Minggu, 11 Oktober 2009

Keindahan sang Malam

Bila malam ini ada waktu untuk bercerita, maka saya ingin dia bercerita tentang ia di sana. Tapi malam tak mau bercerita.
” Angin tak membawa ungkap rindu ”, alasannya.



Saya tak patah, ” Tidakkah cukup saja dengan rindu dari saya ? ”

Sejenak malam tertegun. Wajahnya melamun, menimbang ragu. Ketulusan saya menyakitinya. Senyum saya menampar dia.
” Baiklah, apa yang ingin kau dengar tentang ia ? ”, malam bertanya dan menawarkan sebuah tema.
” Saya ingin cerita ia baik – baik saja ”

Malam beringsut ke tepian bulan. Merangkul bulan. Seperti biasa. Wajah bulan menghiasi harapan saya untuk mendengar. Bintang – bintang masih sama. Bernyanyi dalam sunyi. Malam berubah merah di hadapan saya. Saya ragu dia tak berkata apa – apa. Tapi saya masih menunggunya.

Angin datang, menghampiri sang malam. Mereka berdua berbisik mesra. Menyimpan sesuatu dari saya.

Tiba – tiba saya mendengar malam menggema, ” ia baik – baik saja ”.

Akhirnya cerita dia beri pada saya. Hingga saya tertidur.
Di dalam mimpi, saya bertemu bulan. Dan dari sang bulan saya mengetahui bahwa malam berbohong pada saya. Malam tak pernah bertemu dengan ia, tak ada kerinduan yang tersapa.
Tapi saya sudah terlanjur percaya.
“ Pergi kau bulan “, ucap saya.
Bulan beringsut. Kembali ke langit. Memberi cahaya pada mimpi saya. Cahaya biru.

: “ Ia baik – baik saja, dan malam tak mungkin berbohong pada saya "


Artikel Yang Berhubungan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar