauhid dengan syirik. Dan untuk inilah (memerangi kesyirikan) Allah subhanahu wata’ala mensyari’atkan jihad, sebagaimana difirmankan, artinya,
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.” (QS. al-Anfal:39)

2.Bercerai Berai Dalam Agama

Di antara sifat jahiliyah adalah bercerai berai (tafarruq) dalam agama, sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. 30:31-32)

Demikian pula dalam urusan dunia, mereka juga berpecah belah, dan masing-masing memandang diri mereka yang paling benar. Maka datanglah Islam menyeru untuk bersatu dalam agama, sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, “Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syura:13)

Kita dilarang untuk meniru-niru mereka dan dilarang berpecah belah. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS.Ali Imran:105)

Dalam ayat sebelumnya disebutkan, artinya,
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran:103)

3.Tidak Menaati Ulil Amri

Menurut mereka, menyelisihi ulul amri (pemegang urusan ummat, red) dan tidak menaati mereka merupakan keutamaan dan kemuliaan. Sedangkan mendengarkan dan taat kepada waliyul amri adalah kerendahan dan kehinaan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk mendengarkan dan taat kepada ulul amri,bersabar atas kezhaliman penguasa dan memberikan nasehat kepada mereka. Beliau sangat menekankan itu, menjelaskannya serta mengulang-ulanginya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya,
“Sesungguhnya Allah ridha pada kalian dalam tiga hal; “Jika kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun; Jika kalian berpegang teguh dengan tali Allah dan tidak berpecah belah; dan jika kalian saling memberi nasehat kepada orang yang diserahi oleh Allah untuk memegang urusan kalian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Berbagai problem yang dihadapi manusia baik dalam masalah agama ataupun keduniaan tidak lain disebabkan karena adanya masalah dalam tiga hal ini, atau salah satu dari ketiganya.

3.Membangun Agama di Atas Taqlid

Bahwa agama orang jahiliyah sebagian besarnya dibangun di atas landasan taqlid (ikut-ikutan), dan ini merupakan kaidah terbesar seluruh orang kafir baik yang dulu maupun di masa kini, sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguh nya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguh nya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”. (QS.az-Zukhruf:23)

Dalam ayat lainnya disebutkan, artinya,
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. Mereka menjawab, “(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakan nya”.Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?” (QS. 31:21)

Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang dengan menyerukan firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Katakanlah, “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu.” (QS.Saba’:46)

Juga firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya).” (QS. Al-A’raf:3)

5. Bangga dengan Banyaknya Pengikut

Di antara prinsip yang dipegang olah kaum jahiliyah adalah merasa bangga dan terlena dengan banyaknya jumlah mereka, dan mereka menjadikanya sebagai hujjah atas kebenaran sesuatu. Dan sebaliknya mereka berhujjah bahwa yang batil adalah segala sesuatu yang asing bagi mereka dan sedikit pengikutnya.

6. Mengukur Kebatilan dengan Orang Lemah

Orang jahiliyah menganggap bahwa segala sesuatu yang pengikut nya orang-orang lemah adalah kebatilan. Mereka mengatakan sebagaimana di dalam firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Mereka berkata, “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?”

Mereka juga menggunakan qiyas yang keliru dan mengukur kebatilan dengan kecerdasan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja .” (QS.Hud:27)

Sumber: “Masailul Jahiliyyah Allati Khalafa fiha Rasulullah Ahlal Jahiliyyah” Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. (KM)

Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta’ala, Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.
Semoga Allah Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita. Aamiin

——–
sumber : alsofwah.or.id

Selengkapnya...

Hikmah Shalat Subuh

Menyingkap 1001 Hikmah Shalat Subuh
“Pernah, salah seorang penguasa Yahudi, menyatakan bahwa mereka tidak takut dengan orang Islam kecuali pada satu hal. Ialah bila jumlah jamaah shalat Subuh menyamai jumlah jamaah shalat Jum’at”. “Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya”. Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; dan kalau jelek, maka jeleklah seluruh amalnya. Bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh tepat waktu??

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid)sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim].

Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rekaatnya; hanya dua rekaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit (sampai matahari terbit)
Ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan shalat Subuh. Rasulullah saw telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib, rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur. “Setan melilit leher seorang di antara kalian dengan tiga lilitan ketika ia tidur. Dengan setiap lilitan setan membisikkan, ‘Nikmatilah malam yang panjang ini’. Apabila ia bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian apabila ia shalat, lepaslah lilitan yang ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak, ia akan terbawa lamban dan malas”.

Jawablah dengan jujur :

Ketika Anda harus berangkat keluar kota dengan menggunakan pesawat terbang atau kereta api pada pukul 05:00 pagi, bisakah dengan potensi fisik Anda tiba di bandara atau stasiun tepat pada waktunya? Apakah ada kelonggaran bagi Anda untuk datang terlambat ?
Apabila ada seorang pengusaha yang berjanji akan memberi Anda uang setiap hari pada pukul 05:00 pagi sebesar Rp 1 juta jika Anda dating tepat pada waktunya, apakah Anda akan mendatanginya? Apakah Anda akan beralasan bahwa Anda tidur terlambat, sehingga Anda tidak bisa datang?
Jika Anda benar-benar dapat memenuhi keinginannya, sehingga Anda mendapat Rp 365 juta dalam setahun, lalu keesokan harinya ajal dating menjemput. Bayangkan Anda dibawa dengan keranda menuju liang lahat.
Jika Anda berada di posisi ini, jawablah dengan jujur :
“Apakah Anda senang masuk liang lahat dengan membawa Rp 365 juta, dan tidak melaksanakan shalat Subuh walau sekalipun?”. “Ataukah lebih utama bila Anda masuk liang lahat dengan membawa 365 shalat Subuh, dan Anda tidak bawa uang walau hanya seribu rupiah?”. Jawablah dengan sejujur-jujurnya! Manakah yang lebih kekal dan bermanfaat?.
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]. Allah akan memberi cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah (bagi kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga,Insya Allah. “Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh lima lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”. “Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka - padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka. ‘Bagaimana hamba-2Ku ketika kalian tinggalkan ?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’. ” [HR Al-Bukhari].
Sedangkan bagi wanita - walau shalat di masjid diperbolehkan - shalat di rumah adalah lebih baik dan lebih banyak pahalanya. Ujian yang membedakan antara wanita munafik dan wanita mukminah adalah shalat pada permulaan waktu, yaitu yang mengerjakan shalat Subuh pada saat para pria sedang shalat di masjid.
“Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka” [HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]
Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid. “Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” (QS Huud:81)
Rutinitas harian dimulainya tergantung pada pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia seiring dengan waktu shalat, bukan waktu shalat yang harus mengikuti urusan dunia. “Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad: 7). “Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong agamanya, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa” (QS Al-Hajj:40)

TIPS MENJAGA SHALAT SUBUH :
1. Ikhlaskan niat karena Allah, dan berikanlah hak-hak-Nya
2. Bertekad dan introspeksilah diri Anda setiap hari
3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali
4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh
5. Carilah kawan yang baik (shalih)
6. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal; berwudhu sebelum tidur; miring ke kanan; berdoa)
7. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari
8. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh; tulis dan gantunglah di atas dinding
9. Bantulah dengan 3 buah bel pengingat(jam weker; telpon; bel pintu)
10. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari keluarga Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh, hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah dan terus berdiam diri.

Selengkapnya...

Jumat, 26 Maret 2010

PERDAGANGAN BEBAS MENURUT ISLAM

Pengokohan Dominasi Kaum Neolibertarian
Ditengah kondisi perekonomian nasional yang masih carut marut. Pemerintah tetap ngotot memberlakukan China - ASEAN Free Trade Area (CAFTA) sejak tanggal 1 Januari 2010 lalu. Seperti halnya kebijakan-kebijakan sebelumnya – semacam kebijakan penghapusan subsidi, pengetatan fiskal, reformasi perpajakan, dan privatisasi BUMN—kebijakan pasar bebas tidak lepas dari pro dan kontra. Sebagian orang, terutama kaum neolibertarian, percaya sepenuhnya bahwa pasar bebas berhubungan langsung dengan penciptaan kesejahteraan rakyat.

Perdagangan Bebas dalam Pandangan Islam

Menurut Syeikh Abdul Qaddim Zallum, liberalisasi perdagangan adalah alat negara – negara maju untuk membuka pasar untuk produk-produk manufaktur dan investasi negara-negara maju di negara-negara berkembang. Kebijakan ini tidak hanya memperlemah perekonomian dalam negeri, akibat tidak bisa bersaingnya dengan produk-produk dalam negeri dengan produk-produk impor, tetapi juga akan melarikan kekayaan negara-negara berkembang ke negara-negara maju (efek dependensia). Negara-negara berkembang akan terus menjadi konsumen utama dari komoditas dan investasi negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang semakin sulit untuk membangun fondasi ekonomi yang tangguh akibat ketergantungan besar terhadap negara-negara industri. Dengan demikian negara berkembang tidak akan pernah bergeser menjadi negara industri yang kuat dan berpengaruh.

Atas dasar itu, seorang muslim haram menerima konsep pasar bebas yang dipropagandakan oleh Amerika, China, dan negara-negara industri barat. Pasalnya, kebijakan pasar bebas membuka jalan selebar-lebarnya pada negara-negara kufur untuk menguasai dan mengontrol perekonomian negeri-negeri muslim. Padahal hal tersebut secara tegas dilarang dalam Islam sebagaimana firman Allah SWT:
Allah tidak memperkenankan orang-orang kafir menguasai orang-orang mukmin (QS. An Nisa: 141).

Perdagangan Luar Negeri di Negara Islam

Dalam pandangan ekonomi politik islam, perdagangan luar negeri dikontrol sepenuhnya oleh negara dan ditujukan untuk memperkuat stabilitas politik dalam negeri, dakwah Islam dan perekonomian dalam negeri. Kontrol Negara dalam perdagangan luar negeri mutlak diperlukan, sebab faktor yang diperhatikan dan diaturdalam perdagangan luar negeri bukanlah komoditas yang diperdagangkan antara dua negara, tetapi pemilik komoditas atau negara asal dari komoditas tersebut. Pandangan ekonomi politik seperti ini didasarkan pada sebuah anggapanbahwa perdagangan luar negeri harus mengikuti hukum Islam yang mengatur interaksi Negara Islam dengan negara-negara lain (kafir). Atas dasar itu, perusahaan atau warga Negara Islam tidak boleh melakukan perdagangan luar negeri secara langsung tanpa sepengetahuan dan izin dari Negara Islam tersebut.

Dalam pandangan politik Islam, seluruh negara yang berada di luar Negara Islam adalah negara kafir yang wajib diperangi (kafir harbi). Negara kafir harbi dibagi menjadi 2 macam yaitu, pertama kafir harbi fi’l[an] dan kafir harbi hukm[an]. Negara kafir harbi hukm[an] adakalanya membuat perjanjian dengan Negara Islam (kafir mu’ahid) dan adakalanya meminta perlindungan kepada Negara Islam (kafir musta’min). Klasifikasi seperti ini mutlak dilakukan untuk menetapkan ketentuan hukum perdagangan luar negeri dengan mereka.

Adapun ketentuan perdagangan luar negeri Negara Islam dapat dipilah menjadi 2, yakni yang behubungan dengan: ekspor komoditas ke luar negeri dan impor komoditas dari dalam negeri.

Berhubungan dengan ekspor komoditas keluar negeri, ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. Warga negara Muslim atau kafir dzimmi (orang kafir yang menjadi warga negara dalam Negara Islam) dilarang menjual persenjataan, sistem komunikasi alat-alat berat dan strategis lain kepada negara, perusahaan, atau warga negara negara kufur jika komoditas tersebut digunakan untuk memerangi Negara Islam. Adapun barang-barang yang tidak strategis semacam makanan, pakaian, perabotan, souvenir, dsb maka seorang Muslim atau kafir dzimmi dibolehkan menjualnya ke negara kafir. Namun jika ketersediaan komoditas-komoditas tersebut amat sedikit di dalam negeri dan akan membahayakan ketahanan ekonomi Negara Islam maka negara melarang warga negaranya, baik Muslim maupun kafir dzimmi, menjualnya ke negara kafir.

2. Perdagangan luar negeri dengan negara kafir harbi fi’l[an],yakni negara kafir yang memiliki hubungan permusuhan dan peperangan secara langsung dengan Negara Islam, adalah haram. Terhadap negara seperti ini, negara tidak akan mengizinkan warga negara maupun perusahaan-perusahaan yang berada di dalam Negara Islam untuk melakukan perdagangan luar negeri dengan negara kafir harbi fi’l[an], apapun komoditasnya. Pasalnya, melakukan perdagangan luar negeri dengan negara-negara harbi fi’l[an] termasuk dalam ta’awun yang dilarang.

Adapun ketentuan yang berhubungan dengan impor komoditas dari luar negeri dapat dirinci sebagai berikut:

1. Negara mengizinkan kaum Muslim dan kafir dzimmi untuk mengimpor komoditas dari negara-negara kafir. Terhadap kafir mu’ahid, yakni orang kafir yang negaranya menjalin perjanjian dengan Negara Islam, maka mereka akan diperlakukan sesuai dengan butir-butir perjanjian tersebut, baik yang menyangkut komoditas yang mereka impor dari Negara Islam, maupun komoditas yang mereka ekspor ke Negara Islam. Hanya saja, mereka tetap tidak boleh mengimpor persenjataan dan alat-alat pertahanan strategis dari Negara Islam. Namun, orang kafir yang mmbuat perjanjian dengan Negara Islam (kafir mu’ahid) dibolehkan memasukkan komoditas perdagangannyan ke dalam Negara Islam.

2. Terhadap negara kafir harbi fi’l[an], tidak ada hubungan perdagangan dengan mereka. Yang ada adalah hubungan perang. Atas dasar itu, kaum Muslim diperbolehkan merampas harta mereka atau memerangi mereka di manapun mereka dijumpai.

3. Kafir harbi tidak dibolehkan masuk ke wilayah Negara Islam, kecuali ada izin masuk dari negara. Jika mereka masuk tanpa izin, mereka diperlakukan sebagaimana halnya kafir harbi fi’l[an], yakni harta dan jiwa mereka tidak mendapat perlindungan.
Dari uraian diatas dapat disimpulakn bahwa perdagangan luar negeri Negara Islam dikontrol sepenuhnya oleh negara. Warga Negara Islam, baik Muslim maupun non-Muslim, dilarang melakukan perdagangan luar negeri dengan negara kafir, tanpa sepengetahuan dan seizin Negara Islam. Atas dasar itu, diperbatasan wilayah-wiayah Negara Islam dengan negara kafir, harus ada pengawas (mashalih) yang bertugas memantau lalu
lintas orang yang masuk dan keluar dari Negara Islam.

Proteksionisme

Pada dasarnya proteksionisme adalah politik perdagangan luar negeri yang dianut ekonom kapitalis. Teori ini mengharuskan keterlibatan negara unruk mewujudkan apa yang disebut keseimbangan neraca perdagangan luar negeri. Kebijakan ini ditujukan untuk mempengaruhi neraca perdagangan (balance of trade) dan memecahkan masalah kelemahan ekonomi nasional.

Dalam konteks tertentu, Negara Islam juga melakukan sejumlah proteksi untuk melindungi stabilitas ekonomi. Hanya saja, proteksi yang dilakukan oleh Negara Islam tidak sama dengan yang dilakuan oleh negara kapitalis. Proteksi yang dilakukan Negara Islam tidak ditujukan untuk melindungi stabilitas ekonomi saja, tetapi juga ditujukan untuk mewujudkan stabilitas politik dan tugas meyebarkan risalah Islam keseluruh dunia.

Disisi lain, kebijakan proteksi yang dianut Negara Islam selalu sejalan dengan prinsip kesetaraan dan keadilan dalam interaksi dengan negara-negara kafir. Misalnya, jika negara kafir mengenakan tarif 20% atas komoditas-komoditas kaum Muslim yang masuk ke negara merek, maka Negara Islam juga akan mengenakan tarif yang sama terhadap komoditas-komoditas mereka yang masuk ke Negara Islam.

Adapun mengenai cukai (tarif) yang dikenankan atas komoditas perdagangan yang keluar masuk di wilayah Negara Islam tentu berbeda dengan cukai yang dipraktikkan pada perdagangan luar negeri sekarang. Cukai diperkenakan kepada pelaku perdagangan dari negara kafir. Adapun pelaku perdagangan dari warga Negara Islam, baik Muslim maupun non-Muslim, maka sama sekali tidak boleh ada cukai, baik komoditas yang mereka ekspor maupun mereka impor ke negara kafir. Penetapan tarif cukai atas orang-orang kafir ditentukan berdasarkan prinsip kesetaraan dan keseimbangan seperti diatas.
Strategi Negara Islam untuk Memperkuat Produsen Dalam Negeri

Strategi Negara Islam untuk memperkuat produsen dalam negeri adalah sbb:

1. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mempermudah aktivitas perekonomian di dalam negeri, mulai dari penyediaan transportasi yang handal, manufaktur, telekomunikasi, gudang, serta sarana-sarana penting lainnya.

2. Memberlakukan undang-undang anti hak paten atau royalti atas penggunaan penemuan-penemuan baru dibidang sains dan teknologi. Undang-undang ini dibuat untuk mempercepat terjadinya transfer teknologi dan skill di selururuh kawasan Negara Islam sehinggan akan meningkatkan kemampuan dan kualitas produksi dalam negeri.

3. Memberlakukan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk-produk manufaktur yang membahayakan manusia dan merusak lingkungan. Kaedah Ushul Fiqh menyatakan adh-dhararu yuzalu (bahaya itu harus dihilangkan). Dengan sanksi ini, standar manufaktur dan produk akan selalu terkontrol dan terpellihara sehingga memiliki kualitas yang sangat tinggi.

4. Menyediakan modal dan pinjaman tanpa bunga bagi kegiatan-kegiatan perekonomian dalam negeri. Dengan itu niscaya pertumbuhan ekonomi dalam negeri bisa dipacu secara maksimal. Apa lagi sistem moneter yang digunakan Negara Islam adalah sistem moneter yang berbasis emas dan perak, yang memungkinkan terciptanya kestabilan pada sektor fiskal. Jika ini terjadi, dunia usaha di dalam negeri khilafah akan bergerak stabil dan ekspansinya akan tumbuh secara maksimal.

5. Menjaga mekanisme pasar di dalam negeri dengancara menjaga pasar dari praktik-praktik yang bisa mengguncang stabilitas pasar semacam penimbunan, penipuan, riba, pungli, dsb. Negara tidak akan intervensi dengan cara menetapkan harga dengan alasan untuk melindung konsumen atau produsen. Cara yang ditempuh negara untuk menstabilkan harga pasar bukan dengan cara tasy’ir (penetapan harga).

6. Menciptakan stabilitas politik dan keamanan dalam negeri dengan menerapkan sanksi-sanksi keras terhadap siapa saja yang berusaha menciptakan instabilitas di dalam negeri.

7. Negara Islam berusaha keras untuk tidak melakukan hutanga dan penarikan investasi luar negeri. Selain justru memperlemah perekonomian dalam negeri, hutang dan investasi luar negeri sering dijadikan alat oleh negara-negara kafir untuk mendikte negara-negara penghutang.

8. Mengelola dan mengatur sepenuhnya asset-asset milim umu secara profesional demi kemakmuran rakyat. Negara tidak akan melakukan privatisasi pad asset-asset strategis yang menjadi hajat hidup orang banyak.

Dengan strategi inilah, produsen dalam negeri akan terlindungi, dan mampu menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri. WaLlahu a’lam bi ash-shawab.


Sumber
http://mentaririsahdieni.dagdigdug.com

Selengkapnya...

::Tanda Kekafiran::

Oleh: Muhammad Rahmat Kurnia |

Riddah. Itulah kata yang terkait dengan tanda kekafiran yang ada dalam diri seorang Muslim. Riddah menurut bahasa berarti kembali ke jalan tempat ia sebelumnya datang. Sedangkan, menurut istilah syara, riddah bermakna kembalinya seorang Muslim dari Islam kepada kekufuran (ruju’ al-muslim ‘an al-islam ila al-kufri). Karenanya, berbicara masalah tanda kekafiran sebenarnya sedang berbicara tentang tanda riddah (Syarh Kitab at-Tawhid, Abdullah bin Muhammad al-Ghaniman, Jilid 130, hal. 7). Makna ini dapat dipahami di antaranya dari Alquran surat al-Baqarah:217, al-Maidah:4, dan an-Nahl:109.

Allah SWT memberitakan tentang adanya orang yang keluar kepada kekufuran setelah sebelumnya beriman (TQS. Muhammad:25, at-Tawbah: 65-66 dan 74). Bahkan, sepeninggal Rasulullah SAW ada yang kembali kepada kekufuran dengan menolak kewajiban mengeluarkan zakat, atau mengingkari kenabian Muhammad SAW dengan dalih Nabi tidak mungkin mati. Mereka adalah orang-orang yang belum menghunjam keimanan dalam dadanya. Para sahabat pun bersikap tegas terhadap mereka hingga mereka kembali kepada Islam. Melihat hal ini bukan hal aneh apabila ada di antara umat Islam yang memiliki tanda-tanda riddah dalam dirinya. Yang penting, siapa pun perlu memahaminya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Na’udzu billah min dzalik.

Dalam kitab Mafahim Aqidah Fil Islam, ad-Dimyati menyebutkan bahwa tanda-tanda kekufuran dapat terjadi dalam ucapan, perbuatan, dan keyakinan (i’tiqad). Hanya saja, terkait dengan i’tiqad tidak dapat diketahui secara lahiriah kecuali bila ia menunjukkannya dalam ucapan atau perbuatan. Berdasarkan hal ini, tidak mungkin kita menghakimi bahwa ia benar-benar telah kufur dalam i’tiqad kecuali apabila benar-benar secara lahir telah tampak kekufurannya.

Banyak tanda-tanda kekufuran itu. Di antaranya, pertama, mendustakan ajaran Islam baik ajaran yang terdapat dalam Alquran maupun yang dijelaskan dalam sunnah Rasulullah SAW (Ta’liqat ‘ala syarhi lum’atu al-I’tiqad, As-Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi, Juz 1, hal. 23). Hal ini diantaranya ditegaskan dalam surat al-Insyiqaq ayat 21-22. Termasuk di dalamnya ragu terhadap akidah Islam, serta ragu terhadap perkara yang qath’i (pasti). Misalnya mengatakan Allah SWT mempunyai sekutu, Alquran itu bukan kalamullah, hukum Allah itu tidak ada, dll. Termasuk juga di dalamnya ingkar terhadap perkara-perkara yang diatur Islam seperti ingkar terhadap shalat dengan mengatakan bahwa shalat itu sekadar masalah social acceptance (penerimaan sosial), bukan kewajiban. Juga, mengingkari kewajiban zakat, puasa, haji, kewajiban jihad, keharaman khamr, judi, zina dan sebagainya.

Kedua, menjadikan manusia sebagai pembuat hukum. Hukum digali bukan dari hukum Allah yang ada dalam ajaran Islam, melainkan digali dari pikiran dan logika manusia itu sendiri. “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhukum kepada thaghut padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya“ (TQS. An-Nisaa:60). Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya menyebutkan ”Ayat ini diturunkan saat kaum munafik tidak mau berhukum kepada Rasulullah melainkan kepada penguasa jahiliyah (hukkam al-jahiliyah), yakni Ka’ab al-Asyraf. Ayat ini secara umum merupakan pengingkaran dari Allah SWT terhadap keimanan seseorang yang berhukum pada selain apa yang diturunkan dalam Alquran dan as-Sunnah” (Tafsir Alquran al-’Azhim, Juz 2, hal. 88). Hal senada disebutkan juga dalam surat Lukman:21, an-Nur:51, dan an-Nisa:65.

Ketiga, membenci sesuatu yang ada dalam ajaran Islam. ”Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Alalah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (yaitu Al-Qur’an) lalu Allah menghapus pahala amal-amal mereka.” (TQS. Muhammad 8-9). Makna ‘benci kepada apa yang diturunkan Allah’ adalah ‘mereka tidak menghendakinya dan tidak menyukainya’ (Tafsir Alquran al-’Azhim, Juz 7, hal. 310). Imam Ath-Thabari menegaskan, ‘Mereka membenci kitab Kami yang telah Kami turunkan kepada Nabi Kami Muhammad SAW, anti terhadapnya, seraya mendustakannya, dan mengatakan ini sihir yang nyata’ (Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Alquran, Juz 22, hal. 162). Sesungguhnya membenci Rasulullah atau apa yang berasal dari Allah dan shahih dari Rasulullah termasuk tanda riddah yang dapat mengeluarkannya dari Islam (Al-Mufashol fi Ahkam al-Hijrah, Ali Ibn Nayif asy-Syuhud, Juz 4, hal. 106). Benci terhadap jilbab sebagai ajaran Islam, kriminalisasi poligami sebagai penolakan hukum yang dibolehkan Islam, kriminalisasi janggut, pernyataan ‘Islam adalah ideologi setan (evil ideology)’, benci terhadap syariat Islam termasuk menolak peraturan daerah yang dianggap berasal dari syariat Islam, kalau syariat Islam diterapkan maka yang pertama kali menjadi korban adalah perempuan, hukum Islam diskriminatif, hukum rajam/potong tangan itu kejam, kembali kepada syariat Islam berarti kembali ke abad 2 H, dll termasuk tanda-tanda yang dapat menjerumuskan pelakunya kedalam kekufuran.

Keempat, iman kepada sebagian ajaran Islam dan kufur terhadap sebagian lainnya. Misalnya, paham sekulerisme. Paham ini mengakui ajaran Islam dalam masalah ritual seperti shalat, zakat, haji, puasa, dll tetapi menolak hukum Islam mengatur masalah sosial, politik, ekonomi, dan persoalan publik lain. Lalu, untuk mengisi kekosongan hukum dalam masalah publik dibuatlah hukum lain yang bukan berasal dari Islam. ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan RasulNya dan bermaksud meperbedakan antara Allah dan RasulNya dengan mengatakan, “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain) serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kufur). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan” (TQS. An-Nisaa:150-151). Imam Ath-Thabari menuliskan, ‘Mereka mengatakan ”kami mengimani ini tapi mengingkari yang itu”. Lalu, mereka menjadikan jalan menuju kesesatan yang mereka buat-buat dan bid’ah yang mereka ada-adakan. Namun demikian, mereka tetap mengaku-aku beriman. Padahal, Allah menegaskan Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya’ (Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Alquran, Juz 9, hal. 353).

Kelima, menjadikan orang-orang kafir sebagai wali (TQS. Ali ‘Imran: 28; an-Nisa: 139, 144; al-Maidah: 51, 57, 81). Di antara penampakan perwalian terhadap kaum kafir adalah menjadikan mereka sebagai pemberi bantuan dan pertolongan atas kaum Muslim, serta pujian kaum Muslim kepada kaum kafir. Ini bertentangan dengan Islam serta termasuk dalam salah satu sebab terjadinya riddah (al-Irsyad Ila Shahih al-I’tiqad, hal. 351). Kedudukan sebagian orang yang berada pada pihak negara-negara kafir dalam menghadapi kaum Muslimin serta membantu mereka dalam melawan kaum Muslim menjadikan pelakunya sebagai bagian dari kaum kafir itu sendiri. Hal ini bentuk kekufuran yang bertentangan dengan millah Islam (Al-Mufashol fi Ahkam al-Hijrah, Ali Ibn Nayif asy-Syuhud, Juz 5, hal. 145).

Keenam, menyerukan paham-paham yang bertentangan dengan Islam. Misalnya, menyerukan sekulerisme, pluralisme, liberalisme, demokrasi, HAM ala Barat, kesukuan, wathoniyah (nasionalisme, kebangsaan), dll. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak termasuk golonganku oang yang mengarah pada ashobiyah (golongan) dan tidak termasuk golonganku orang yang berperang karena ashobiyah dan tidak termasuk golonganku orang yang mati karena ashobiyah” (HR. Dawud).

Masih banyak tanda-tanda yang dapat menjerumuskan seseorang kepada kekufuran. Hal terpenting adalah siapapun umat Muhammad SAW berkewajiban menghindari dan membuang jauh-jauh tanda-tanda tersebut. Semoga kita terselamatkan dari hal berbahaya tersebut

[Mediaumat.com]


Selengkapnya...

Nafais Tsamarat: Allah Memuliakanmu dengan Islam

Abu Ubaidah menasihati ‘Umar: Wahai Amir al-Mu’minin, Anda akan bertemu dengan para pemuka masyarakat, sementara apa yang tampak (pada penampilan Anda) kurang bagus.

Amir al-Mu’minin, Umar bin Khatthab, balik menasihati Abu Ubaidah al-Jarrah: Allah telah memuliakan kamu dengan Islam, maka kalau kamu mencari kemuliaan pada yang lain, pasti Dia akan menghinakan kamu
– Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, 138.


Selengkapnya...

Cerdas Memahami Diri Sendiri (Kecerdasan Intrapersonal)

Apa artinya cerdas memahami diri sendiri? Untuk memahaminya, pertama-tama jawablah beberapa pertanyaan berikut:

* Apakah kamu lebih suka bekerja sendiri dibanding bekerja kelompok?
* Apakah kamu suka menetapkan serta meraih sasaran-sasaran pribadimu?
* Apakah kamu menjunjung tinggi hal-hal yang kamu percayai (yakini), meskipun tidak populer?
* Apakah kamu tidak terlalu mengkhawatirkan apa kata orang?
* Apakah kamu mengetahui bagaimana perasaanmu dan mengapa demikian?
* Apakah kamu suka meluangkan waktu merenungkan hal-hal yang kamu anggap penting?
* Apakah kamu menyadari di bidang apa kamu memiliki kelebihan dan kekurangan?
* Apakah kamu senang membuat catatan harian atau menulis jurnal?
* Apakah kamu suka menuliskan ide-idemu, kenangan, perasaan, atau sejarah pribadimu?
* Apakah kamu sadar akan siapa kamu?
* Apakah kamu memikirkan tentang masa depanmu dan ingin menjadi apa kamu suatu hari nanti?

Nah, kalau kamu menjawab ya untuk pertanyaan mana pun di atas, kamu baru saja mengidentifikasi beberapa indikator bahwa kamu seorang yang cerdas memahami diri sendiri. Selamat! Congratulation! Itu adalah awal atau gerbang untuk membangun dirimu.

Mengapa demikian.. Let’s talk about it..

Kalau kamu cerdas memahami diri sendiri, kamu mengenal dirimu sendiri. Kamu tahu benar siapa kamu dan apa yang mampu kamu lakukan. Kamu sadar akan perasaan-perasaanmu, dan kamu memahami dirimu lebih dari siapapun. Kamu dapat menetapkan sasaran-sasaran pribadimu, merenungkannya, dan belajar dari pengalamanmu di masa lalu. Kamu memahami kekuatan-kekuatan serta kelemahanmu, dan dapat memahami serta menerima berbagai perasaan yang muncul dalam dirimu setiap harinya.

Orang yang cerdas memahami diri sendiri, mengenal baik dirinya. Mereka lebih dapat membuat pilihan-pilihan yang cerdas dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin tidak akan terlalu terpengaruh oleh tekanan sesama, karena mereka tidak terlalu peduli apa kata orang tentang mereka dan tidak mau melakukan hal-hal yang menghalangi mereka dalam meraih sasaran-sasaran mereka.

Berikut adalah contoh mereka yang menggunakan kecerdasan memahami diri sendiri,

Sahabat terbaik Jane sangat ingin mengikutin kegiatan drama musical di sekolah. Tetapi ia tidak mau melakukannya sendirian dan memohon Jane untuk ikut juga. Toh, Jane mempunyai suara yang indah. Tetapi Jane tidak mau, karena ia tahu bahwa ia terlalu gugup kalau bernyanyi di depan orang banyak; lagipula, ia ingin menggunakan waktu sepulang sekolah untuk meningkatkan permainan sepak bolanya. Jane tahu apa yang terbaik baginya dan tidak tunduk pada tekanan dari luar dirinya. Tetapi ia mengatakan bahwa ia akan dengan senang hati menonton latihan temannya itu dan memberikan semangat.

Teman-teman John sedang mengganggu seorang anak di arena bermain karena anak tersebut tidak terlalu pandai dan agak pemalu. Teman-teman John itu kemudian mengolok John juga karena ia tidak mau ikut mengganggui anak itu. John malah mulai membela anak itu karena ia anggap perbuatan teman-temannya itu tidak benar. Walaupun ia tahu teman-temannya mungkin tidak mau berteman dengannya lagi, John tetap memutuskan untuk melakukan apa yang ia anggap benar.

Jadi, bagaimana Jane dan John menunjukkan kecerdasannya memahami diri sendiri? Jane menyadari kekuatannya (sepak bola dan suara yang indah), kelemahannya (ketakutannya tampil di depan banyak orang), dan sasarannya (hasrat untuk meningkatkan permainan sepak bolanya). Ia menolak tekanan pihak luar untuk melakukan apa yang dirasanya tidak pas untuknya. John membela apa yang ia yakini meskipun itu membuatnya dijauhi teman-temannya.

Bisa dikatakan, Kecerdasan Memahami Diri Sendiri adalah persoalan pengenalan diri. Percaya atau tidak…, mengenal diri sendiri itu lebih penting dari kecerdasan apapun? Kenyataannya memang demikian, cerdas memahami diri sendiri adalah kunci. Kalau kamu mengenal siapa dirimu dan masa depan seperti apa yang kamu inginkan, kamu akan lebih dapat melaksanakan hal-hal yang telah kamu tetapkan. Satu lagi, kalau kamu cerdas memahami diri sendiri, kamu akan lebih mudah membangun intelijensi-intelijensimu yang lain.

Apakah manfaat Kecerdasan Memahami Diri Sendiri untukmu?

* Kamu bisa menggunakannya untuk belajar dari kesalahan atau dari suksesmu di masa lalu, sehingga kamu bisa memanfaatkan intelijensimu yang lainnya dengan sebaik-baiknya.
* Kamu bisa menetapkan sasaran-sasaran masa depanmu.
* Kamu bisa memahami perasaan-perasaanmu dan mengekspresikannya dengan cara-cara yang sehat.

Mengenal Diri Sendiri

Pengenalan diri adalah sebuah tantangan berkesinambungan. Itu juga yang menjadikannya menyenangkan. Mengenal diri adalah perkara menjelajahi siapa kamu: apa yang kamu suka, apa yang tidak kamu suka, apa yang kamu inginkan, apa yang kamu rasakan, apa yang kamu percayai, apa yang kamu bela, dan apa yang menurutmu bisa kamu berikan pada dunia.

Semua manusia, di setiap saat, senantiasa bertumbuh, mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, mempelajari hal-hal baru dan terus berubah luar dan dalam. Pengenalan diri seperti ini membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Pengenalan diri dimulai dengan evaluasi diri, yaitu introspeksi terhadap diri dan kehidupanmu. Ajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu: Apa kualitas terbaikku? Apa yang baik bagiku dan hal apa yang harus aku tingkatkan? Apa harapan dan impianku? Apa yang membuatku bahagia? Apa yang ingin benar-benar aku pelajari? Sasaran-sasaran jangka pendekku? Sasaran-sasaran jangka panjang? Apa yang telah kupelajari dari masa lalu? Bagaimana perasaanku sekarang dan mengapa? Bagaimana mengekspresikan perasaan-perasaanku? Hal-hal apa yang aku percayai, mengapa? Apa yang sungguh-sungguh kupedulikan, mengapa? Siapa yang benar-benar penting bagiku, mengapa? Adakah hal-hal yang ingin kuubah di dunia ini, atau di lingkunganku, atau dalam kehidupanku? Apakah aku memperhatikan bagaimana perasaanku tentang berbagai hal, kegiatan, dan orang?

Ada banyak pertanyaan lain yang dapat kamu ajukan. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak ada habis-habisnya. Pikirkanlah jawabannya… Atau kamu bisa menuliskan jawaban-jawabannya pada catatan harian atau jurnalmu, agar dapat lebih seksama memikirkannya. Ajukan juga pertanyaan-pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda –sebulan lagi, enam bulan lagi, atau di awal tahun. Sebagian jawabanmu mungkin saja berubah.

Setelah kamu memikirkan semua jawabannya, kamu akan menemukan betapa kaya kehidupan batiniahmu. Segala yang kamu sadari, kenangan tertentu, ide tertentu, sensasi, persepsi, angan-angan dan apapun yang kamu temukan dalam proses introspeksi ini, itulah kekayaan batiniahmu. Ibarat samudera yang paling dalam, besar, dan kaya, penuh dengan kehidupan, dan segala macam hal yang bisa kamu kagumi. Kehidupan batiniahmu bisa menjadi sumber ide, impian, inspirasi, jawaban dan kreativitas. Bagi kita yang beragama tentunya, agama telah mengajarkan dan mengutamakan nilai Kecerdasan Memahami Diri Sendiri ini.

Sisihkan waktu tertentu secara berkala untuk menyendiri. Itu akan sangat membantu menjelajahi kekayaan batinmu. Gunakan waktu kesendirianmu itu untuk berkhayal, berpikir, menulis, menggambar, berjalan, mengerjakan hobi, atau kegiatan apapun yang membantumu mengembangkan kecerdasan memahami dirimu.

Orang yang cerdas memahami diri sendiri biasanya seorang yang mandiri. Mereka suka mengerjakan segalanya sendirian dan menikmati kesendirian mereka. Mandiri itu baik, karena itu berarti kamu menghargai pemikiran serta idemu sendiri. Tapi terkadang cara berpikir orang yang mandiri seperti itu bisa mengejutkan orang lain. Orang mungkin tidak langsung memahami kamu atau sasaran-sasaranmu. Tidak ada salahnya kalau impian dan sasaranmu berbeda dari orang lain. Kalau kamu mmpunyai impian atau ide yang istimewa, perhatikan itu dan lihatlah ke mana itu membawamu. Yakinlah bahwa Kecerdasan Memahami Diri Sendiri akan membawamu ke berbagai tempat dalam kehidupanmu.

Memahami Perasaan-perasaanmu

Apa yang sedang kamu rasakan saat ini? Aneh? Tidak bisa konsentrasi? Bersemangat? Khawatir? Atau yang lainnya. Indikator penting dari Kecerdasan Memahami Diri Sendiri adalah menyadari serta memahami perasaan-perasaanmu. Hal ini bisa membantumu merasa lebih baik dan lebih memahami segala yang terjadi dalam kehidupanmu. Memahami perasaanmu menjadikan kamu bisa menyikapinya dengan baik, sehingga perasaan yang positif (senang, sukses meraih sasaran) bisa kamu manfaatkan sebaik-baiknya dan perasaan yang negative menjadi lebih mudah ditangani.

Ilustrasi :

Emosi mana saja dari yang berikut ini yang kamu rasakan seharian ini…

“PERCAYA DIRI. MALU-MALU. SHOCK. KESEPIAN. CEMAS. BOSAN. TERKEJUT. CEMBURU. MALU. HATI-HATI. SENANG. PUSING. MARAH. KETAKUTAN. DAMAI. AGRESIF. BANGGA. FRUSTRASI. MAWAS DIRI. BERANI. TERTEKAN. BERSALAH. CURIGA. SERAKAH. BERSEMANGAT. PEDULI. MENGASIHI. ANEH. INGIN TAHU. AMAN.”

Renungkanlah dimana dan kapan kamu merasakan emosi-emosi tersebut? Adakah emosi yang sering kamu rasakan yang tidak terdaftar di atas? Apa saja?

Nah, pertanyaannya, mengapa merenungkan perasaan itu penting? Karena, dengan memahaminya, itu bisa membantumu mengekspresikannya. Dan mengekspresikannya bisa membantumu menanganinya. Umpamanya, kalau kamu bersemangat, kamu bisa menemukan cara-cara untuk membuat orang lain bersemangat juga. Kalau kamu sedang patah semangat, kamu bisa mempertimbangkan apa yang dapat kamu lakukan untuk membuatmu merasa lebih baik: berbicara kepada seorang teman, menulis jurnal, menghabiskan waktu di luar, atau apa pun yang menurutmu bisa menjadikanmu lebih baik.

Kalau kamu bisa memahami perasaanmu, kamu juga akan lebih bisa memahami perasaan sesamamu. Ketika kamu bertanya pada dirimu, “Bagaimana perasaanku seandainya hal ini terjadi padaku?”, kamu sedang menggunakan Kecerdasanmu Memahami Diri Sendiri untuk menunjukkan empati. Empati membantumu lebih damai dengan sesama.

Banyak orang marah, frustrasi, ketakutan, atau gelisah, dan mereka bahkan tidak mengetahuinya! Mereka terus saja merasa tidak enak tanpa mengetahui alasannya dan tidak bisa berbuat banyak tentang hal itu. Jika kamu pandai mengenali apa yang kamu rasakan dalam hati, akan lebih mudah bagimu mengenal perasaan-perasaan negative tersebut. Dan tentu saja itu memudahkanmu untuk menangani emosi-emosi tersebut tanpa melampiaskannya terhadap sesama atau membiarkan perasaan-perasaanmu menghambat impian serta sasaranmu.

Orang Yang Cerdas Memahami Diri Sendiri tahu bagaimanan cara menggunakan “peralatan” emosional mereka atau hal-hal yang dapat membantu mereka menangani situasi-situasi sulit untuk merasa lebih baik.

Ada banyak peralatan/hal yang bisa kamu gunakan/lakukan untuk membantumu memahami serta menangani emosi-emosimu. “Peralatan” yang berbeda-beda ini bisa efektif pada saat yang berbeda-beda.

Apa sajakah hal-hal tersebut? Ini dia… Menulis jurnal. Berolahraga. Menemukan seseorang kepada siapa kamu bisa berbicara. Melakukan sesuatu yang kreatif. Bermurah hati terhadap diri sendiri. Pergi ke tempat sunyi jika sedang perlu menenangkan diri atau merenungkan sesuatu. Mengetahui kapan kamu membutuhkan pertolongan orang dewasa dan di mana. Mempelajari latihan relaksasi atau meditasi. Gunakan apa yang membuatmu nyaman ketika kamu membutuhkannya.

Meraih Sasaran-sasaranmu

Cerdas Memahami Diri Sendiri adalah kunci sukses terbesar. Cerdas Memahami Diri Sendiri menuntunmu pada penemuan-penemuan tentang dirimu. Penemuan-penemuan diri ini bisa membantumu belajar “lebih cerdas” seumur hidupmu. Bisa membangun kekuatan-kekuatanmu serta meningkatkan kelemahan-kelemahanmu, inilah yang dimaksud Cerdas Memahami Diri Sendiri. Jika kamu bisa mengasah intelijensi ini dengan baik, kamu bisa membangun diri yang lebih baik.

Mau tahu cara terbaik untuk meningkatkan kehidupanmu dan meraih masa depan lebih cerah? Salah satu caranya adalah dengan menetapkan sasaran (dan tentu saja meraihnya!).

Luangkanlah waktu sejenak untuk menggunakan Kecerdasanmu Memahami Diri Sendiri sekarang juga. Renungkanlah kemana kamu menuju dalam kehidupan ini. Apa yang ingin kamu perbuat tahun depan? Bagaimana dengan setahun setelah itu? Bagaimana dengan lima tahun lagi, atau 10 tahun lagi? Mungkin kamu tidak perlu merencanakan semuanya sekarang juga. Tetapi setidaknya kamu bisa mulai lebih sering memikirkannya. Masa depanmu tergantung kepadamu sendiri, dan menetapkan sasaran akan membantumu untuk sampai ke sana.

Hal-hal yang perlu kamu perhatikan dalam menulis sasaran-sasaran itu adalah: Mulailah dengan menetapkan sasaran yang lebih kecil (jangka pendek). Setelah sukses dengan sasaran-sasaran kecil, kamu akan lebih percaya diri untuk menghadapi sasaran-sasaran yang lebih besar dan menantang; Tetapkan sasaran untuk hal-hal yang benar-benar kamu pedulikan; Pastikan sasaran-sasaranmu itu realistis. Kalau sasaran-sasaranmu terlalu besar untuk diraih sekarang, lakukanlah secara bertahap; Sasaran itu hendaknya menantang, mendorongmu untuk bertumbuh dan belajar. Kalau sasaranmu terlalu mudah, kamu melewatkan peluang untuk merasakan kepuasan ketika meraihnya. Tetapi ketika kamu berhasil meraih sasaran yang kamu upayakan dengan kerja keras, kepercayaan dirimu akan meningkat; Tetapkan sasaran-sasaranmu dengan spesifik. Jabarkan sebuah sasaran menjadi langkah dan tindakan-tindakan yang perlu kamu ambil, termasuk kapan kamu ingin meraih sasaranmu itu serta cara-cara kongkrit untuk meraihnya.

Gunakan sasaran-sasaranmu untuk membantumu meraih impian-impianmu. Terkadang orang yang Cerdas Memahami Diri Sendiri mempunyai impian yang belum tentu dipahami (mungkin malah diolok) oleh orang di sekeliling mereka. Mungkin kamu mempunyai ide tentang suatu penemuan baru untuk mendaur ulang sampah menjadi enerji atau kamu ingin menulis buku paling laris. Mewujudkan penemuan tersebut atau menulis buku tersebut mungkin tampaknya kecil kemungkinannya tercapai sekarang, tetapi itu adalah impian yang bisa kamu cita-citakan, terlepas dari apa kata orang. Banyak orang yang Cerdas Memahami Diri Sendiri meraih hal-hal yang mengagumkan karena mereka percaya kepada diri sendiri.

Tetapi.., bagaimana seandainya kamu tidak bisa meraih sasaran-sasaran yang telah kamu tetapkan? Bagaimana seandainya kamu sudah berusaha keras tetapi tidak meraih persis seperti yang kamu inginkan? Ketika kamu tidak berhasil meraih sebuah sasaran, janganlah bersikap terlalu keras terhadap dirimu. Ambillah waktu untuk merenungkan sasaranmu dan mengapa kamu tidak meraihnya.

Suatu bagian yang sangat penting dari Kecerdasan Memahami Diri Sendiri adalah menggunakan pemahaman dirimu untuk meningkatkan kehidupanmu. Ketika kamu menyadari kekuranganmu pada suatu bidang, kamu bisa berbuat sesuatu yang positif untuk meningkatkannya. Keberanian mengakui serta menerima kekurangan itupun merupakan bagian dari Kecerdasan Memahami Diri Sendiri.

Yang terpenting bukanlah bahwa kamu selalu mendapatkan segalanya benar atau sukses, melainkan bahwa kamu dapat belajar dari kesalahan atau kegagalanmu. Kamu bisa belajar sama banyaknya dari kegagalanmu seperti dari suksesmu, bahkan terkadang lebih. Kalau kamu Cerdas Memahami Diri Sendiri, kamu bisa mengambil apa yang kamu pelajari dan kamu gunakan itu untuk mengadakan perubahan-perubahan yang positif.

Menetapkan sasaran artinya Cerdas Memahami Diri Sendiri, bahwa kamu memikirkan masa depanmu, berusaha meningkatkan diri, dan membuat impianmu menjadi kenyataan.

Cara-cara Menyenangkan untuk Menjadi Lebih Cerdas Memahami Diri Sendiri

Berikut adalah cara-cara untuk mengembangkan serta menikmati Kecerdasanmu Memahami Diri Sendiri cobalah kegiatan yang mana pun yang menarik bagimu…

1 – Tanyakan kepada diri sendiri, “Siapakah aku?” Di atas kertas, tulislah “Siapakah aku?” Tulislah jawaban sebanyak mungkin. Sebutkan kesukaan dan ketidak sukaanmu, hobi-hobimu, dan apapun yang muncul di benakmu. Jawablah sedetail mungkin. Pergunakanlah waktu selama yang kamu butuhkan, dan juga kertas sebanyak yang kamu butuhkan.

2 – Tulislah jurnal. Tuliskan perasaan-perasaanmu, ide, kenangan, atau apa pun yang kamu pikirkan. Tulislah puisi atau menggambarlah dalam jurnalmu jika kamu mau. Ingatlah, itu adalah jurnalmu dan kamu tidak perlu menunjukkannya kepada siapa pun juga.

3 – Buatlah daftar hal-hal yang menjadi kemahiranmu. Lalu buatlah daftar hal-hal yang kamu mau menjadi kemahiranmu. Berdasarkan kedua daftar tersebut, buatlah sebuah daftar sasaran bagi dirimu.

4 – Tetapkanlah sasaran bagi dirimu sendiri. Pilihlah waktu yang teratur setiap harinya, setiap minggunya, atau setiap bulannya, untuk menetapkan sasaran-sasaran spesifik yang ingin kamu raih dalam kurun waktu tertentu. Tetapkanlah sasaran-sasaran yang yang bisa kamu upayakan. Kalau terlalu mudah, kamu tidak akan merasa berprestasi ketika meraihnya. Kalau terlalu sukar atau bahkan mustahil, kamu akan merasa frustrasi dan marah karena tidak mengalami kemajuan. Pada batas waktu yang telah kamu tetapkan, evaluasilah prestasmu dalam meraih sasaran-sasaran tersebut, lalu tetapkanlah sasaran-sasaran baru.

5 – Susunlah otobiografimu. Tulis atau ciptakan kisah kehidupanmu. Kamu bisa menggunakan gambar, lukisan, music, atau menulis serta mempertunjukkan drama atau menciptakan komik.

6 – Ciptakan collage diri. Gunakan gambar-gambar dari majalah, foto, atau bahan-bahan seni seperti spidol atau bahan mengkilap untuk menciptakan collage yang mengekspresikan siapa kamu. Kamu bisa menempelkan berbagai objek pada collage-mu, seperti manic-manik, bulu, atau mobil-mobilan dan menjadikan collage-mu 3-D. collage-mu bisa mencakup gambar orang, benda, atau kegiatan yang kamu sukai, atau gambar serta objek dari apa yang kamu ingin perbuat di masa depan atau amal yang penting bagimu. Kemungkinannya tiada batasnya, sama seperti dirimu!

7 – Ingatlah mimpi-mimpimu.

8 – Renungkan harimu. Di akhir setiap hari, renungkanlah hal-hal besar yang terjadi, apa saja yang tidak berjalan lancar apa saja yang kamu pelajari, bagaimana kamu bisa meningkatkan segalanya di masa depan. Tulislah tiga hal yang kamu syukuri atau yang membuatmu senang hari itu.

9 – Belajarlah bermeditasi.

10 – Periksalah “kotak peralatan” Kecerdasan Memahami Diri Sendiri. Buatlah daftar ‘peralatan’ yang kamu punyai untuk membantumu ketika menghadapi masalah serta penyebab stress. (Lihat uraian sebelumnya tentang peralatan untuk membantumu memahami perasaan-perasaanmu).

11 – Bacalah buku-buku pengembangan diri. Banyak buku-buku tentang orang-orang yang Cerdas Memahami Diri Sendiri, yang melakukan hal-hal penting berkat kekuatan kepercayaan pibadi mereka. Buku-buku ini bisa mencakup tulisan atau biografi orang-orang seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Rosa Parks, Gloria Steinem, atau Eleanor Roosevelt.

12 – Lakukanlah sesuatu yang kamu cintai. Luangkan waktu setiap harinya atau setiap minggunya untuk melakukan sesuatu yang kamu cintai. Entah hobi, bekerja sukarela untuk amal yang kamu pedulikan, atau mempelajari hal-hal baru yang mengundang rasa ingin tahumu.

13 – Lakukan sesuatu yang penting bagimu. Mungkin kamu bisa menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah umum, atau mungkin kamu bisa memulai suatu bisnis berdasarkan salah satu idea tau penemuanmu. Atau mungkin kamu bisa menemukan persoalan yang kamu pedulikan –orang-orag yang tidak mempunyai tempat tinngal, orang-orang yang buta huruf- dan mengupayakan perubahan secara local maupun global dengan bekerja sukarela, membuat petisi atau membangun situs web untuk hal-hal yang kamu pedulikan.

Adapted from : You’re Smarter Than You Think. Panduan Menuju Multiple Intelijensi Bagi Anak-anak. By Thomas Armstrong, Ph.D. Penerbit Interaksara.


Sumber
http://eppleqenyess.dagdigdug.com/

Selengkapnya...

Mendidik dan Mengajar tanpa Menggurui, Metode Jibril

Jika materi yang disampaikan menyangkut nalar (kognitif dan keterampilan) disebut mengajar, dan apabila yang disampaikan adalah pesan-pesan nilai yang menyangkut hati nurani (yang membentuk sikap) disebut mendidik. Seorang guru yang baik dalam menyampaikan materi senantiasa menggabungkan mendidik dan mengajar, sekaligus mengandung aspek kognitif, keterampilan dan sikap. Berdasarkan hal ini maka ungkapan proses belajar mengajar seyogianya diubah menjadi mendidik, mengajar.

Ada hal yang kontradiktif dalam ungkapan judul di atas. Pendidik dan pengajar adalah seorang guru, lalu mengapa dikatakan pula tidak menggurui. Kalau kita bicara dalam konteks hubungan antara guru dengan murid, maka menggurui murid ataupun anak didik dalam pendidikan dan pengajaran yang formal dan non-formal, tidak ada masalah. Sang guru dan murid dituntut mempunyai persyaratan ijazah tertentu untuk dapat mendidik dan dididik, mengajar dan diajar di SMA (formal), demikian pula kedua pihak harus mempunyai persyaratan tertentu untuk kursus-kursus non-formal (komputer, melas, menjahit, bimbingan dll). Sehingga guru dalam hal ini mendapat pengakuan secara sukarela dari para murid ataupun anak didiknya bahwa guru yang mendidik dan mengajarnya itu lebih tahu dan lebih menguasai materi yang disampaikan oleh sang guru.

Lain halnya dalam pendidikan dan pengajaran yang informal, khususnya pendidikan dan pengajaran lingkungan. Para guru yang menyampaikan dan para khalayak yang menerima pesan tidak perlu persyaratan formal, tidak seperti pada yang formal dan non-formal seperti yang telah disebutkan di atas. Sehingga dalam hal konteks hubungan antara guru atau sang penyampai dengan khalayak, gelagat menggurui dalam meneruskan informasi dan pesan-pesan nilai itu tidaklah bijaksana. Sebab selalu ada kemungkinan di antara khalayak ada yang lebih unggul dari sang penyampai itu.

Berikut ini disajikan anekdot yang kemungkinan besar berakar dari suatu kejadian yang sebenarnya pernah terjadi. Seorang mahasiswa agronomi Fakultas Pertanian yang sementara ber-KKN dengan sikap yang amat menggurui mengajarkan para petani perihal produktivitas dalam bertanam padi. Pada waktu itu sedang galak-galaknya dipromosikan padi jenis PB5. Dengan semangat “over confidence” sang mahasiswa menyuruh para petani bertanam padi jenis PB5 itu, yang untuk areal sawah yang sama akan membuahkan produksi padi yang lebih banyak ketimbang jenis padi yang biasanya ditanam oleh para petani. Sang mahasiswa dengan bersemangat mengeritik pula pematang sawah yang lebar tempat ia berpidato menyuluh itu. Kalaulah pematang-pematang sawah yang lebar itu dipersempit akan dapat memperluas areal lahan yang dapat ditanami, dengan demikian produksi padi dapat pula ditingkatkan.

Setelah tiba saatnya untuk makan siang, sang mahasiswapun diundang ke dangau untuk bersantap siang. Sebenarnya dangau itu tidak berapa jauh dari tempat penyuluhan tadi, namun penunjuk jalan membawa mereka itu mengambil jalan yang tidak memintas, melainkan berkeliling, sehingga mereka itu melalui pematang sawah yang sempit. Oleh karena sang mahasiswa tidak terampil meniti pematang sempit, beberapa kali ia terpelset jatuh ke sawah sehingga bermandikan lumpur. Setelah sampai di dangau makanan yang dihidangkan adalah nasi dingin tanpa sayur. Nasi itu demikian kerasnya tanpa sayur pula sehingga sukar sekali melalui kerongkongan, seperti ungkapan peribahasa lama: Nasi dimakan bagai sekam. “Nak,” ucap yang empunya dangau, “apa yang anak telan itu adalah beras PB5, dan tempat anak menyuluh tadi adalah pematang yang sekali gus berupa jalan setapak.”

Yang berikut ini cerita yang sesungguhnya terjadi puluhan tahun yang lalu. Drs. Abd.Razak Mattaliu, seorang muballigh dan juga seorang wartawan senior generasi Abd.Rahman Arge, pada waktu itu masih menjadi anggota jama’ah Masjid Syura, menyampaikan pesan di atas mimbar. Ia telah beberapa lama memperhatikan ada dua tiga orang anggota jama’ah masjid yang caranya shalat perlu diperbaiki. Ia mulai dengan pengantar bahwa apa yang akan disampaikannya ini bukan untuk bapak-bapak dan ibu-ibu, melainkan khusus untuk anak-anak. Sesudah itu barulah ia menjelaskan bagaimana caranya shalat menurut tuntunan RasuluLlah SAW.

Bagaimanapun juga apabila materi yang disampaikan adalah cara shalat yang benar, tentu tidak dapat mengelak dari sikap menggurui. Untuk menghilangkan kesan bahwa ia menggurui bapak-bapak dan ibu-ibu, maka Adbd.Razak mengatakan khusus ditujukan bagi anak-anak dalam masjid. Ia mengaplikasikan ayat Al Quran: Ud’u ilay Sabiyli Rabbika bi lHikmati, serulah ke jalan Maha Pengaturmu dengan bijaksana.

Pada suatu waktu ketika RasuluLlah SAW duduk bersama-sama dengan para sahabat, datanglah ke dalam majelis itu seseorang dengan penampilan seperti orang datang dari jauh, namun wajahnya tetap segar, pakaiannya tetap rapi. Setelah memberi salam ia duduk, kemudian bertanya kepada RasuluLlah SAW apa itu Iman, Islam dan Ihsan. Lalu RasuluLlah SAW sebelum menjawab mengatakan bahwa yang bertanya lebih tahu dari yang beryanya, kemudian beliau baru menjelaskan pengertian (Rukun) Iman, (Rukun) Islam dan Ihsan. Setelah orang itu pergi RasuluLlah menyampaikan kepada para sahabat, bahwa sesungguhnya “orang” tadi itu adalah Malaikat Jibril.

Kalau kita simak proses penyampaian pengertian Rukun Iman dan Rukun Islam itu akan dapat kita ungkapkan keluar nilai yang tersirat yang erat kaitannya dengan metode menyampaikan pesan tanpa menggurui. Metode ini dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran informal menyampaikan pesan-pesan nilai-nilai Islami untuk memperkaya metode yang telah lazim dipergunakan selama ini, yaitu ceramah dan diskusi. Selama ini umumnya hanya dipraktekkan dua jenis pertanyaan. Pertama, dari orang yang tidak tahu kepada yang tahu, yaitu pertanyaan dari murid kepada guru, maka jawaban guru itulah yang disebut menggurui. Kedua, pertanyaan dari guru kepada murid, maka itu disebut menguji. Ketiga, pertanyaan dari yang tahu kepada yang tahu, itulah penyampaian pesan kepada khalayak, pendengar, ataupun pemirsa secara tidak menggurui, yang disebut Metode Jibril. WaLlahu a’lamu bishshawab.

Posted by H. M. Nur Abdurrahman



Sumber
http://eppleqenyess.dagdigdug.com

Selengkapnya...

Kursi Iman dan Kursi Ilmu. Dibedakan Tetapi Tidak Dipisahkan

Di dalam diri kita harus disediakan dua kursi, yaitu kursi iman dan kursi ilmu. Kedua kursi itu harus dapat dibedakan, tetapi tidak boleh dipisahkan, karena keduanya merupakan satu sistem. Kedua kursi itu harus dibedakan, oleh karena apabila kita menempatkan sesuatu hal tidak pada kursinya, misalnya suatu hal yang harus didudukkan pada kursi ilmu, tetapi kita dudukkan pada kursi iman, pikiran kita akan beku, tidak berkembang, karena sesuatu yang patut kita pertanyakan, kita tidak berani mempertanyakannya. Sebaliknya, jika sesuatu hal yang seharusnya didudukkan pada kursi iman, tetapi kita dudukkan pada kursi ilmu, maka iman kita akan cacat, karena kita akan mempertanyakan sesuatu, yang sepatutnya kita tidak boleh mempertanyakannya.

Uraian di atas itu berpangkal pada perbedaan sikap dalam beriman dan berilmu. Sikap kita harus skeptik, jika kita menghadapi obyek ilmu. Apakah yang menjadi obyek llmu itu? Yang menjadi obyek ilmu adalah produk akal manusia. Yaitu fakta dan hasil penafsiran manusia terhadap fakta itu, yang lazim disebut dengan teori ataupun hipotesa. Dan apakah fakta itu? Fakta adalah hasil observasi dari sumber informasi yang dapat ditangkap oleh pancaindera secara langsung, maupun secara tidak langsung. Maksudnya dideteksi terlebih dahulu oleh instrumen dalam laboratorium. Skeptik berarti ragu, tidak menolak, tetapi belum menerima, dan sebaliknya tidak menerima, tetapi belum menolak. Sikap ragu itu akan berakhir dengan menerima, atau menolak, tergantung hasil jawaban pertanyaan-pertanyaan berikut: Betulkah begitu? Apa fakta-fakta yang menguatkan pembuktian itu?

Sebaliknya, kita tidak boleh bersikap skeptik terhadap obyek iman. Terhadap apa yang harus diimani, akal kita tidak boleh bertanya seperti rentetan pertanyaan dalam berilmu di atas itu. Dan apakah obyek iman itu? Obyek iman itu berasal dari sumber informasi berupa wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. Informasi wahyu ini tentu saja yang otentik berasal dari nabi dan rasul yang menerima wahyu itu. Apakah kriteria sumber informasi wahyu yang otentik itu? Tidak boleh ada penafsiran/interpretasi manusia yang disisipkan ke dalamnya. Tidak boleh ada perubahan kalimat ataupun kata, baik berupa penambahan, atau pengurangan. Harus dalam bahasa asli bangsa dari rasul yang diutus itu. Satu-satunya sumber informasi wahyu yang dapat memenuhi kriteria itu adalah Al Quran. Semua wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW ada dalam Al Quran yang dituliskan oleh para juru tulis Rasulullah. Itulah sebabnya Al Quran (yang dibaca) disebut pula Al Kitab (yang dituliskan). Dan tak ada satupun yang bukan wahyu yang ikut dimasukkan dalam Al Quran. Dan Al Quran itu adalah dalam bahasa Arab yang dipergunakan oleh suku bangsa Quraisy, yaitu suku bangsa di mana Nabi Muhammad SAW tergolong dalam suku itu. Inna anzalnahu Quranan Arabiyyan la’allakum ta’qilun. Sesungguhnya Kami turunkan Al Quran dalam bahasa Arab, mudah-mudahan kamu pergunakan akalmu (S.Yusuf 1). Keadaan Al Quran yang dapat bertahan keotentikannya terhadap zaman, adalah konsekwensi logik bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW adalah nabi dan rasul yang terakhir, Khatamun Nabiyyien, penutup para nabi.

Telah disebutkan di atas iman dan ilmu harus dibedakan, tetapi tidak boleh dipisahkan. Karena memisahkan iman dengan ilmu akan mengakibatkan pecahnya kepribadian seseorang. Di satu saat ia akan bicara sebagai seorang ilmuwan, di satu saat yang lain akan bicara sebagai seorang yang beriman. Misalnya di satu saat sebagai seorang pakar kebudayaan, akan memasukkan agama ke dalam kebudayaan, artinya agama itu adalah bagian dari kebudayaan, dan di suatu saat yang lain ia bicara sebagai orang beriman lalu mengatakan bahwa agama itu bukan bagian dari kebudayaan, karena agama itu sumbernya dari wahyu Allah SWT. Apabila ia menjumpai adanya pertentangan antara apa yang mesti dia imani dengan yang mesti dia ilmui, dia akan bingung. Salah satu alternatif ini yang akan terjadi, ia akan berhenti menjadi pakar dan akan frusturasi, lalu ia akan beragama secara dogmatik, akalnya beku, yang akan menjerumuskannya ke dalam taklid buta. Atau sebaliknya ia akan memilih ilmunya dan mencapakkan imannya, dan menjadi acuh tak acuh terhadap agamnya, menjadi orang agnostik.

Apabila iman dan ilmu tidak kita pisahkan, kepribadian kita akan menjadi utuh, sehingga kita tidak akan terjerumus ke dalam sikap beragama yang bertaklid buta, dan juga tidak terjerumus ke dalam sikap yang agnostik. Kalau suatu saat kita melihat adanya pertentangan di antara keduanya, kita tambah ilmu untuk mendapatkan informasi yang relevan untuk iman kita. Atau kita tinjau kembali ilmu kita, melakukan reinterpretasi, penafsiran kembali, karena kebenaran ilmiyah itu sifatnya sementara, artinya relatif dalam arti menurut tempat, situasi, waktu dan peralatan ilmu bantu. Untuk contoh di atas, kalau kita sedikit jeli, mengapa terjadi pertentangan, karena ada agama yang berasal dari akar yang historik, maka itu adalah agama kebudayaan, ia termasuk dalam bagian kebudayaan. Ada agama yang berasal dari akar yang non-historik, yaitu wahyu, maka itu adalah agama wahyu, ia bukan bagian dari kebudayaan. Dan ada agama yang sebagian mempunyai akar historis dan sebagian bersumber dari wahyu. Agama jenis ketiga ini, sebagiannya menjadi bagian dari kebudayaan, dan sebagiannya bukan bagian dari kebudayaan.

Di dalam berilmu ada sebuah pendekatan yang dirasa perlu dikemukakan di sini, yaitu pendekatan sistem. Melihat obyek ilmu secara kaffah (totalitas), yang mempunyai fungsi dan trujuan, yang terdiri atas komponen-komponen yang mempunyai kaitan tertentu antara satu dengan yang lain, dan yang kaffah itu melebihi dari sekadar kumpulan komponen-komponen itu semuanya. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam obyek iman, oleh karena pendekatan ini tidak akan merusak iman kita, bahkan Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk memegang prinsip kaffah ini, seperti firmanNya dalam S. Al Baqarah, ayat 208: Ya ayyuhalladziena amanu udkhulu fie ssilmi kaffah, artinya: Hai orang-orang beriman, masukilah keselamatan secara kaffah/totalitas.

Maka dengan metode pendekatan sistem ini, dapatlah kita menjadikan iman dan ilmu menjadi satu sistem, dan terlepaslah kita insya Allah, yang pakar dan bukan pakar, dari bahaya pecahnya kepribadian, terhindarlah kita dari alternatif atau beragama yang dogmatik, atau bersikap agnostik, acuh tak acuh mencuekkan agama. WaLlahu a’lamu bishshawab.

*** Makassar, 10 November 1991


Sumber
http://eppleqenyess.dagdigdug.com

Selengkapnya...

Minggu, 21 Maret 2010

::HAKIKAT KESABARAN::

Takwa adalah anugerah yang paling agung setelah hidayah iman yang telah dimasukkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala ke dalam kalbu.

Dengan bersyukur yang sebenar benarnya, Allah Subhanahu Wata’ala akan meningkatkan kenikmatan yang agung itu, insya Allah. Dia hujamkan keimanan ke dalam hati kita dan mengangkat tinggi derajat ketakwaan kita. Amin, Allahumma, amin…

Jika keimanan itu laksana burung, maka jiwa kita akan terbang menuju ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala dengan dua sayap yang kokoh, yaitu sayap syukur dan sayap sabar.

Hakikat sabar adalah teguh dan kokoh mempertahankan jiwa untuk selalu berada pada ketentuan syari’at Allah, dengan tetap menjalankan ketaatan dan menahan diri dari larangan serta berlapang dada pada setiap ketentuan ujian dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Maka orang yang bersabar akan senantiasa teguh dan selalu menambah kekuatan tenaga jasmani dan rohaninya untuk meningkatkan amal ketaatan, terus mengokohkan dan menambah tekun amal ibadah dan amal shalih mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).

Mereka juga bersabar di dalam menahan penderitaan dengan tetap melaksanakan ketaatan, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala amat memuji dan menyanjung mereka.

Dengan bersabar, seseorang akan menyadari dan ridha bah-kan cinta terhadap ketentuan ujian penderitaan yang telah ditak-dirkan oleh Allah pada dirinya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedi-kit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155).

Bagaimana tidak, padahal orang-orang kafir, orang-orang musyrik dan orang-orang atheis mampu bertahan dengan penderitaan-penderitaan yang menimpa mereka, maka orang beriman pasti lebih kokoh, tahan dan ridha, bahkan cinta pada ketentuan takdir itu, kemudian dengan kekuatan jiwa dan imannya, orang-orang yang beriman mencari kebaikan di dunia dan di akhirat dari penderitaan itu dengan beristirja` hanya kepada Allah. Istirja` maksudnya, meyakini, mengakui, menyadari sepenuhnya serta menye-rahkan segenap kebaikan urusannya hanya kepada Allah, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala berkenan membalasnya dengan yang lebih indah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.” (Al-Baqarah: 155 – 156).

Itulah hakikat kesabaran yang intinya adalah teguh bertahan sekokoh-kokohnya dalam memperkuat jiwa, kemudian memperjuangkan segenap kemampuan jiwanya itu dalam menempuh keridhaan Allah, dengan melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya dalam kondisi apa pun.

Kesabaran yang demikian itulah yang disediakan bagi penyandangnya berbagai kemuliaan, keagungan, ketinggian derajat, kekuasaan, bahkan berbagai balasan yang dijanjikan oleh Allah dalam Firman-firmanNya,

Mari kita simak beberapa pujian dan balasan yang disediakan dan diberikan kepada orang-orang yang bersabar, yang kita kutip dari Firman Allah Subhanahu Wata’ala,

1. Allah akan mengantarkannya menuju kepada keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).

2. Pahala orang-orang yang bersabar akan dilipatgandakan dengan hitungan yang tanpa batas. Sebagaimana yang diperkuat oleh Firman Allah :

“Katakanlah, ‘Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah ke-pada Rabbmu.’Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mem-peroleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (Az-Zumar: 10).

3. Mencapai kejayaan dan kepemimpinan, sebab tanpa kesabaran, cita-cita yang sudah di depan mata dan sedikit lagi akan tergapai menjadi sirna dan hilang. Cobalah perhatikan pemimpin-pemimpin besar dunia, mereka adalah orang-orang yang gigih memperjuangkan cita-citanya, di samping senjata utama yang tidak pernah lekang dari mereka yaitu kesabaran menghadapi berbagai rintangan yang menghadang mereka.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (As-Sajadah: 24).

4. Dengan kesabaran, kekuatan akan selalu bersanding ber-samanya, kemenangan akan selalu hadir di hadapannya, dan pertolongan Allah akan selalu menyertainya. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu. Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46).

5. Kesabaran merupakan perisai kokoh dan tangguh, yang dapat digunakan menangkal berbagai makar yang diluncurkan musuh, bahkan dengan kesabaran itu, makar-makar musuh akan menjadi lemah dan tak mempunyai daya serang yang berarti.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit-pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali Imran: 120).

6. Sebagai penghormatan yang sangat istimewa bagi para penyabar. Dikarenakan ketangguhan mereka di dalam bersabar, maka para malaikat menyambut dan mengucapkan salam kepada mereka.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

“(Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum.’ Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 23 – 24).

7. Menjadi golongan yang dicintai Allah merupakan cita-cita dan tujuan seorang mukmin, maka dengan kesabaran, kecintaan Allah Subhanahu Wata’ala dengan sendirinya tersandang kepadanya.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

“Dan berapa banyak nabi yang berperang, bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146).

Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang akan diperoleh oleh seorang penyabar, yang tidak memungkinkan bagi khatib untuk menyebutkan satu persatu dan merincinya dengan detil pada khutbah ini, tapi di antara keutamaan-keutamaan itu adalah mencapai puncak derajat tertinggi dan kebaikan yang paling agung di dunia maupun akhirat, mendapat kejayaan dan keberuntungan, jauh dari kerugian dan penyesalan, diistimewakan oleh Allah bersama para dermawan yang penuh cinta kasih, dan dimasukkan ke dalam golongan Kanan (أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ), serta dapat memperkuat sendi-sendi keislamannya dengan kesabarannya tersebut.

Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!

Itulah berbagai kemuliaan, keutamaan yang dikaruniakan, pahala yang tiada terhitung, kemudian ampunan dan surga yang pasti akan diperoleh orang-orang yang bersabar.
Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :

“Tidaklah menimpa seorang Muslim dari keletihan atau penyakit, kecemasan, kesedihan, penderitaan, tidak pula duka cita, sampai pada duri yang menusuknya, kecuali Allah meleburkan dengannya dari dosa-dosanya.” (HR. al-Bukhari: 5641 – 5642; Muslim: 2573).

Bahkan Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam meriwayatkan satu hadits Qudsi yang beliau riwayatkan dari Sang Maha Penyabar, bahwa Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

“Bila Aku menguji hambaKu dengan kedua kekasihnya (matanya) kemudian bersabar, maka Aku ganti baginya dengan surga.” (HR. al-Bukhari : 5653).

Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!

Itulah keutamaan kesabaran, maka marilah kita memohon taufik dan inayahNya, semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan kita semua se-bagai hambaNya yang penyabar.

Kesabaran adalah kebahagiaan hidup yang sesungguhnya, beberapa orang sahabat radiyallahu ‘anhum datang memohon sesuatu kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam, beliau memberinya, maka mereka datang memohon lagi, Rasul Sallallahu ‘Alahi Wasallam memberi lagi, kemudian mereka datang lagi, beliau Sallallahu ‘Alahi Wasallam memberi lagi, sampai akhirnya beliau kehabisan sesuatu untuk diberikan kepadanya, kemudian beliau Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :

“Tidak ada suatu benda berharga pun yang aku sembunyikan dari kalian semua, maka siapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaganya. Siapa yang mencukupkan diri (dari meminta-minta), maka Allah akan mencukupinya, dan siapa yang menyabar-kan dirinya, maka Allah akan menjadikannya bersabar. Dan tidaklah seseorang mendapat karunia yang lebih baik dan lebih luas melebihi dari kesabaran.” (HR. al-Bukhari-Muslim dari Abi Sa’id al-Khudri).

Kesabaran itulah perhiasan akhlak yang harus kita mohonkan kepada Allah, Sayyidina Umar radiyallahu ‘anhu berkata :

“Kita temukan sebaik-baik kehidupan kita adalah dengan kesabaran.”

Maka marilah kita memohon tambahan kokohnya kesabaran itu dengan menambah ilmu tentang keutamaan kesabaran dan menambah kokohnya iman kita tentang sifat, anugerah dan janji-janji Allah serta kehidupan dan balasan di akhirat kelak.

“Bersabarlah (hai Muhammad), dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 127-128).

Selengkapnya...

Sabtu, 20 Maret 2010

Lonceng Kematian Kapitalisme Syafiyah Azzah Lonceng Kematian Kapitalisme Moris Berman, 63 tahun, ahli sejarah kebudayaan kelahiran New York, yang memp

Syafiyah Azzah
Lonceng Kematian Kapitalisme
Moris Berman, 63 tahun, ahli sejarah kebudayaan kelahiran New York, yang memperoleh Ph D dari Johns Hopkins University, menulis buku Dark Ages America: The Final Phase of Empire (Norton, 2006), yang meramalkan imperium Amerika segera akan rubuh. Ia mendeskripsikan Amerika sebagai sebuah kultur dan emosional yang rusak oleh peperangan, menderita karena kematian spiritual dan dengan intensif mengeskpor nilai-nilai palsunya ke seluruh dunia dengan menggunakan senjata. Republik yang berubah menjadi imperium itu berada di dalam zaman kegelapan baru dan menuju rubuh sebagaimana dialami Kekaisaran Romawi

Apa yang tulis oleh Moris Berman tampaknya semakin menunjukkan kebenarannya. Pertama, AS adalah perabadaban emosial yang rusak oleh peperangan. Ya, memang perang tidak bisa dilepaskan dari negara adi daya ini. Bisa hampir dipastikan di mana ada konflik, di mana ada perang, kemungkinan di situ ada Amerika . Negara ini memang pecandu perang dengan berbagai alasan.
Jamil Salmi dalam violence and democatic society mencatat negara Paman Sam ini antara tahun 1945 sampai 2001 saja sudah melakukan 218 kali intervensi terhadap negara lain. Amerika juga merupakan otak kudeta berdarah di berbagai negara. Genocide atas nama demokrasi dan perang melawan terorisme juga telah menimbulkan korban sipil yang sangat besar di Irak dan Afghansitan. Pasca pendudukan AS, korban rakyat sipil Irak hampir mencapai angka 1 juta orang.
Negara ini memang haus darah dan mesin pembunuh. John Pike dari www.GlobalSecurity.org, sebuah grup riset, tentara Amerika menghamburkan 250.000 peluru untuk menembak mati tiap seorang gerilyawan. Biaya perang demikian besar. Staf Partai Demokrat di Kongres menghitung dari 2002 sampai 2008, perang yang lebih panjang dibanding Perang Dunia kedua itu, menghabiskan 1,3 trilyun dollar
Menurut Salmi AS juga merupakan pendukung pemerintah refresif di berbagai negara. Mendukung pemerintahan Syah Reza Pahlevi di Iran yang dikenal diktator, raja-raja Arab yang refresif, termasuk Suharto di masa orde Baru. Pasca perang dingin negara ini mendukung Musharaf penguasa diktator Pakistan yang kemudian dilengserkan oleh rakyatnya , Husni Mubarak di Mesir, atau Karimov di Uzbekistan. Jangan dilupakan negara ini merupakan pendukung setia rezim teroris Israel yang hingga kini secara sistematis membunuh kaum muslim di Palestina.
Negara ini juga memang mengalami krisis spritual yang akut. Kapitalisme dengan sistem sekulernya telah mengerdilkan agama sekedar urusan ritual, moralitas, dan spritual. Sementara dalam aspek sosial, politik, dan kenegaraan, agama dicampakkan. Kehidupan sosial dan politik pun menjadi buas, rakus, dan kering karena tidak diatur agama. Masyarakat pun menganggap agama tidak lagi menjadi begitu penting dalam kehidupan mereka. Meskipun tentu saja banyak diantara mereka yang masih beragama. Sebab mereka tidak melihat agama sebagai solusi praktis dalam persoalan sosial politik mereka.
Implikasi dari pencampakan agama ini , masyarakat AS mengalami kerusakan pranata sosial yang akut. Tingginya tingkat kriminalitas, stress, pornografi , aborsi dan pelacuran menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dari negara kapitalis ini. Menurut studi yang dilakukan oleh National Victim center pada tahun 1992, 1,3 wanita yang berumur 18 tahun keatas di USA diperkosa dengan paksa setiap menit; 78 wanita per jam; 1.871 wanita per hari, atau 683,000 korban per tahun. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperkirakan, jumlah pengidap virus tersebut mencapai 1,1 juta orang. . Sangat mengerikan!
Seperti kata Berman negara adi daya ini juga intensif mengekspor nilai palsunya dengan ancaman sejata. Atas nama HAM, Demokrasi,liberalisme, pasar bebas dan perang melawan terorisme mereka melakukan apa saja termasuk menjajah Irak dan Afghanistan. Di sisi lain ide-ide yang mereka usung penuh dengan kepalsuan dan kemunafikan.
Mereka mengatakan penegakan HAM berlaku sama bagi setiap umat manusia. Di sisi lain, negara Paman Sam ini merupakan pelanggar HAM nomor wahid di dunia. Berdasarkan HAM seharusnya seseorang baru bisa ditahan kalau setelah ada dakwaan yang jelas dan didampingi pengacara. Tapi lihatlah apa yang dilakukan AS, puluhan ribu orang ditahan tanpa ada dakwaan yang jelas, tanpa bukti dan tidak didampingi pengacara. Mereka dijeblokan dan disiksa dalam penjara Guantanamo, Abu Ghraib, dan penjara-penjara di negara-negara diktator lainnya yang mendukung AS.
Kisah memilukan seorang muslimah Pakistan , DR Aafia Siddiqui mencerminkan peradaban busuk negara kapitalis. Wanita yang dikenal ahli genetik dan biologi jaringan saraf ini hilang bersama ketiga anaknya saat pulang ke Pakistan. Banyak yang menduga dia diculik dan diserahkan otoritas Pakistan ke FBI.
Sekarang Aafia Siddiqui menghadapi proses pengadilan politik di AS atas nama perang melawan terorisme. Wanita dengan berat badan 45 kg saat dinterogasi ditembak dadanya. Wanita yang lemah dan renta ini , berdasarkan cerita versi AS merebut senjata perwira AS yang menahannya. Rehman direktur HAM Pakistan mengatakan cerita pemerintah AS ini merupakan menjadi kebohongan terbesar di abad ke 21
Mereka bicara demokrasi harus ditegakkan lewat dukungan rakyat dan tanpa kekerasaan (non violance). Tapi lihatlah di Irak dan Afghanistan, demokrasi dipaksakan di negara dengan senjata. Mereka bicara bahwa setiap rakyat berhak mengekspresikan keinginan mereka, namun AS dengan berbagai cara menghalangi upaya kaum muslim di dunia untuk menerapkan syariah dalam kehidupan negara dan politik mereka. Negara-negara Barat dengan tudingan teroris menggunakan penguasa-penguasa negeri muslim yang merupakan kaki tangan mereka untuk meredam, menghalangi, hingga menyiksa siapapun yang ingin memperjuangkans syariah Islam.
Lonceng kematian ini pun semakin kuat terdengar, dengan krisis keuangan yang dialami oleh AS dan negara-negara Eropa saat ini. Lehman Brothers, salah satu perusahaan investasi bank AS terbesar ini akhirnya dinyatakan Inilah akhir nasib suatu bank besar dan tertua yang berdiri di negara bagian Alabama tahun 1844 dan jatuh begitu saja– padahal di tahun 2007 Lehman masih melaporkan jumlah penjualan sebesar 57 bilyun dolar dan di bulan Maret lalu masih sempat dinyatakan oleh majalah Business Week sebagai salah satu dari 50 perusahaan papan atas di tahun 2008. Namun kini, Lehman bernilai tidak lebih dari cuma 2 bilyun dolar saja.Efek domino dari krisis ini pun menjalar ke bidang lain. Pasar saham dunia terguncang. Krisis ekonomi globalpun diambang pintu.
Ekonomi Kapitalisme tengah tenggelam dalam kehancurannya. Kehancuran ekonomi kapitalisme tidak bisa dibendung lagi. Meskipun masih ada yang menyakini AS akan mampu bertahan. Ekonom dan profesor di University of Texas, James Galbraith meyakini perekonomian AS akan mampu bertahan menghadapi hantaman krisis ini karena posisi mata uang dollar masih cukup kuat. Sementara Gerald Friedman, ekonom, profesor di University of Massachussets ragu mengatakan bahwa krisis ekonomi AS adalah tanda-tanda berakhirnya sistem ekonomi kapitalis. Meski demikian ia mengakui AS telah mengalami krisis finansial yang sangat serius dan jika salah menanganinya akan menyebabkan resesi yang cukup serius bahkan depresi.
Namun yang jelas, krisis ini akan terus membesar. Krisis ini juga kembali membuktikan bahwa sistem kapitalisme sangat rapuh yang dikenal dengan The Bubble Economy . Ekonomi kapitalisme bagaikan balon yang terus membesar namun sangat rapuh. Hizbut Tahrir dalam bookletnya yang berjudul Sebab-sebab Kegoncangan Pasar Modal Menurut Hukum Islam, telah menjelaskan pangkal kerapuhan dari sistem ekonomi ini ada tiga : sistem perseroan terbatas (PT), sistem perbankan ribawi, dan sistem uang kertas inkorvertibel (flat money).
Sistem diatas telah menumbuhsuburkan ekonomi non riil yang nilai transaksinya jauh lebih besar dari ekonomi riil. Terjadi pula kesenjangan dan penumpukan modal pada segelintir orang. Majalah “The Economist” dalam analisisnya terhadap krisis menggarisbawahi pandangan tersebut:” penumpukan kekayaan dan bencana adalah bagian dari sistem keuangan Barat”
Sistem kapitalis dibangun atas dasar kerakusan. Ideologi materialisme yang hanya mementingkan kekayaan telah membuat masyarakat terutama pemilik modal besar menjadi rakus. Tidak pernah puas terhadap produksi yang mereka hasilkan dan tidak pernah puas terhadap prilaku konsumtif mereka. Ironisnya, mereka melanggar prinsip ekonomi mereka sendiri yang mengatakan negara tidak boleh campur tangan. Lewat Bailout , pemerintah Bush justru mengeluarkan dana 700 milyar US dollar untuk membantu perusahaan AS yang akan ambruk.
Terakhir, menarik apa yang dikatakan Gerald Friedman tentang apakah krisis ini akan menghancurkan sistem kapitalisme. “Dan yang lebih penting lagi, sebuah sistem kapitalis atau sistem sosial apapun hanya bisa dihancurkan oleh sistem yang berlawanan yang didukung oleh munculnya kelas-kelas dalam perekonomian,” jawab Friedman. Ya memang benar sistem kapitalis tidak akan hancur kalau tidak ada sistem yang berlawanan yang menjadi alternative yang menentangnya . Bagi kita sistem yang berlawanan itu, yang akan menghancurkan kapitalisme adalah sistem Khilafah yang akan menerapkan ekonomi syariah. Semoga. (Farid Wadjdi)


Sumber
http://mentaririsahdieni.dagdigdug.com/

Selengkapnya...

Manfaat Jilbab

“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah.

Ternyata jilbab tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya.

Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanker dan proses penuaan.

Selengkapnya...

Hukum Memanjangkan Kuku

Wa’alaykumussalaam wa rahmatullah wa barakaatuh

Islam melarang wanita dan pria untuk memanjangkan kuku. Sebagian kaum wanita
sengaja memanjangkan kuku-kuku mereka atau membuat kuku-kuku palsu yang
jelas menyalahi fitrah. Sementara, bagi seorang Muslimah diharapkan darinya
untuk mengerjakan segala sesuatu yang berkenaan dengan perangai fitrah.
Salah satu perangai fitrah tersebut adalah memotong kuku. Mereka yang
memanjangkan kukunya mungkin mengatakan : ” Saya memelihara kuku-kuku saya
dan saya mencucinya setiap hari”. Maka jawabannya adalah :

Pertama : Syari’at Islam telah melarang memanjang kuku. Syaikh Abdul Aziz
bin Baaz rahimahullah menyatakan: “Memanjangkan kuku adalah menyelisihi
ajaran As-Sunnah. Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi Shollallahu’alayhi wa
sallam, bahwa Beliau bersabda :

“Fitrah itu ada lima: berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memendekkan kumis,
mencabut bulu ketiak dan memotong kuku”.

Kuku dan yang lainnya tersebut tidak boleh dibiarkan panjang lebih dari 40
hari, berdasarkan riwayat dari Anas radhillahu ‘anhu, bahwa ia bercerita :

“Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa sallam memberi batasan kepada kami dalam
memendekkan kums, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu
kemaluan dengan tidak membiarkannya lebih dari empat puluh malam.”.

Karena memanjangkan semua bagian tersebut menyerupai binatang dan sebagian
orang-orang kafir. (Fatawal Mar’ah 167).

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin rahimahullah menyatakan: “Termasuk aneh, apabila
orang-orang yang mengaku modern dan berperadaban membiarkan kuku-kuku mereka
panjang, padahal jelas mengandung kotoran dan najis, serta menyebabkan
manusia menyerupai binatang”.

Kedua : Dari segi kesehatan, sesungguhnya mencuci kuku itu tidak membuat
kuku itu bersih dari kuman dan kotoran, karena air tidak dapat mencapai
bagian bawah kuku. Itu hal yang jelas dan dapat dimaklumi.

Diringkas dari buku : Indahnya Berhias oleh Muhammad bin Abdul Aziz Al
Musnid, terbitan Darul Haq tahun 2000, Bab : Cutek dan Kuku Buatan pp46-49.

Selengkapnya...

Kamis, 18 Maret 2010

Islam dan iLmu Pengetahuan

Pemikiran Barat sekarang ini berada di tengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak mungkin pemikir Barat sekarang ini menerima kenyataan bahwa kemungkinan ada pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu pengetahuan. Injil, yang menjadi kepercayaan orang Nasrani, menyatakan pohon di mana Nabi Adam AS dilarang memakannya adalah pengetahuan. Oleh karena itu, setelah dia memakan buahnya, dia memperoleh pengetahuan tertentu yang mana tidak dia peroleh sebelumnya. Dengan alasan inilah orang Eropa membantah bahwa selama dua abad mereka tidak menerima pengetahuan ilmiah yang datang dari orang Islam.

Gereja menyatakan bahwa pencarian seperti penge­tahuan ilmiah adalah penyebab dosa yang asli. Uskup menggambarkan bukti mereka dari Perjanjian Lama yang menyebutkan bahwa ketika Adam memakan pohon itu, ia mendapat beberapa pengetahuan, Allah tidak menyukainya dan menolak memberinya kemurahan hati. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah menolak sepenuhnya peraturan gereja yang dianggap sebagai hal yang tabu. Akhirnya, ketika pemikir bebas dan ilmuwan Barat sanggup mengatasi kekuatan gereja, mereka membalas dendam dengan mencari petunjuk yang berlawanan dan menekan beberapa kekuatan agama. Mereka beralih kepada hal-hal yang berlawanaan untuk mengatasi kekuatan gereja dan mengurangi pengaruhnya kepada hal yang sempit dan membatasi pada sudut-sudut tertentu.

Oleh karena itu, jika Anda membicarakan persoalan agama dan ilmu pengetahuan dengan pemikir Barat, dia benar-benar akan keheranan. Mereka tidak tahu Islam. Mereka tidak mengetahui bahwa Islam menjunjung tinggi status ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu, menghormati mereka sebagai saksi setelah malaikat yang berhubungan dengan fakta baru tiada Tuhan selain Allah, sebagaimana yang telah Allah firmankan kepada kita:

“Tuhan menyatakan, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia, dan malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu yang tegak dengan keadilan. ” (QS AIi Imran : 18)

Dan Allah Yang Maha Agung dan Maha Muha berfirman kepada kita:

“Oleh sebab itu, ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah “.

(QS Muhammad : 19)

Telah diketahui dari al-Quran bahwa Nabi Adam AS diistimewakan melebihi malaikat dengan kebaikan pengetahuan yang diberikan Allah kepadanya. Kisah dari al-Quran menyangkal Injil yang menyebutkan orang Islam dianggap menyimpang. Menurut al-Quran, kenyataan bahwa Nabi Adam diberi pengetahuan adalah sebuah tanda kehormatan dan bukan karena pengusirannya dari surga. Oleh karena itu, jika seseorang membicarakan Islam dan ilmu pengetahuan dengan para pemikir Barat, mereka cenderung mengharapkan argumen yang sama dengan apa yang ada dalam budaya dan agama mereka. Itulah mengapa mereka memberi reaksi dengan keterkejutan ketika mereka ditunjukkan dengan fakta yang jelas sekali dari al-Quran dan Sunnah.

Di antara pemikir Barat yang menampakkan keterkejutannya itu adalah Prof. Dr. Joe Leigh Simpson, Ketua jurusan Ilmu Kebidanan dan Ginekologi dan Pakar Molecular dan Genetika Manusia, Baylor College Medicine, Houston. Ketika kami pertama kali bertemu dengannya, Profesor Simpson menuntut pembuktian al-Quran dan Sunnah. Akan tetapi, kami sanggup menghilangkan kecurigaannya. Kami menunjukkan kepadanya sebuah naskah garis besar perkembangan embrio. Kami membuktikan kepadanya bahwa al-Quran menjelaskan kepada kita bahwa turunan atau hereditas dan sifat keturunan atau kromosom yang tersusun hanya bisa terjadi setelah perpaduan yang berhasil antara sperma dan ovum. Sebagaimana yang kita ketahui, kromosom-kromosom ini berisi semua sifat-sifat baru manusia yang akan menjadi mata, kulit, rambut, dan lain-lain.

Oleh karena itu, beberapa sifat manusia yang tersusun itu ditentukan oleh kromosomnya. Kromosom-kromosom ini mulai terbentuk sebagai permulaan pada tingkatan nutfah dari perkembangan embrio. Dengan kata lain, ciri khas manusia baru terbentuk sejak dari tingkatan nutfah yang paling awal. Allah Yang Maha Agung dan Yang Maha Mulia berfirman di dalam Al-Quran:

“Celakalah kiranya manusia itu! Alangkah ingkarnya (kepada Tuhan). Dari apakah dia di­ciptakan? Dari setetes air mani. (Tuhan) menciptakannya dan menentukan ukuran yang sepadan dengannya. ” (QS Abasa : 17-19)

Selama empat puluh hari pertama kehamilan, semua bagian dan organ tubuh telah sempurna atau lengkap, terbentuk secara berurutan. Nabi Muhammad SAW menjelaskan kepada kita di dalam hadisnya: “Setiap dari kamu, semua komponen penciptamu terkumpul dalam rahim ibumu selama empatpuluh hari.” Di dalam hadis lain, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Ketika setetes nuftah telah melewati 42 malam, Allah menyuruh seorang malaikat ke rahim perempuan, yang berkata: `Ya Tuhan! Ini laki­laki atau perernpuan?’ Dan Tuhanmu memutus kan apa yang Dia kebendaki. “

Profesor Simpson mempelajari dua hadis ini secara intensif, yang mencatat bahwa empat puluh hari pertama itu terdapat tingkatan yang dapat dibedakan secara jelas atau embriogenesis. Secara khusus, Dia dibuat kagum dengan ketelitian yang mutlak dan keakuratan ke­dua hadis tersebut. Kemudian dalam salali satu konferensi yang dihadirinya, dia memberikan pendapat sebagai berikut: “Dari kedua hadis yang telah tercatat dapat membuktikan kepada kita gambaran waktu secara spesifik perkembangan embrio sebelum sampai 40 hari. Terlebih lagi, Pendapat yang telah berulang-ulang dikemukakan pembicara yang lain pagi ini. bahwa kedua hadis ini telah menghasilkan dasar pengetahuan ilmiah yang mana rekaman mereka sekarang ini didapatkan”.

Profesor Simpson mengatakan bahwa agama dapat menjadi petunjuk yang baik untuk pencarian ilmu pengetahuan. Ilmuwan Barat telah menolak hal ini. Seorang ilmuwan Amerika mengatakan bahwa agama Islam dapat mencapai sukses dalam hal ini. Dengan analogi, jika Anda pergi ke suatu pabrik dan Anda berpedoman pada mengoperasikan pabrik itu, kemudian Anda akan paham dengan mudah bermacam-macam pengoperasian yang berlangsung di pabrik itu. Jika Anda tidak memiliki pedoman ini, pasti tidak memiliki kesempatan untuk memahami secara baik variasi proses tersebut. Profesor Simpson berkata: “Saya pikir tidak ada pertentangan antara ilmu genetika dan agama, tetapi pada kenyataannya agama dapat menjadi petunjuk ilmu pengetahuan dengan tambahan wahyu ke beberapa pendekatan ilmiah yang tradisional. Ada kenyataan di dalam al-Quran yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan menjadi valid, yang mana al-Quran mendukung ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah.”

Inilah kebenaran. Orang-orang Islam tentunya dapat memimpin dalam cara pencarian ilmu pengetahuan dan mereka dapat menyampaikan pengetahuan itu daIam status yang sesuai. Terlebih lagi orang Islam mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan itu sebagai bukti keberadaan Allah, Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia untuk menegaskan kerasulan Nabi Muhammad SAW

Allah berfirman di dalam al-Quran:

“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)

Setelah menyadari melalui beberapa contoh keajaiban al-Quran secara ilmiah yang telah diketahui berhubungan dengan komentar yang objektif dari para ilmuwan, mari kita tanyakan pada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut:

Dapatkah hal ini mejadi sebuah kejadian yang kebetulan bahwa akhir-akhir ini penemuan informasi secara ilmiah dari lapangan yang berbeda yang tersebutkan di dalam al-Quran yang telah turun pada 14 abad yang lalu?

Dapatkah al-Quran ini ditulis atau dikarang Nabi Muhammad SAW atau manusia yang lain?

Hanya jawaban yang mungkin untuk pertanyaan itu bahwa al-Quran secara harfiah adalah kata-kata atau firman Allah yang diturunkan kepadanya. Al-Quran adalah perkataan yang harfiah dari Allah yang Dia turunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang melalui malaikat Jibril. Al-Quran ini dihapalkan oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudian didiktekan kepada sahabat-sahabatnya. Para sahabat inilah yang selanjutnya secara bergiliran menghapalkannya, menulis ulang, dan memeriksa/meninjau lagi dengan Nabi Muhammad SAW

Terlebih lagi, Nabi Muhammad SAW memeriksa kembali al-Quran dengan malaikat Jibril sekali setiap bulan Ramadhan dan dua kali di akhir hidupnya pada kalender Hijriah yang sama. Sejak al-Quran diturunkan sampai hari ini, selalu ada banyak orang Islam yang menghapalkan semua ayat al-Quran surat demi surat. Sebagian dari mereka ada yang sanggup menghapal al-Quran pada waktu berumur 10 tahun. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tidak ada satu surat pun di dalam al-Quran yang berubah selama berabad-abad sampai sekarang.

Al-Quran telah diturunkan 14 abad yang lalu menyebutkan fakta yang bacu ditemukan akhir-akhir ini yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan. Hal ini membuktikan tidak ada keraguan bahwa al-Quran adalah firman yang harfiah dari Allah, yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar nabi dan utusan yang diturunkan Allah. Hal ini adalah di luar alasan bahwa setiap manusia 14 abad yang lalu telah mengetahui beberapa fakta ini yang ditemukan atau dibuktikan akhir-akhir ini dengan peralatan canggih dan metode yang rumit.

Selengkapnya...