Kamis, 25 Februari 2010

Maulid Nabi

Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي‎), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Sejarah

Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.
Perayaan di Indonesia

Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Perayaan di luar negeri

Sebagian masyarakat muslim Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Muslim Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja’far ash-Shadiq.
Perbedaan pendapat

Terdapat beberapa kaum ulama yang berpaham Salafi dan Wahhabi yang tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah Bid’ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya. Namun demikian terdapat pula ulama yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi bukanlah hal bid’ah, karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Disadur dari
http://aristocrat.dagdigdug.com


Selengkapnya...

Selasa, 23 Februari 2010

Islam dan Ilmu Pengetahuan

Tahukah Anda apa perintah Tuhan yang pertama kali kepada umat Islam melalui Nabi Muhammad? Perintah itu diulangi oleh Jibril Sang Pembawa Perintah sampai 3 (tiga) kali karena begitu pentingya. Ya, Anda benar. Perintah tersebut adalah untuk MEMBACA.

Seandainya saja umat Islam melaksanakan perintah Tuhan yang begitu penting ini maka sebenarnya umat Islam adalah umat yang paling literate, atau yang paling melek huruf dan yang paling berilmu dibandingkan umat-umat lain.
Ajaran Islam penuh dengan anjuran untuk belajar…belajar… dan belajar dan berpikir…berpikir…berpikir. Bahkan dalam suasana perang dimana dibutuhkan semua tenaga laki-laki yang sehat untuk ikut berperang Rasulullah masih juga menyatakan agar tidak semua orang ikut berperang tapi ada sebagian orang BELAJAR memperdalam ilmu. Bahkan Rasulullah yang tidak pernah pergi ke Cina menyatakan dalam hadistnya yang tersohor (meski ada yang menganggapnya sebagai hadist yang lemah) agar umatnya menuntut ilmu sampai ke China. Belajar sebenarnya merupakan NAFAS dari ajaran Islam.
Lantas mengapa saat ini justru umat Islam adalah umat yang terkebelakang, miskin, dan tak berilmu? Karena mereka hanya mengaku sebagai umat Islam tapi tidak melaksanakan perintah pertama Tuhan tersebut dan tidak paham dengan anjuran Rasulnya.

Coba perhatikan, berapa banyak umat Islam yang menjadikan MEMBACA sebagai aktivitas sehari-hari yang harus diperlakukan sebagai IBADAH sebagaimana kita memperlakukan SHOLAT, ZAKAT, DZIKIR, dll? Membaca tidak pernah dianggap sebagai suatu IBADAH. Membaca bahkan tidak dianggap sebagai PERINTAH atau AJARAN Islam. Ironis sekali.

Coba perhatikan negara kita. Berapa banyak kota besar di Indonesia yang memiliki perpustakaan besar dan modern yang merupakan cirri sebuah kota modern? Tidak banyak. Bahkan Jakarta sebagai ibukota negara dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta orang perpustakaannya tidak mencerminkan sebagai perpustakaan sebuah negara besar. Perpustakaan Kota Kinabalu di Malaysia jauh lebih besar, modern dan lengkap koleksinya. Jumlah kunjungan ke perpustakaan pusat di Jakarta hanya dikunjungi oleh rata-rata 200 orang sehari dan hanya 20% yang meminjam buku. Ini artinya MASYARAKAT KITA TIDAK MEMBACA.

Sekarang coba perhatikan apa yang terjadi di sekolah-sekolah kita. Berapa banyak sekolah yang punya perpustakaan? Dari 250.000 sekolah yang ada di Indonesia mungkin hanya 5 % yang punya perpustakaan yang layak disebut sebagai perpustakaan. Dari yang punya perpustakaan, berapa banyak yang punya buku-buku bacaan selain buku paket? Dari sedikit sekolah yang punya perpustakaan dan buku-buku bacaan, berapa banyak yang punya program rutin MEMBACA di kelas? Hampir tidak ada. Ini artinya ANAK-ANAK KITA TIDAK MEMBACA DI SEKOLAH. Lantas bagaimana kita bisa mengaku sebagai umat Islam terbesar di dunia tapi tidak melaksanakan perintah Tuhan yang pertama tersebut?
Untuk menjadi bangsa yang ‘literate’ idealnya 1 koran dibaca 10 orang tapi di Indonesia 1 koran dibaca oleh 45 orang. Kita bahkan kalah dengan Srilanka dimana 1 koran dibaca oleh 38 orang dan di Filipina 1 koran dibaca oleh 30 orang.
Sekarang coba perhatikan apa yang terjadi di rumah-rumah kita. Berapa banyak keluarga muslim yang telah menjadikan MEMBACA sebagai kegiatan IBADAH yang sama pentingnya dengan sholat, mengaji, sedekah, puasa, dll.di rumah-rumah mereka?
Sekarang kegiatan utama keluarga muslim di rumah adalah menonton TV, dan bukannya membaca seperti yang diperintahkan oleh Allah. Budaya menonton telah membius keluarga kita. Statistik menunjukkan bahwa jumlah waktu yang dipakai oleh anak-anak Indonesia menonton TV adalah 300 menit/hari. Bandingkan dengan anak-anak di Australia 150 mnt/hari, Amerika 100 mnt/hari, dan Kanada 60 mnt/hari.

Apa akibatnya jika bangsa kita tidak membaca? Kemunduran dan kemerosotan tentu saja. Berdasarkan hasil studi Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah Laporan Pendidikan “Education in Indonesia From Crisis to Recovery“ tahun 1998, menunjukkan kemampuan membaca siswa kelas VI Sekolah Dasar di Indonesia hanya 51,7. Jauh dibandingkan dengan Hongkong (75,5), Singapura (74,0), Thailand (65,1) dan Filipina (52,6). Hasil studi ini membuktikan kepada kita bahwa membaca belum –kalau tidak mau dikatakan bukan– menjadi program yang integral dengan kurikulum sekolah. Apalagi menjadi budaya.
Hal ini juga bisa dilihat dari berbagai statistik tentang negara kita. Dalam world Competitiveness Scoreboard 2005 Indonesia hanya menduduki peringkat 59 dari 60 negara yang diteliti. Padalah Malaysia sudah berada di perinkat 28 dan India 39. Hal ini juga bisa dilihat dari catatan Human Development Index (HDI) kita yang terus merosot dari peringkat 104 (1995), ke 109 (2000), 110 (2002, dan 112 (2003). Belum cukupkah semua ini membuat kita sadar bahwa ada yang salah dari sistem pendidikan kita yang tidak memberi perhatian besar pada kegiatan membaca yang merupakan inti dari pendidikan?

Menurut para ahli, membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup (itu sebabnya Allah menjadikannya sebagai Perintah Pertama, First Commandment, bagi umat Islam). Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Dengan kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik. Farr (1984) menyebutkan "Reading is the heart of education". Seharusnya dalam Islam membudayakan membaca adalah sebuah ‘fardhu kifayah’ atau ‘social responsibility’ yang apabila tidak dilakukan akan menjadi dosa bersama.

Berdasarkan penelitian Baldridge (1987), manusia modern dituntut untuk membaca tidak kurang dari 840.000 kata per minggu. Kurang dari itu dianggap belum modern tentunya. Bayangkan jika umat Islam sama sekali tidak punya kegiatan membaca baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan.. Umat Islam jelas akan menjadi umat yang paling tertinggal dibandingkan umat-umat lain. Dan itu telah terjadi saat ini. Padahal Tuhan telah memerintahkan mereka untuk MEMBACA sejak pertama kali. Tak heran jika daya saing siswa dan bangsa kita selalu terpuruk karena kerampilan dasar bagi

Hal lain yang menyebabkan umat Islam mundur dan terkebelakang adalah karena ketidakmampuannya dalam menerjemahkan anjuran Rasul untuk belajar meski ke negeri China. Banyak umat Islam fanatik yang menganggap belajar pada umat non-muslim adalah terlarang dan buruk bagi umat Islam. Padahal jelas-jelas bahwa Rasul tidak menyatakan demikian.
Sebuah SDIT yang maju dan dikelola oleh para muslim kelas menengah dan rata-rata sarjana juga menolak ide untuk mengangkat seorang guru native speaker bahasa Inggris untuk mengajar bahasa Inggris di sekolah tersebut dengan alasan bahwa mengangkat guru non-muslim untuk mengajar mata pelajaran apa pun di sekolah Islam adalah ‘tidak sesuai’ dengan ajaran Islam! Anehnya, di luaran mereka mengursuskan anak-anak mereka di kursus yang ada native speakernya!
Belajar dari non-muslim bukan hanya boleh tapi bahkan DIANJURKAN. Siapa yang mengatakan demikian? Ya, Rasul sendiri. Jadi sebetulnya belajar Matematika, Fisika, bahasa Inggris, dll. pada guru non-muslim itu (meski sekolahnya adalah pesantren) adalah sesuai dengan semangat pendidikan dalam Islam yang diajarkan oleh Rasul sendiri. Yang absurd adalah jika memanggil guru non-muslim untuk mengajarkan mengaji, tata-cara sholat, dasar-dasar iman, dan sejenisnya kepada siswa-siswa Islam.

Melalui tulisan ini saya hendak kembali mensosialisasikan dan menggemakan kembali perintah tuhan kepada Rasulullah Muhammad SAW agar kita pahami dan amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita membaca setiap hari dan mari kita wajibkan anak-anak kita untuk membaca setiap hari sebagaimana kita memerintahkan mereka melakukan sholat lima waktu.
Bangsa kita telah gagal menjadikan membaca sebagai budaya sebagaimana bangsa-bangsa maju lainnya. Dan ini merupakan ancaman yang serius. Ini sudah merupakan ‘global threat’. Rendahnya Reading Literacy bangsa kita saat ini dan di masa depan akan membuat rendahnya daya saing bangsa dalam persaingan global. Hal ini akan menyebabkan tidak kompetitifnya SDM bangsa kita karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini adalah akibat lemahnya minat dan kemampuan membaca.
Jika kita mau melihat kebelakang pada masa Krisis Moneter Juli 1997 yang lalu. Korea Selatan, Thailand, Malaysia dan Singapura, mampu mengatasi krisis ekonomi bangsanya relatif dalam waktu pendek hanya sekitar 2 – 3 tahun saja. Hal ini disebabkan karena mereka telah mempunyai SDM yang kompetitif, unggul, kreatif, dan siap menghadapi segala bentuk perubahan sosial, ekonomi, politik, budaya dan lainnya. Bangsa Indonesia sampai saat ini belum juga bisa bangkit.
Apa sebab bangsa kita tidak mampu menguasai ilmu dan teknologi yang akan dapat membuat bangsa kita kompetitif, unggul dan kreatif? Itu karena Membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa. Membaca harus dijadikan kebutuhan hidup dan budaya bangsa kita barulah kita bisa menapak ke tingkat yang lebih tinggi yaitu menjadi bangsa yang terpelajar, berilmu, kompetitif dan kreatif.
Mengapa hal ini saya anggap sebagai ancaman global yang sangat kritis? Karena untuk mengadakan perubahan budaya masyarakat memerlukan suatu proses dan waktu panjang sekitar 1 atau 2 generasi, tergantung dari “political will pemerintah dan masyarakat“ Ada pun ukuran waktu sebuah generasi adalah berkisar sekitar 15 – 25 tahun. Apakah kita punya keinginan untuk berubah dan waktu untuk itu? Jika kita gagal menjawab tantangan ini maka bangsa kita akan terus terpuruk menjadi negara dunia ketiga yang tidak akan mampu untuk bangkit.
Hanya satu tekad yang perlu kita canangkan pada diri kita yaitu : Membaca atau mati!

Balikpapan, 23 Januari 2009
Satria Dharma

Selengkapnya...

Agama Konghucu Menghilang di Kolom Agama Sidoarjo

Maaf sebelum nya tapi ini informasi yang menarik untuk kita perhatikan bersama-sama.
Agama Konghucu rupanya tidak lagi terdaftar dalam list agama yang sah di blangko pengisian perpanjangan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Padahal sebelumnya, agama Konghucu ini tercatat dalam blangko tersebut.

"Saya kaget ketika akan memperpanjang KTP saya tanggal 7 Februari, di dalam blangko perpanjangan itu tidak ada agama Konghucu di daftar tersebut," kata Ketua Presidium Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Bingky Irawan kepada detiksurabaya. com, Rabu (17/2/2010).

Pria yang dekat dengan Almarhum Gus Dur ini mengaku bahwa petugas Kecamatan Taman, Sidoarjo hanya menyarankan agar mengisi pada kolom lain-lain yang berada di urutan terbawah daftar agama. Padahal 5 tahun lalu saat dirinya memperpanjang KTP, kolom agama Konghucu masih ada di formulir perpanjangan KTP.

Saat ditanya ke petugas kecamatan tentang hilangnya agama Konghucu pada blangko tersebut, petugas itu tidak bisa menjelaskan lebih jauh dan menyatakan bahwa blangko itu adalah format baru. Dalam format yang baru itu memang tidak ada kolom untuk agama
Konghucu.

Hilangnya kolom agama Konghucu ini tentu saja mengundang pertanyaan karena ditakutkan cara ini memang sebagai langkah awal untuk tidak lagi mengakui Konghucu sebagai agama di Indonesia. Padahal, pemerintah secara resmi sudah mengesahkan Konghucu sebagai agama salah satu agama resmi di Indonesia.

Dia mengungkapkan, di dalam Kartu Susunan Keluarga (KSK) miliknya juga sudah dituliskan pada kolom agama sebagai agama Konghucu. Sehingga dianggap aneh bila tidak
ada pengakuan terhadap agama Konghucu saat mengurus KTP.

"Saya akan terus mempertanyakan mengenai hilangnya kolom agama Konghucu pada daftar blangko perpanjangan KTP tersebut. Bagaimana pun ini adalah sebuah penistaan," tambahnya.
(stv/fat)


Sumber
http://surabaya. detik.com/ read/2010/ 02/17/163039/ 1301514/466/ agama-konghucu- menghilang- di-kolom- agama-sidoarjo


Selengkapnya...

Memikir-mikirkan Keagungan Makhluk-makhluk Allah

Allah Ta’ala berfirman:

“Katakanlah: Hanyasanya aku hendak menasihati kepadamu sekalian perkara satu saja, yaitu supaya engkau sekalian berdiri di hadapan Allah berdua-duaan atau sendiri-sendiri, kemudian engkau sekalian memikirkan bahwa bukanlah kawanmu itu terkena penyak’it gila. Tidaklah kawanmu itu melainkan seorang yang memberikan peringatan kepadamu sekalian sebetum datangnya siksa yang amat sangat.” (Saba’: 46)

Allah Ta’ala berfirman pula:

“Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi serta bersilih, gantinya malam dengan siang itu adalah tanda-tanda - kekuasaan Allah - bagi orang-orang yang suka berfikir.

“Mereka itu ialah orang-orang yang selalu berzikir kepada Allah ketika berdiri, duduk ataupun berbaring sambil memikirkan kejadian langit dan bumi. Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya tidaklah Engkau menjadikan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa api neraka.” Sampai ayat-ayat seterusnya. (ali-lmran: 190-191)

Allah Ta’ala berfirman lagi:

“Apakah mereka tidak melihat - memperhatikan - pada unta, bagaimana ia diciptakan?

“Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

“Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan?

“Dan juga bumi, bagaimana ia dikembangkan?

“Maka dari itu berikanlah peringatan, karena engkau itu hanyalah seorang yang bertugas memberi peringatan.” (al-Ghasyiyah: 17-21)

Allah Ta’ala juga berfirman:

“Apakah mereka tidak hendak berjalan di muka bumi, lalu melihat - memperhatikan - bagaimana akibat orang-orang yang belum mereka? Allah telah membinasakan mereka itu dan keadaan yang seperti itu pula untuk orang-orang kafir?” (Muhammad: 10)

Ayat-ayat mengenai bab ini amat banyak sekali. Setengah dari Hadis-hadis yang berhubungan dengan bab ini ialah Hadis di muka, yaitu:

“Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya.” Dan seterusnya.

Adapun lengkapnya Hadis di atas ialah:

Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:

“Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah - yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shalih.”

( Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.)

Wallahu a’lam.



Sumber : Riyadhus Shalihin / Taman orang-orang salih

Oleh Imam Nawawi


Selengkapnya...

Senin, 22 Februari 2010

Cinta Kepada.......

Cinta kepada allah dengan ketaatan,cinta kepada rasul dengan kepribadian mulia,cinta kepada jihat dengan perjuangan,cinta kepada makhluk dengan mentaayi allah,mencontohi rosul dalam kepribadian dan senantiasahodup dengan perjuanganyang pastinya menagih perjuangan.



Selengkapnya...

Malu Dan Keutamaannya Dan Menganjurkan Untuk Berakhlak Dengan Sifat Malu Itu

Oleh Imam Nawawi

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui seorang lelaki dari golongan kaum Anshar dan ia sedang menasihati saudaranya tentang hal sifat malu - yakni malu mengerjakan kejahatan. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: “Biarkanlah ia, sebab sesungguhnya sifat malu itu termasuk dari keimanan.” (Muttafaq ‘alaih)

Keterangan:

Malu itu ada yang baik dan ada yang jelek. Malu menjalani sesuatu kemunkaran dan kemaksiatan atau umumnya larangan agama atau hal-hal yang syubhat adalah terpuji dan sangat baik. Tetapi malu menjalankan ketaatan kepada Allah, misalnya malu bersembahyang karena baru saja menyadari kebenaran beragama, malu pergi ke masjid, malu kalau tidak suka diajak berdansa-dansi, malu kalau menolak berjabatan tangan dengan wanita (bagi seorang lelaki), semuanya itu adalah tercela dan tidak ada kebaikannya samasekali.

Dalam hal ini ada sebuah Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari yang diterima dan’ Abu Mas’ud yaitu Uqbah al-Anshari, mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sesungguhnya di antara hal-hal yang ditemui (didapatkan) dari ucapan kenubuwatan yang pertama ialah: Apabila kamu tidak malu, maka lakukanlah apa saja yang kamu kehendaki.”

Adapun Hadis di atas itu mengandung pengertian sebagai ancaman atau untuk menakut-nakuti pada seseorang yang hendak berbuat semau-maunya. Jadr maksudnya ialah: “Kalau kamu tidak malu kepada Allah dalam melakukan kemunkaran dan kemaksiatan itu, terserahlah, kamu boleh melakukan apa-apa yang kamu inginkan dan sesuka hatimulah. Tetapi ingatlah bahwa setiap sesuatu itu ada balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat.”

Ada pula sebagian alim-ulama yang berpendapat bahwa maksud Hadis di atas itu adalah untuk menunjukkan kebolehan sesuatu kelakuan. Jelasnya: “Kalau kamu hendak melakukan sesuatu, sekiranya kamu tidak malu kepada Allah dan para manusia, sebab memang bukan larangan agama, baik sajalah kamu lakukan. Tetapi sekalipun agama membolehkan, kalau kamu malu, tidak kamu lakukanpun baik juga jikalau hal itu termasuk sesuatuyawaz (yakni bukan hal yang wajib atau sunnah). Jadi baik dilakukan atau ditinggalkan sama saja bolehnya.”

Dari Imran bin Hushain radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sifat malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan.” (Muttafaq ‘alaih) Dalam riwayat Muslim disebutkan: “Sifat malu itu baik seluruh akibatnya.” Atau beliau s.a.w. bersabda: “Malu itu semuanya baik akibatnya.”

Yang dimaksud itu ialah malu mengerjakan kejahatan atau hal-hal yang tidak sopan menurut pandangan umum. Adapun malu mengerjakan kebaikan, maka amat tercela dan tidak dibenarkan oleh agama.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Keimanan itu ada tujuhpuluh lebih - tiga sampai sembilan -atau keimanan itu cabangnya ada enampuluh lebih - tiga sampai sembilan. Seutama-utamanya ialah ucapan La ilaha illallah dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan apa-apa yang berbahaya -semacam batu, duri, lumpur, abu kotoran dan Iain-Iain sebagainya -dari jalanan. Sifat malu adalah suatu cabang dari keimanan itu.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu lebih sangat sifat malunya daripada seorang perawan dalam tempat persembunyiannya - yakni perawan yang baru kawin dan berada dalam biliknya dengan suami yang belum pernah dikenalnya. la amat sangat malu kepada suaminya itu. Jikalau beliau s.a.w. melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu tampak di wajahnya.” (Muttafaq ‘alaih)

Para alim-ulama berkata: “Hakikat sifat malu itu ialah suatu budipekerti yang menyebabkan seseorang itu meninggalkan apa-apa yang buruk dan menyebabkan ia tidak mau lengah untuk menunaikan haknya seseorang yang mempunyai hak.” Kami meriwayatkan dari Abul Qasim al-Junaid rahimahullah, katanya: “Malu ialah perpaduan antara melihat berbagai macam kenikmatan atau karunia dan melihat adanya kelengahan, lalu tumbuhlah di antara kedua macam sifat yang di atas tadi suatu keadaan yang

dinamakan sifat malu.”

Wallahu a’lam.

Sumber : Riyadhus Shalihin / Taman orang-orang salih

Selengkapnya...

Syafaat

Oleh Imam Nawawi

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa yang memberikan pertolongan berupa kebaikan, maka tentulah ia akan memperoleh bagian daripadanya.” (an-Nisa’:85)

Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a., katanya: “Nabi s.a.w. itu apabila didatangi oleh seseorang yang meminta hajat, maka beliau menghadapi semua kawan-kawan duduknya, kemudian bersabda: “Berilah pertolongan padanya, niscayalah engkau semua mendapatkan pahala dan Allah akan memutuskan apa-apa yang disenanginya atas lisan nabiNya.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam suatu riwayat lain disebutkan: “Apa-apa yang dikehendakinya,” - sebagai ganti: apa-apa yang disenanginya.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma, dalam menguraikan kisah Barirah dan

isterinya, ia berkata: “Nabi s.a.vv. bersabda: Alangkah baiknya kalau engkau - wanita - suka kembali baik kepadanya - yakni suaminya, sebab kedua suami isteri itu timbul perselisihan lalu bercerai. Barirah berkata: “Ya Rasulullah, apakah Tuan memerintahkan itu padaku?” Beliau s.a.w. menjawab: “Saya hanyalah hendak memberikan pertolongan menganjurkan.” Wanita itu lalu berkata: “Saya tidak berhajat lagi padanya.” (Riwayat Bukhari)

Wallahu a’lam.

Sumber : Riyadhus Shalihin / Taman orang-orang salih

Selengkapnya...

Rabu, 17 Februari 2010

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD S.A.W

Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat 12 Rabiul awwal tahun gajah menurut mazhab sunni 570 M, bintang ini tak pernah padam walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya.

Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup memikulnya.

Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah), karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan meletakkannya ke dalam rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata - kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.

Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik - baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata : Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik - baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi gembala domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan. Orang bertanya kepada Nabi, Apakah Anda juga pernah menjadi gembala? Beliau menjawab, Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.

Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai orang jujur (al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri ˜Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.

Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang, Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang kita dapatkan. Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah menceritakan Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.

Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.

Sumber
http://ilmutkj.dagdigdug.com/2010/02/17/kelahiran-nabi-muhammad-saw/


Selengkapnya...

Tuhan Kita, ALLAH

Salah satu pandangan yang senantiasa dilempar oleh kaum Pluralis Agama dalam ‘menyesatkan’ kaum Muslim, adaah bawasanya, “semua agama adalah jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang satu”. Mereka mengatakan, soal nama “Yang Satu” itu tidaklah penting. Yang Satu itu dapat dinamai Allah, God, Lord, Yahweh, The Real, The Eternal One, dan sebagainya. Bagi mereka, nama Tuhan tidak penting. Ada yang menulis: “Dengan nama Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Penyayang, Tuhan Segala agama.” Kita ingat, dulu, ada cendekiawan terkenal yang mengartikan kalimat syahadat dengan: “Tidak ada tuhan (dengan t kecil), kecuali Tuhan (dengan T besar).

Tradisi yang tidak tahu dan tidak mempersoalkan nama Tuhan bisa kita telusuri dari tradisi Yahudi. Kaum Yahudi, hingga kini, masih berspekulasi tentang nama Tuhan mereka. Dalam konsep Judaism (agama Yahudi), nama Tuhan tidak dapat diketahui dengan pasti. Kaum Yahudi modern hanya menduga-duga, bahwa nama Tuhan mereka adalah Yahweh. The Concise Oxford Dictionary of World Religions menjelaskan ‘Yahweh’ sebagai “The God of Judaism as the ‘tetragrammaton YHWH, may have been pronounced. By orthodox and many other Jews, God’s name is never articulated, least of all in the Jewish liturgy.”

Karena tidak memiliki tradisi sanad yang sampai kepada Nabi Musa a.s. maka kaum Yahudi tidak dapat membaca dengan pasti empat huruf “YHWH”. Mereka hanya dapat menduga-duga, empat huruf konsonan itu dulunya dibaca Yahweh. Karena itu, kaum Yahudi Ortodoks tidak mau membaca empat huruf mati tersebut, dan jika ketemu dengan empat konsonan tersebut, mereka membacanya dengan Adonai (Tuhan).

Spekulasi Yahudi tentang nama Tuhan ini kemudian berdampak pada konsepsi Kristen tentang “nama Tuhan” yang sangat beragam, sesuai dengan tradisi dan budaya setempat. Di Mesir dan kawasan Timur Tengah lainnya, kaum Kristen menyebut nama Tuhan mereka dengan lafaz “Alloh”, sama dengan orang Islam; di Indonesia mereka melafazkan nama Tuhannya menjadi “Allah”; dan di Barat kaum Kristen menyebut Tuhan mereka dengan “God” atau “Lord”.

Bagi orang Kristen, “Allah” bukanlah nama diri, seperti dalam konsep Islam. Tetapi, bagi mereka, “Allah” adalah sebutan untuk “Tuhan itu” (al-ilah). Jadi, bagi mereka, tidak ada masalah, apakah Tuhan disebut God, Lord, Allah, atau Yahweh. Yang penting, sebutan itu menunjuk kepada “Tuhan itu”. Ini tentu berbeda dengan konsep Islam.
Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kelompok-kelompok Kristen yang menolak penggunaan nama “Allah” untuk Tuhan mereka dan menggantinya dengan kata “Yahwe”. Tahun 1999, muncul kelompok Kristen yang menemakan dirinya Iman Taqwa Kepada Shirathal Mustaqim (ITKSM) yang melakukan kampanye agar kaum Kristen menghentikan penggunaan lafaz Allah. Kelompok ini kemudian mengganti nama menjadi Bet Yesua Hamasiah (BYH). Kelompok ini mengatakan: “Allah adalah nama Dewa Bangsa Arab yang mengairi bumi. Allah adalah nama Dewa yang disembah penduduk Mekah.”

Kelompok ini juga menerbitkan Bibel sendiri dengan nama Kitab Suci Torat dan Injil yang pada halaman dalamnya ditulis Kitab Suci 2000. Kitab Bibel versi BYH ini mengganti kata “Allah” menjadi “Eloim”, kata “TUHAN” diganti menjadi “YAHWE”; kata “Yesus” diganti dengan “Yesua”, dan “Yesus Kristus” diubah menjadi “Yesua Hamasiah”. Berikutnya, muncul lagi kelompok Kristen yang menamakan dirinya “Jaringan Gereja-gereja Pengagung Nama Yahweh” yang menerbitkan Bibel sendiri dengan nama “Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan ini”. Kelompok ini menegaskan, “Akhirnya nama “Allah” tidak dapat dipertahankan lagi.” (Tentang kontroversi penggunaan nama Allah dalam Kristen, bisa dilihat dalam buku-buku I.J. Setyabudi, Kontroversi Nama Allah, (Jakarta: Wacana Press, 2004); Bambang Noorsena, The History of Allah, (Yogya: PBMR Andi, 2005); juga Herlianto, Siapakah Yang Bernama Allah Itu? (Jakarta: BPK, 2005, cetakan ke-3).

Itulah tradisi Yahudi-Kristen dalam soal penyebutan nama Tuhan. Sayangnya, oleh sebagian kaum Muslim atau orientalis Barat, tradisi Yahudi dan Kristen ini kemudian dibawa ke dalam Islam. Pada berbagai terjemahan al-Quran dalam bahasa Inggris, kita menemukan tindakan yang tidak tepat, yaitu menerjemahkan semua lafaz Allah dalam al-Quran menjadi “God”. Dalam konsep Islam, Allah adalah nama diri (ismul ‘alam/proper name)dari Dzat Yang Maha Kuasa. Maka, seharusnya, lafaz “Allah” dalam al-Quran tidak diterjemahkan ke dalam sebutan lain, baik diterjemahkan dengan “Tuhan”, “God”, atau “Lord”. Beberapa terjemahan al-Quran bahasa Inggris telah menerjemahkan lafaz Allah menjadi God. Misalnya, Abdullah Yusuf Ali – dalam The Holy Qur’an — menerjemahkan “Bismillah” dengan “In the name of God”. Begitu juga, “Alhamdulillah” diterjemahkan dengan “Praise be to God”, dan “Qul Huwallahu ahad” diterjemahkan dengan “Say: He is God, the One and Only”. Kasus yang sama – penerjemahan nama Allah menjadi God – juga bisa dilihat dalam Terjemah al-Quran bahasa Inggris yang dilakukan oleh J.M. Rodwell (terbitan J.M. Dent Orion Publishing Group, London, 2002. Terbit pertama oleh Everyman tahun 1909). Harusnya, kata Allah dalam al-Quran tidak diterjemahkan, karena “Allah” adalah nama. Seperti halnya kita tidak boleh menerjemahkan kata “President Bush” dengan “Presiden semak”, atau nama Menlu AS “Rice” dengan “Menteri Nasi”.

Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, sesuai dengan konsep Pandangan Hidup Islam (Islamic worldview) yang bersifat otentik dan final, maka konsep Islam tentang Tuhan, juga bersifat otentik dan final. Itu disebabkan, konsep Tuhan dalam Islam, dirumuskan berdasarkan wahyu dalam al-Quran yang juga bersifat otentik dan final. Konsep Tuhan dalam Islam memiliki sifat yang khas yang tidak sama dengan konsepsi Tuhan dalam agama-agama lain, tidak sama dengan konsep Tuhan dalam tradisi filsafat Yunani; tidak sama dengan konsep Tuhan dalam filsafat Barat modern atau pun dalam tradisi mistik Barat dan Timur. (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysic of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995).

Bait pertama dalam Aqidah Thahawiyah yang ditulis oleh Abu Ja’far ath-Thahawi (239-321H), dan disandarkan pada Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, Imam Syaibani, menyatakan: “Naquulu fii tawqiidillaahi mu’taqidiina – bitawfiqillaahi: Innallaaha waahidun laa syariikalahu.” Dalam Kitab Aqidatul Awam – yang biasa diajarkan di madrasah-madrasah Ibtidaiyah — ditulis bait pertama kitab ini: “Abda’u bismillaahi wa-arrahmaani—wa bi-arahiimi daa’imil ihsani.” Ayat pertama dalam al-Quran juga berbunyi “Bismillahirrahmaanirrahiimi”, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tuhan, dalam Islam, dikenal dengan nama Allah. Lafaz ‘Allah’ dibaca dengan bacaan yang tertentu. Kata “Allah” tidak boleh diucapkan sembarangan, tetapi harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw, sebagaimana bacaan-bacaan ayat-ayat dalam al-Quran. Dengan adanya ilmul qiraat yang berdasarkan pada sanad – yang sampai pada Rasulullah saw – maka kaum Muslimin tidak menghadapi masalah dalam penyebutan nama Tuhan. Umat Islam juga tidak berbeda pendapat tentang nama Tuhan, bahwa nama Tuhan yang sebenarnya ialah Allah. Dengan demikian, “nama Tuhan”, yakni “Allah” juga bersifat otentik dan final, karena menemukan sandaran yang kuat, dari sanad mutawatir yang sampai kepada Rasulullah saw. Umat Islam tidak melakukan ’spekulasi filosofis’ untuk menyebut nama Allah, karena nama itu sudah dikenalkan langsung oleh Allah SWT – melalui al-Quran, dan diajarkan langsung cara melafalkannya oleh Nabi Muhammad saw.

Dalam konsepsi Islam, Allah adalah nama diri (proper name) dari Dzat Yang Maha Kuasa, yang memiliki nama dan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat Allah dan nama-nama-Nya pun sudah dijelaskan dalam al-Quran, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada terjadinya spekulasi akal dalam masalah ini. Tuhan orang Islam adalah jelas, yakni Allah, yang SATU, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. (QS 112). Dan syahadat Islam pun begitu jelas: “La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah” — Tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah”. Syahadat Islam ini tidak boleh diterjemahkan dengan “Tidak ada tuhan kecuali Tuhan dan Yang Terpuji adalah utusan Allah”. Kaum Muslim di seluruh dunia – dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda – juga menyebut dan mengucapkan nama Allah dengan cara yang sama. Karena itu, umat Islam praktis tidak mengalami perbedaan yang mendasar dalam masalah konsep ‘Tuhan’. Karen Armstrong menulis dalam bukunya:

“al-Quran sangat mewaspadai spekulasi teologis, mengesampingkannya sebagai zhanna, yaitu menduga-duga tentang sesuatu yang tak mungkin diketahui atau dibuktikan oleh siapa pun. Doktrin Kristen tentang Inkarnasi dan Trinitas tampaknya merupakan contoh pertama zhanna dan tidak mengherankan jika umat Muslim memandang ajaran-ajaran itu sebagai penghujatan.” (Karen Armstrong, Sejarah Tuhan (Terj), 2001), hal. 199-200).

Bagi kaum Pluralis Agama, siapa pun nama Tuhan tidak menjadi masalah, karena biasanya mereka memandang, agama adalah bagian dari ekspresi budaya manusia yang sifatnya relatif. Karena itu, tidak manjadi masalah, apakah Tuhan disebut Allah, God, Lord, Yahweh, dan sebagainya. Mereka juga mengatakan, bahwa semua ritual dalam agama adalah menuju Tuhan yang satu, siapa pun nama-Nya. Nurcholish Madjid, misalnya, menyatakan, bahwa:

“… setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai Agama.” (Lihat, buku Tiga Agama Satu Tuhan, (1999), hal. xix).

Seorang Pluralis pendatang baru, juga menulis dalam buku terbarunya, “Semua agama itu kembali kepada Allah. Islam, Hindu, Budha, Nasrani, Yahudi, kembalinya kepada Allah.”

Pandangan yang menyatakan, bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama, yaitu Allah, adalah pandangan yang keliru. Hingga kini, sebagaimana dipaparkan sebelumnya, di kalangan Kristen saja, muncul perdebatan sengit tentang penggunaan lafal “Allah” sebagai nama Tuhan. Sebagaimana kaum Yahudi, kaum Kristen sekarang juga tidak memiliki ‘nama Tuhan’ secara khusus. Kaum Hindu, Budha, dan pemeluk agama-agama lain juga tidak mau menggunakan lafaz “Allah” sebagai nama Tuhan mereka.
Kaum musyrik dan Kristen Arab memang menyebut nama Tuhan mereka dengan “Allah” sama dengan orang Islam. Nama itu juga kemudian digunakan oleh al-Quran. (Al-Quran memang menyebutkan, jika kaum musyrik Arab ditanya tentang siapa yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka akan menyebut “Allah”. (Lihat QS 29:61, 43:87).
Tetapi, perlu dicatat, bahwa al-Quran menggunakan kata yang sama namun dengan konsep yang berbeda. Bagi kaum musyrik Arab, Allah adalah salah satu dari Tuhan mereka, disamping tuhan Lata, Uza, Hubal, dan sebagainya. Karen Armstrong menyebut, ketika Islam datang, ‘Allah’ dianggap sebagai ‘Tuhan Tertinggi dala keyakinan Arab kuno’. (Lihat, Karen Armstrong, op cit, hal. 190).

Karena itu, dalam pandangan Islam, mereka melakukan tindakan syirik terhadap Allah. Sama dengan kaum Kristen, yang dalam pandangan Islam, juga telah melakukan tindakan syirik dengan mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan. Karena itulah, Nabi Muhammad saw – sesuai dengan ketentuan QS al-Kafirun – menolak ajakan kaum musyrik Quraisy untuk melakukan penyembahan kepada Tuhan masing-masing secara bergantian. Jadi, tidak bisa dikatakan, bahwa orang Islam menyembah Tuhan yang sama dengan kaum kafir Quraisy. Jika menyembah Tuhan yang sama, tentulah Nabi Muhammad saw akan memenuhi ajakan kafir Quraisy.

“Katakan, hai orang-orang kafir!
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi peyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS 109).

QS al-Kafirun ini menjadi dalil bahwa karena konsep Tuhan yang berbeda – meskipun namanya sama, yaitu Allah – dan cara beribadah yang tidak sama pula, maka tidak bisa dikatakan bahwa kaum Muslim dan kaum kafir Quraisy menyambah Tuhan yang sama. Itu juga menunjukkan, bahwa konsep Tuhan kaum Quraisy dipandang salah oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga cara (jalan) penyembahan kepada Allah. Karena itulah, nabi Muhammad dilarang mengikuti ajakan kaum kafir Quraisy untuk secara bergantian menyembah Tuhan masing-masing.

Sebagai Muslim, kita meyakini, Islam adalah agama yang benar. Tuhan kita Allah, yang nama-Nya diperkenalkan langsung dalam al-Quran. Tidaklah patut kita membuat teori-teori yang berasal dari spekulasi akal, dengan menyama-nyamakan Allah dengan yang lain, atau menserikatkan Allah dengan yang lain, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Pluralis Agama. Wallahu a’lam. (Bojonegoro, 15 September 2006).

http://adilmuhammad.dagdigdug.com/2010/02/17/tuhan-kita-allah/

Selengkapnya...

Terapi ; Hampa dan Kekosongan Diri

Assalamu’alaikum wr.wb
Shahabat saya yang terkasih. Semoga setelah kita menghabis masa libur bersama keluarga, teman, dan shahabat. Allah berikan kepada kita kekuatan yang lebih besar, dari peristirahatan kita kemarin. Sehingga kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan prima hari ini. Untuk membangun tangga-tangga sejarah, menuju impian yang kita idamkan.

Tiga hari yang lalu, saya berdiskusi dengan seorang teman. Dari pembicaraan itu, ada hal yang membuat saya bertanya-tanya”How can it be”. Teman saya menyampaikan, ”terkadang ada saat nya, kami menangis dan tertawa tanpa alasan yang jelas. Karena dengan menangis itu sendiri, bisa membuat masalah lebih mereda”.

Sungguh kondisi itu, membuat saya penasaran. Bagaimana bisa air mata jatuh tanpa alasan yang jelas, hanya kepingin saja. Mungkin itu pernah anda alami. Saya tidak tau bagaimana itu bisa. Tapi, terkadang itu terjadi kepada siapa saja. Sehingga untuk memahami kondisi ini. Saya berusaha untuk mengalami apa yang disampaikan oleh teman saya.

Kemudian, saya lakukan salah satu tehnik yang dibahas di Mind-Design Therapy. Yaitu untuk memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Dengan tehnik ini pula, seolah-olah kita bisa tau apa yang difikirkan orang lain. Benar saja, tiba-tiba saya seperti mau menangis, mata saya berkaca-kaca.

Sementara itu, Saya mencoba bertanya kepada diri untuk memahami, bagaimana ini bisa terjadi? Entah bagaimana, saya jadi teringat pesan guru saya di Ponpes NLP Pasar Minggu. ”Jika kamu pernah bertanya kepada dirimu, bagaimana ini bisa terjadi? Itu menandakan, bahwa kamu tidak SADAR akan dirimu sendiri”.Lalu, saya praktekkan latihan KESADARAN, antara keberadaan tubuh, fikiran dan perasaan yang timbul tenggelam dalam diri saya.

Akhirnya saya pun menyadari, apa yang terjadi pada diri saya.Menangis tanpa sebab yang jelas, karena adanya keHAMPAan dan KEKOSONGAN diri. Lebih dalam lagi saya menggali, kehampaan ini muncul karena memikirkan sesuatu yang diinginkan, namun belum terjadi. Tapi, bila kita mau jujur kepada diri sendiri, sebenarnya hal itu belum terjadi, karena kita belum melakukannya. Ketidakmampuan untuk melakukan ini, bisa dikarenakan faktor intenal dan faktor ekternal. Faktor internal karena belum berani, malu atau mungkin karena tanpa ada alasan yang jelas. Sementara, faktor external mungkin bisa disebabkan oleh banyak hal. Tapi, kondisi yang saya dapatkan saat itu, karena faktor harapan, dan mempertimbangkan akan orang terdekat, yaitu keluarga.
Selain itu juga, ada fikiran yang muncul. Seandainya apa yang saya inginkan sudah terjadi, mungkin tidak seperti ini yang saya rasakan. Bahkan ada yang lebih ekstrim, muncul pemikiran ; buat apa lagi aku hidup, lebih baik aku mati.

Kembali dengan pertanyaan diatas, bagaimana ini bisa terjadi? Setelah saya menemukan apa sebenarnya yang difikirkan dan dirasakan. Sebagai Mind-Therapist, saya mencoba memikirkan, solusi apa yang dapat saya berikan.

Barangkali, shahabat yang baik. Juga pernah mengalami kondisi seperti diatas. Entah itu ingin menangis tanpa alasan yang jelas, atau mungkin duduk terdiam tidak tau mengapa. Bisa jadi mungkin bahkan hal lain. Namun, jika ditelusuri fikiran dan persaan anda, seperti yang telah saya sebutkan diatas. Anda boleh melakukan cara-cara ini sekarang. Saya yakin, percaya dan sadar. Cara ini, belum tentu tepat untuk semua orang. Tapi, kita tidak pernah tau sebelum mencoba melakukannya.

1. Ambillah posisi duduk yang nyaman dan tenang serta aman menurut anda.
2. Berdoa sesuai dengan keyakinan anda. Dengan harapan, agar apa yang anda fikirkan dan rasakan sekarang, segera bisa kembali sebagaimana biasanya.
3. Anda boleh melakukan ini sambil memejamkan mata anda atau sembil menutup mata.
4. Tarik nafas yang dalam, kemudian tahan sejenak dan hembuskan. Lakukan sebanyak 7 kali.
5. Sadari keberadaan tubuh, dari rambut, sampai keujung kaki. Bila anda belum terbiasa, boleh gunakan tangan untuk membantu. Dengan mengusap seluruh tubuh...
6. Sambil anda menyadari keberadaan tubuh. Pusatkan fikiran dan perasaan anda kepada anggota tubuh yang anda usap/sentuh. Hadirkan kesyukuran, fikirkan itu.
7. Kemudian rasakan syukur itu, perbesar rasa syukur. Boleh sambil berlafadz, Alhamdulillah. (Saat memperbesar rasa syukur ini, anda boleh perlambat usapan tangan anda pada tubuh, agar bentuk dan rasa syukurnya lebih mengena.)


Bisa jadi, pada saat rasa syukur diperbesar. Anda akan menangis, atau ingin sujud syukur, atau bahkan melihat semacam ada cahaya putih. Ikuti saja keinginan dan nikmati saja kondisi itu.

8. Berdoalah kepada Allah. Mohon untuk diberikan solusi dari masalah-masalah anda. Mohon agar apa yang anda cita-citakan / inginkan, segera diwujudkan dan dikabulkan oleh Allah.
9. Buka mata anda, ucapkan Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur yang dalam. Sambil tersenyum.

Shahabat yang terkasih. Bisa jadi hal-hal yang kita anggap itu lebih baik bagi kita, mungkin saja belum tentu baik bagi Allah. Terkadang kita menganggap, jika yang kita mau itu tercapai, maka akan membuat kita lebih bahagia. Tapi, beberapa moment sudah kita lewati, itu akan menjadi biasa saja setelah tergapai, karena kita membuat perbandingan baru yang lebih besar.

Jika ada rasa khawatir dan belum muncul keberanian dalam tindakan, mungkin bisa membaca artikel saya sebelumnya tentang (Khawatir ; cara menjemput ajal dengan perlahan-lahan).

Selamat mempraktekkan dan semoga bermanfaat. Jika anda mendapat hasil dan cara ini efektif bagi anda. Sampaikan / sharekan kepada teman-teman dan shahabat yang membutuhkan. Note ini sangat diizinkan untuk di Copy paste...

Bogor 15 Februari 2010

Rahmadsyah,CM. NLP
Trainer & Mind-Therapist I 081511448147 I YM ; rahmad_aceh
www.rahmadsyahnlp. blogspot. com I www.facebook. com/rahmadsyah

Selengkapnya...

Selasa, 16 Februari 2010

Sistem Ekonomi Islam Anti Krisis (Meskipun Pernah Mengalami Krisis Sebentar)

Assalamu’alaikum mas kemarin saya baca di eramuslim ternyata sistem ekonomi Islam tidak kebal krisis, buktinya pernah mengalami krisis ekonomi pada masa umar bin al khatab.

Jawab:


Wa’alaykumus salam wr. wb.
Begini mas, meskipun pernah mengalami krisis, namun disebabkan bukan karena sistem ekonominya yang lemah, melainkan faktor non sistem. Dr Ahmad bin Jaribah Al Haritsi dalam bukunya yang berjudul Fikih Ekonomi Umar bin Khathab menjelaskan ada beberapa sebab, diantaranya:

Sebab materi:
1.Terhentinya air, disebabkan terhentinya turun hujan, akhirnya berdampak terhadap kegiatan pertanian
2.munculya wabah pes di negeri syam, berdampak terhadap kegiatan perdagangan bangsa Arab.
3.Sibuknya kaum Muslim dalam melakukan aktivitas jihad. Dsb.

Sebab maknawi:
Diantaranya, lumayan banyaknya kaum muslim yang melakukan kemaksiatan.

Jadi krisis tersebut diakibatkan bukan karena lemahnya sistem,melainkan karena kondisional, itupun berlangsung dengan sangat cepat dan mudah diatasi. Hal ini berbeda dengan krisis yang dialami oleh sistem-sistem selai Islam, yang disebabkan oleh bobroknya sistem tersebut. Sistem buatan Dzat yang maha Pencipta tidak mungkin ada kelemahan. Jadi jelas bahwa ekonomi syariah adalah ekonomi anti krisis!. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Jazakallah khoir.

sumber : kajian umum online

http://viand.dagdigdug.com/2010/02/15/sistem-ekonomi-islam-anti-krisis-meskipun-pernah-mengalami-krisis-sebentar/

Selengkapnya...

Senin, 15 Februari 2010

Islam, Pluralitas dan Pluralisme

Islam menaungi puralitas tapi jelas tidak mendukung pluralisme. Rosul mengajarkan tetap menjalin hubungan baik dalam kehidupan sosial tetapi wajib eksklusif dalam aqidah.

Para pendukung sipilis (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme) tampak bahwa mereka adalah kelompok yang selalu berada pada garda terdepan dalam penyesatan seperti dalam kasus Ahmadiyah.

Selengkapnya...

Minggu, 14 Februari 2010

Istilah Salah Kaprah Di dalam Agama

Berikut ini adalah sederet istilah SALAH KAPRAH di sekitar kita. Semuanya khas Indonesia, tapi kurang tepat secara Islam.

IBADAH ITU TIDAK BOLEH PAMRIH
Sebenarnya, dalam Islam tidak ada istilah ini. Karena kita memang boleh dan harus pamrih (berharap) kepada Allah. Setidaknya, pamrih (berharap) akan ridha-Nya. Nah, yang dilarang itu pamrih kepada manusia.

SEDEKAH ITU ALAKADARNYA SAJA
Tidak ada satu dalil pun menunjukkan begitu. Yap, ini cuma istilah khas Indoenesia.

PERNIKAHAN ITU JANJI SEHIDUP-SEMATI
Juga tidak ada istilah ini dalam Islam. Karena ketika salah satu murtad atau tidak memenuhi kewajiban sampai waktu tertentu, maka keduanya boleh bercerai (walaupun ini merupakan pilihan terakhir dan dibenci oleh Allah). Anda bayangkan, seorang suami yang tidak menafkahi istrinya, memukuli istrinya, dan mengasari istrinya selama bertahun-tahun. Terus, si suami sudah dinasihati dan tidak mau berubah. Apa pernikahan ini mesti dipertahankan sehidup-semati?

TUHAN ITU BERADA DI DALAM SURGA
Ini juga salah kaprah. Tidak ada dalilnya sama sekali. Karena Allah itu lebih mulia dan lebih besar daripada surga. Juga Allah tidak butuh surga. Lha surga itu ’kan cuma salah satu ciptaan-Nya. Bayangkan, Anda berada di dalam rumah. Itu berarti, Anda lebih kecil daripada rumah. Kalau Allah itu berada di dalam surga, berarti Allah itu lebih kecil daripada surga. Jelas, ini salah kaprah. Istilah ini diajarkan oleh agama lain, tapi tidak pernah diajarkan oleh Islam.

Mari sama-sama kita perbaiki. Sip?

Ippho Santosa
Entrepreneur, Penulis Mega-Bestseller & Penerima MURI Award

Selengkapnya...

Selasa, 09 Februari 2010

MITOS VALENTINE DAY

14 Februari, adalah tanggal yang telah lekat dengan kehidupan muda-mudi kita. Hari yang lazim disebut Valentine Day ini, konon adalah momen berbagi, mencurahkan segenap kasih sayang kepada “pasangan”-nya masing-masing dengan memberi hadiah berupa coklat, permen, mawar, dan lainnya. Seakan tak terkecuali, remaja Islam pun turut larut dalam ritus tahunan ini, meski tak pernah tahu bagaimana akar sejarah perayaan ini bermula.

Sesungguhnya Allah Subahanahu wa Ta’ala telah memilih Islam sebagai agama bagi kita, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali ‘Imran: 19)

Allah Subahanahu wa Ta’ala juga menyatakan bahwa Dia tidak menerima dari seorang pun agama selain Islam. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali ‘Imran: 85)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِي يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidak ada seorangpun yang mendengar tentang aku, baik dia Yahudi atau Nasrani, lalu dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan risalah yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.”
Semua agama yang ada di masa ini –selain Islam– adalah agama yang batil. Tidak bisa menjadi (jalan) pendekatan kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala. Bahkan bagi seorang hamba, agama-agama itu tidaklah menambah kecuali kejauhan dari-Nya, sesuai dengan kesesatan yang ada padanya.
Telah lama, tersebar suatu fenomena –yang menyedihkan– di kalangan banyak pemuda-pemudi Islam. Fenomena ini merupakan bentuk nyata sikap taqlid (membebek) terhadap kaum Nasrani, yaitu Hari Kasih Sayang (Valentine Day). Berikut ini secara ringkas akan dipaparkan asal-muasal perayaan tersebut, perkembangannya, tujuan serta bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapinya.

Asal Muasal

Perayaan ini termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala), di mana penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari 17 abad silam. Perayaan ini merupakan ungkapan –dalam agama paganis Romawi– kecintaan terhadap sesembahan mereka.

Perayaan ini memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling masyhur tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa Romulus –pendiri kota Roma– disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah. Di antara ritualnya adalah menyembelih seekor anjing dan kambing betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya. Kemudian keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai besar dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong kulit yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati, karena meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan mudah.

Apa Hubungan St. Valentine dengan Perayaan Ini?

Versi I: Disebutkan bahwa St. Valentine adalah seorang yang mati di Roma ketika disiksa oleh Kaisar Claudius sekitar tahun 296 M. Di tempat terbunuhnya di Roma, dibangun sebuah gereja pada tahun 350 M untuk mengenangnya.
Ketika bangsa Romawi memeluk Nasrani, mereka tetap memperingati Hari Kasih Sayang. Hanya saja mereka mengubahnya dari makna kecintaan kepada sesembahan mereka, kepada pemahaman lain yang mereka istilahkan sebagai martir kasih sayang, yakni St. Valentine, sang penyeru kasih sayang dan perdamaian, yang –menurut mereka– mati syahid pada jalan itu.
Di antara aqidah batil mereka pada hari tersebut, dituliskan nama-nama pemudi yang memasuki usia nikah pada selembar kertas kecil, lalu diletakkan pada talam di atas lemari buku. Lalu diundanglah para pemuda yang ingin menikah untuk mengambil salah satu kertas itu. Kemudian sang pemuda akan menemani si wanita pemilik nama yang tertulis di kertas (yang diambilnya) selama setahun. Keduanya saling menguji perilaku masing-masing, baru kemudian mereka menikah. Bila tidak cocok, mereka mengulangi hal yang serupa tahun mendatang.
Para pemuka agama Nasrani menentang sikap membebek ini, dan menganggapnya sebagai perusak akhlak para pemuda dan pemudi. Maka perayaan ini pun dilarang di Italia. Dan tidak diketahui kapan perayaan ini dihidupkan kembali.

Versi II: Bangsa Romawi di masa paganis dahulu merayakan sebuah hari raya yang disebut hari raya Lupercalia1. Ini adalah hari raya yang sama seperti pada kisah versi I di atas. Pada hari itu, mereka mempersembahkan qurban bagi sesembahan mereka selain Allah Subahanahu wa Ta’ala. Mereka meyakini bahwa berhala-berhala itu mampu menjaga mereka dari keburukan dan menjaga binatang gembalaan mereka dari serigala.
Ketika bangsa Romawi memeluk agama Nasrani, dan Kaisar Claudius II berkuasa pada abad ketiga, dia melarang tentaranya menikah. Karena menikah akan menyibukkan mereka dari peperangan yang mereka jalani. Maka St. Valentine menentang peraturan ini, dan dia menikahkan tentara secara diam-diam. Kaisar lalu mengetahuinya dan memenjarakannya, sebelum kemudian dia dihukum mati.

Versi III: Kaisar Claudius II adalah penyembah berhala, sedangkan Valentine adalah penyeru agama Nasrani. Sang Kaisar berusaha mengeluarkannya dari agama Nasrani dan mengembalikannya kepada agama paganis Romawi. Namun Valentine tetap teguh memeluk agama Nasrani, dan dia dibunuh karenanya pada 14 Februari 270 M, malam hari raya paganis Romawi: Lupercalia.
Ketika bangsa Romawi memeluk Nasrani, mereka tetap melakukan perayaan paganis Lupercalia, hanya saja mereka mengaitkannya dengan hari terbunuhnya Valentine untuk mengenangnya.

Syi’ar Perayaan Hari Kasih Sayang

1. Menampakkan kegembiraan dan kesenangan.
2. Saling memberi mawar merah, sebagai ungkapan cinta, yang dalam budaya Romawi paganis merupakan bentuk cinta kepada sesembahan kepada selain Allah Subahanahu wa Ta’ala.
3. Menyebarkan kartu ucapan selamat hari raya tersebut. Pada sebagiannya terdapat gambar Cupid, seorang anak kecil dengan dua sayap membawa busur dan panah. Cupid adalah dewa cinta erotis dalam mitologi Romawi paganis. Maha Tinggi Allah dari kedustaan dan kesyirikan mereka dengan ketinggian yang besar.
4. Saling memberi ucapan kasih sayang, rindu, dan cinta dalam kartu ucapan yang saling mereka kirim.
5. Di banyak negeri Nasrani diadakan perayaan pada siang hari, dilanjutkan begadang sambil berdansa, bercampur baur lelaki dan perempuan.
Beberapa versi kisah yang disebutkan seputar perayaan ini dan simbolnya, St. Valentine, bisa memberikan pencerahan kepada orang berakal. Terlebih lagi seorang muslim yang mentauhidkan Allah Subahanahu wa Ta’ala. Pemaparan di atas menjelaskan hakikat perayaan ini kepada kaum muslimin yang tidak tahu dan tertipu, kemudian ikut merayakannya. Mereka hakikatnya meniru umat Nasrani yang sesat, dan mengambil segala yang datang dari Barat, Nasrani, lagi atheis.

Selengkapnya...

Delapan Tanda Orang Ikhlas

Ada delapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk mengecek apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita. Kedelapan tanda itu adalah:

1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan popularitas.

2. Ikhlas ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya banyak kekurangan.
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa yang dilakukannya tidak diterima Allah swt. karena itu ia kerap menangis.

3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan.
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.

4.Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit.
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khathab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah swt.

5. Keikhlasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia.

6. Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah karena Allah.
Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda.

7. Keikhalasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya jalan.
Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji.

8. Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda memiliki kelebihan.
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki.

Sumber : Dakwatuna. com (Mochamad Bugi)

Selengkapnya...

Senin, 08 Februari 2010

Cara menjemput kematian dengan perlahan-lahan

Assalamu’alaikum wr.wb

Shahabatku yang baik, semoga pekan kedua dalam bulan kedua ini, mengantarkan kita bersama, menuju pintu gerbang istana kebaikan. Sehingga kitalah menjadi penghuninya. Karena hanya orang baik saja boleh masuk kedalamnya.




Seorang penyair mengingatkan, Janganlah engkau meninggal sebelum ajal menjemputmu. Pesannya barangkali sudah terbiasa kita ucapkan. Telinga sudah amat sering mendengar bunyi nada-nada bijak itu. Tapi, sungguh hebatnya anugerah fikiran, meskipun difahami. Walaupun sering didengar, terkadang tanpa disadari, menjadi zombi-zombi hidup amat sering kita jalani.



Maafkanlah atas kelancangan saya. Karena amat berani untuk mengeneralisasikan. Seolah-olah semua kita pernah menjadi zombi atau abadi. Karena saya yakin. Saat ini, telah ada diantara shahabat benar-benar telah menjadi manusia seutuhnya. Para sufi memberi nama, kondisi hudhur.



Berbicara mengenai ajal. Sebaik apapun persiapan kita menyambut kedatangannya. Ia pasti akan datang pada saat telah dijanjikan. Selupa apapun kita akan kepastian kehadirannya, hal ini menjadi wajib hukumnya. Bagi setiap yang bernyawa, akan dijemput oleh kematian.



Ada shahabat bertanya dengan lugas. Apa yang engkau khawatirkan? Pena telah diangkat. Ketetapan telah dituliskan. Qadha dan Qadar telah dipastikan.



Menjawab tiada yang kukhawatirkan, terkadang bentuk dari pembohongan diri. Lisan berbunyi; aku mengkhawatirkan masa depanku, bukti kelemahan iman. Astaqfirullah. Kami berlindung dan memohon ampun hanya kepadaMu ya Qhaffar.



Menariknya, terkadang hal-hal yang sebelum aku jalani. Aku hiasi ia dengan rasa khawatir itu, entah dimana posisinya? Saat aku melangkah, menjalani, dan melakukan ikhtiarku. Sehingga aku benar-benar memahami, kekhawatiran adalah langkah-langkah bunuh diri, tahapan-tahapan menjembut kematian yang amat perlahan-lahan.



Hal ini semakin membuatku bertanya-tanya dan mencari hakekat khawatir. Aku duduk terdiam, mencoba menyelami kembali, setiap pos-pos kehidupan yang pernah aku singgahi. Dari setiap episode kehidupan, aku menemukan benang merah kehidupan : Habis Gelap terbitlah terang. Almarhum Crisye dengan indah melantunkan, Badai pasti berlalu.



Rasa khawatir adalah hasil buah fikiran, bertujuan untuk memproteksi tubuh dari bahaya. Sehingga ia beri signal dengan gejala-gejala : keringat, perut perih, pandangan agak kabur, kepala senut-senut dan berbagai bentuk kreasi lainnya.



Jika memang demikian wujudnya. Bukankah ajakan-ajakan pejalan spiritual amat wajar untuk diikuti. Sadar.



Shahabat, khawatir adalah kejadian, masa, waktu dan ketetapan yang belum menghadiri kita. Ia sering kita beri judul dengan hal-hal yang kurang senang, tidak berkenan untuk kita terima. Tetapi, bukankah hal-hal yang amat kita senangi, kita berkenan atas kedatanganya, kita menkondisikan dengan kebahagiaan dan penuh harapan?



Seorang shahabat mengajak kita merenungi dan tinjau kembali sejenak. Bukankah ia wujud yang sama. Yaitu peristiwa yang akan datang? Bearti, ini adalah persepsi dan buah fikiran, yang dihasilkan oleh sudut pandang dan cara menyikapi akan masa depan, betul? Maafkan ia yang suka bertanya.



”Aku sebagaimana prasangka hambaKu”.



Jika memang demikian, anjuran berprasangka baik, ajakan berharap keindahan, dan seruan berkeinginan kebaikan. Pantaslah bila kita tempatkan pada tatanan kewajiban. Adakah sahabat yang merubah persepsi (cara menyikapi/cara memandang) sekarang?...



Bogor 7 Februari 2010

Selengkapnya...

Minggu, 07 Februari 2010

Adab Berdandan

ADAB BERDANDAN / BERHIAS

1. Disunnatkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda kepada salah seorang shahabatnya di saat beliau melihatnya mengenakan pakaian jelek : “Apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta, maka tampakkanlah bekas ni`mat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

2. Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak memperlihatkan apa yang ada di baliknya.

3. Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya. Karena hadits yang bersum-ber dari Ibnu Abbas Radhiallaahu ‘anhu ia menuturkan: “Rasulullah melaknat (mengutuk) kaum laki-laki yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” (HR. Al-Bukhari).

Tasyabbuh atau penyerupaan itu bisa dalam bentuk pakaian ataupun lainnya.

4. Pakaian tidak merupakan pakaian show (untuk ketenaran), karena Rasulullah Radhiallaahu ‘anhu telah bersabda: “Barang siapa yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia niscaya Allah akan mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat.” ( HR. Ahmad, dinilai hasan oleh Al-Albani).

5. Pakaian tidak boleh ada gambar makhluk yang bernyawa atau gambar salib, karena hadits yang bersumber dari Aisyah Radhiallaahu ‘anha menyatakan bahwasanya beliau berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membiarkan pakaian yang ada gambar salibnya melainkan Nabi menghapusnya”. (HR. Al-Bukhari dan Ahmad).

6. Laki-laki tidak boleh memakai emas dan kain sutera kecuali dalam keadaan terpaksa. Karena hadits yang bersumber dari Ali Radhiallaahu ‘anhu mengatakan, Sesungguhnya Nabi Allah Subhaanahu wa Ta’ala pernah membawa kain sutera di tangan kanannya dan emas di tangan kirinya, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya dua jenis benda ini haram bagi kaum lelaki dariumatku”. (HR. Abu Daud dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

7. Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki. Karena Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : “Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di dalam neraka” (HR. Al-Bukhari).

8. Adapun perempuan, maka seharusnya pakaiannya menu-tup seluruh badannya, termasuk kedua kakinya.Adalah haram hukumnya orang yang menyeret (meng-gusur) pakaiannya karena sombong dan bangga diri. Sebab ada hadits yang menyatakan : “Allah tidak akan memperhatikan di hari Kiamat kelak kepada orang yang menyeret kainnya karena sombong”. (Muttafaq’alaih).

9. Disunnatkan mendahulukan bagian yang kanan di dalam berpakaian atau lainnya. Aisyah Radhiallaahu ‘anha di dalam haditsnya berkata: “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam suka bertayammun (memulai dengan yang kanan) di dalam segala perihalnya, ketika memakai sandal, menyisir rambut dan bersuci’. (Muttafaq’-alaih).

10. Disunnatkan kepada orang yang mengenakan pakaian baru membaca :“Segala puji bagi Allah yang telah menutupi aku dengan pakaian ini dan mengaruniakannya kepada-ku tanpa daya dan kekuatan dariku”. (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

11. Disunnatkan memakai pakaian berwarna putih, katrena hadits mengatakan: “Pakaialah yang berwarna putih dari pakaianmu, karena yang putih itu adalah yang terbaik dari pakaian kamu …” (HR. Ahmad dan dinilah shahih oleh Albani).

12. Disunnatkan menggunakan farfum bagi laki-laki dan perempuan, kecuali bila keduanya dalam keadaan berihram untuk haji ataupun umrah, atau jika perempuan itu sedang berihdad (berkabung) atas kematian suaminya, atau jika ia berada di suatu tempat yang ada laki-laki asing (bukan mahramnya), karena larangannya shahih.

13. Haram bagi perempuan memasang tato, menipiskan bulu alis, memotong gigi supaya cantik dan menyambung rambut (bersanggul). Karena Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam di dalam haditsnya mengatakan: “Allah melaknat (mengutuk) wanita pemasang tato dan yang minta ditatoi, wanita yang menipiskan bulu alisnya dan yang meminta ditipiskan dan wanita yang meruncingkan giginya supaya kelihatan cantik, (mereka) mengubah ciptaan Allah”. Dan di dalam riwayat Imam Al-Bukhari disebutkan: “Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya”. (Muttafaq’alaih).

Selengkapnya...

Sabtu, 06 Februari 2010

Adab Buang Air Besar ( BAB )

Seorang muslim yang akan buang hajat ( BAB / BAK ) harus memperhatikan adab – adab yang ditetapkan dalam Islam dan dicontohkan oleh Rasulullo SAW , yaitu :

1. Tidak membawa atau mengenakan sesuatu yang bertuliskan lafadz Alloh

Dari Anas Bin Malik RA , ia berkata ,” Rasululloh SAW jika masuk ke tempat buang hajat , maka Beliau melepas cincinya.” ( cincin Raululloh SAW bertuliskan Muhammad Rasululloh ) HR. Abu Dawud , Tirmidzi , An Nasai , Ibnu Majah )

2. Menjauh dari manusia dan menghalangi diri dari pandangan manusia

Dari Jabir RA berkata ,” Sesungguhnya Nabi SAW jika hendak buang air besar maka Beliau SAW pergi atau berpindah agar tidak ada orang yang melihatnya.” ( HR. Abu Dawud )

3. Hendaknya membaca doa ( waktu masuk WC / ketika membuka baju )

4. Masuk dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan

5. Tidak mengangkat pakaiannya jika buang hajat di tempat terbuka

Dari Ibnu Umar RA , ia berkata bahwa ,” Nabi SAW jika ingin buang hajat , maka Beliau SAW tidak mengangkat kainnya sampai ketika ia dekat dengan tanah / jongkok.” ( HR. Abu Dawud , Tirmidzi )

6. Tidak menghadap kiblat atau membelakanginya

Dari Abu Ayyub Al Anshori RA , bahwa Nabi SAW bersabda ,” Jika kalian mendatangi tempat buang hajat , maka janganlah kalian menghadap kiblat dan jangan membelakanginya , baik buang air kecil ataupun buang air besar , akan tetapi hendklah kalian menghadap ke timur atau barat.”

Dari Abdullah Bin Umar RA , berkata ,”Aku mendatangi rumah saudara perempuanku Hafshoh dan aku melihat Rasululloh SAW jongkok karena sedang buang hajat dengan menghadap ke kota Syam dan membelakangi kiblat.” ( HR. Bukhori & Muslim )

Dari 2 hadits ini , ada beberapa pendapat :

· Beberapa ulama sepakat bahwa buang hajat dengan menghadap kiblat hukumnya haram

· Sebagian ulama berpendapat bahwa buang hajat dengan menghadap kiblat hukumnya hanya makruh

· Pendapat lainnya adalah bila di tempat terbuka tidak boleh dan jika di tempat tertutup tidak apa – apa

7. Tidak buang hajat di tempat umum , jalan , tempat berteduh , air yang tergenang , lubang

Dari Abu Hurairah RA , bahwa Rasululloh SAW bersabda ,” Takutlah kalian kepada Al La’aanin.” Mereka berkata ,” Apakakh La’aanin itu wahai Rasululloh ? Beliau menjawab ,” Orang – orang yang buang air di tempat orang – orang yang berjalan atau di tempat orang – orang berteduh.” ( HR. Muslim , Abu Dawud , Ibnu Majah )

Dari Abu Hurairah RA , bahwa Rasululloh SAW bersabda ,” Janganlah sekali – kali kalian kencing di dalam air yang tergenang , yang tidak mengalir kemudian mandi di dalamnya. ( HR. Bukhori & Muslim )

8. Tidak berbicara , menjawab salam atau menjawab adzan

Dari Ibnu Umar RA , ia berkata ,” Seorang laki – laki melewati Rasululloh SAW yang sedang buang air kecil , lalu ia member salam , maka Rasululloh SAW tidak menjawab salamnya.” ( HR. Muslim )

Dari Muhajir Bin Qunfudz , dia berkata ,” Saya bertemu dengan Nabi SAW , yg mana ketika itu Beliau buang air kecil , maka saya mengucapkan salam kepada Beliau. Tetapi teryata Beliau tidak menjawab salamku , sampai akhirnya Beliau berwudhu , baru menjawab. Setelah itu Beliau menyebutkan alasan kenapa Beliau melakukan itu. Beliau berkata ,” Saya tidak senang berdzikir kepada Alloh kecuali dalam keadaan suci.” ( HR. Abu Dawud )

9. Tidak buang hajat pada bak tempat mandinya

Rasululloh SAW bersabda ,” Janganlah seorang di antara kalian buang air kecil di tempat mandinya kemudian dia mandi di dalamnya.” ( HR. Muslim )

10. Tidak memegang kemaluannya dengan tangan kanan & jika cebok dengan tangan kiri

Dari Abu Qotadah RA , bahwa Rasululloh SAW bersabda ,” Jika seorang diantara kalian minum , maka janganlah ia bernafas di dalam gelasnya , dan jika mendatangi WC maka janganlah ia memegang kemaluannya dengan tangan kanannya dan janganlah ia cebok dengan tangan kanannya.” ( HR. Bukhori & Muslim )

11. Jika baru bangun tidur , jangan langsung mencelupkan tangannya ke dalam bak air

Dari Abu Hurairah RA , bahwa Nabi SAW bersabda ,” Jika salah seorang diantara kalian bangun tidur , maka janganlah ia mencelupkan tanganya ke dalam tempayan sebelum ia mencucinya sebanyak tiga kali , karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dimana letak tangannya ketika tidur.” ( HR. Bukhori & Muslim )

12. Tidak boleh bersuci dengan kotoran kering atau tulang

13. Jika bersuci dengan batu

Rasululloh SAW bersabda ,” Barangsiapa yang beristinjak dengan batu , maka beristinjaklah dengan bilangan ganjil.” ( HR. Bukhori & Muslim )

14. Wajib menghilangkan kotoran yang menempel pada lobang kemaluan

15. Memercikkan air ke celananya dan berwudhu

Al Hakam Bin Sufyan RA , ia berkata ,” Rasululloh SAW jika selesai buang air kecil , Beliau berwudhu dan memercikkan air ke celananya.” ( HR. Abu Dawud )

16. Hendaknya menggosokkan tangan ketanah setelah bersuci

Dari Abu Hurairah RA ,ia berkata ,” Sesungguhnya Nabi SAW setelah buang hajat maka Beliau beristinjak ( dengan air ) dari sebuah bejana , lalu menggosok tangannya dengan tanah.” ( HR. Abu Dawud , Ibnu Majah )

17. Tidak berlama – lama di dalam tempat buang hajat.

TAMBAHAN SEPUTAR ADAB BUANG HAJAT.

1. Mandi / menghilangkan kotoran dengan air musta’mal ( air bekas bersuci ) tidak apa – apa

“ Beliau SAW pernah mandi dari air bekas mandi istrinya Maimunah RA.” ( HR. Muslim No. 323 / Haid / ukuran air yang tepat untuk mandi junub )

Dari Ibnu Abbas RA , ia berkata ,” Beberapa istri Rasululloh SAW sedang mandi di sebuah bejana , maka datanglah Rasululloh SAW dan mandi dari air bekas istri – istri tersebut. Maka salah seorang dari mereka berkata ,” Sesungguhnya aku ini sedang junub.” Beliau pun menjawab ,” Sesungguhnya air itu tidak junub.” ( HR. Ahmad , Abu Dawud , An Nasai )

2. Tingkatan dalam bersuci :

· Dengan batu kemudian di bilas dengan air

· Dengan air saja

· Dengan batu

Selengkapnya...

Hikmah Hari Jum'at

"Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat, lalu segera pergi (ke masjid) dengan berjalan kaki: tidak naik kendaraan, (dan setibanya di masjid) ia mendekat dengan imam, lalu mendengarkan khotbah dan tidak melakukan perbuatan yang sia-sia, maka (pahala) pada setiap ayunan langkah kakinya,

mulai dari rumah hingga masjid adalah seperti (pahala ibadah) selama satu tahun sambil berpuasa dan melaksanakan qiyamulail." (HR Ahmad dan Baihaqi)

Selengkapnya...

Jumat, 05 Februari 2010

APLIKASI BERIMAN KEPADA ROSUL-ROSUL ALLOH SWT

Dasarnya adalah :

Artinya: Katakanlah (hai orang-orang mumin): Kami beriman kepada Alloh dan apa yang diturunkan kepada kami,dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,Ismail,Ishaq,Ya,qub,dan anak cucunya,dan apa yang di berikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-NYA.(Al baqarah:136)

Artinya: Rosul telah beriman kepada Al quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orangyang beriman. Semuanya beriman kepasa Alloh,malaikat-malaikat NYA,kitab-kitabNYA, dan Rosul-rosulNYA.(mereka mengatakan): kami tidak membedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rosul-rosul NYA, dan mereka mengatakan: kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.(Al baqarah:285)

Sikap kita terhadap Rosul dan Nabi harus mengetahui (samina), mentaati/mengikuti(wa ato,na).

Didalam hadist,para Nabi jumlahnya:124.000,dan Rosul ada 313 atau 315.

Didalm Al quran rosul ada yang diceritakan dan ada yang tidak di ceritakan, dasarnya adalah:

· Artinya: Dan (kami telah mengutus) rosul-rosul yang sungguh telah kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu,dan rosul-rosul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Alloh telah berbicara kepada Musa dengan langsung.(Annisa:164)

Rosul/Nabi yang diceritakan dalam Al quran hanya 25,dasarnya adalah:

Dan itulah hujjah kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk engahadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(Al anam:83)

Dan kami telah menganugrahkan Ishaq dan Yaqub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) kami beri petunjuk,dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Dawud,Sulaiman,Ayyub,Yusuf,Musa,dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(Al anam:84)

Dan Zakaria,Yahya,Isa, dan Ilyas.Semuanya termasuk orang-orang yang soleh.(Al anam:85)

Dan Ismail, Alyasa, Yunus, Dan Luth.Masing-masingnya kami lebihkan derajatnya diatas umat (dimasanya).(Al anam:86)

Sesungguhnya Alloh telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (dimasa mereka masing-masing).(Ali Imran:33).

Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Alloh, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-NYA. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada NYA?(Al araf:65).

Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: Hai kaumku, sembahlah Alloh,sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampun NYA, kmudian bertobatlah kepada NYA. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat NYA) lagi maha memperkenankan (doa hanba NYA).(Huud:61)

Dan kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara mereka,Syuaib. Ia berkata:Hai kaumku, sembahlah Alloh, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik(mampu) dan sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan(kiamat).(Huud:84)

Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.(Al anbiyya:85)

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rosululloh dan penutup Nabi-nabi.Dan adalah Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu.(Al ahzab:40).

Alloh mengutus rosul pada setiap umat(setiap umat punya rosul),dasarny adalah:

Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran, sebagia pembawa berita gembira dan sebagai peringatan. Dan tidak ada satu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.(Faathir:24).

Tiap-tiap umat mempunyai rosul; ;maka apabila telah datang rosul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka sedikitpun tidak dianiaya.(Yunus:47)

Orang-orang kafir berkata:Mengapa tidak diturunkan kepadanya(muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya? Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.(Ar radu:7).

Ket: fungsi rosul untuk umatnya adalah:

1. Pemberi kabar gembira(Basyiraa)

2. Pemberi peringatan(Wa nadiraa).

Semua Rosul itu manusia biasa,dasarnya:

Alloh memilih utusan-utusan NYA dari malaikat dan dari manusia;sesungguhnya Alloh Maha mendengar lagi Maha Melihat.(Al hajj:75)

Semua Nabi dan Rosul itu laki-laki,dasarnya:

Kami tiada mengutus rosul-rosul sebelum kamu (Muhammad), melaimkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.(Al anbiyya:7)

Seorang Wanita tidak boleh jadi pemimpin (haram).dasarnya:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,oleh karena Alloh telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara mereka ,Wanita-wanita ynag kamu khawatirkan (nusyuznya), maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan unutk menyusahkannya. Sesungguhnya Alloh Maha Tinggi lagi Maha Besar.(Annisa:34)

Semua Rosul itu menikah,dasarnya:

Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rosul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada haq bagi seorang rosul mendatangkan sesuatu ayat (mujizat) melainkan dengan izin Alloh. Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu).(Arradu:38).

Sumber
Oleh Ustadz H. Elfa Hendri Mukhlis

Masjid Al Mukhlisin

Selengkapnya...

Sistem Pemerintahan yang Diwajibkan Allah adalah Sistem Khilafah

Sistem pemerintahan Islam yang diwajibkan oleh Tuhan alam semesta adalah sistem Khilafah. Di dalam sistem Khilafah ini Khilafah
Khalifah diangkat melalui baiat berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya untuk memerintah sesuai dengan wahyu yang Allah turunkan. Dalil-dalil yang menunjukkan kenyataan ini sangat banyak, diambil dari al-Kitab, as-Sunnah, dan Ijmak Sahabat.
Dalil dari al-Kitab di antaranya bahwa Allah SWT telah berfirman menyeru Rasul saw.:

Karena itu, putuskanlah perkara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (QS al-Maidah [5]: 48).

Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu. (QS al-Maidah [5]: 49).

Seruan Allah SWT kepada Rasul saw. untuk memutuskan perkara di tengah-tengah mereka sesuai dengan wahyu yang telah Allah turunkan juga merupakan seruan bagi umat Beliau. Mafhûm-nya adalah hendaknya kaum Muslim mewujudkan seorang hakim (penguasa) setelah Rasulullah saw. untuk memutuskan perkara di tengah-tengah mereka sesuai dengan wahyu yang telah Allah turunkan. Perintah dalam seruan ini bersifat tegas karena yang menjadi obyek seruan adalah wajib. Sebagaimana dalam ketentuan ushul, ini merupakan indikasi yang menunjukkan makna yang tegas. Hakim (penguasa) yang memutuskan perkara di tengah-tengah kaum Muslim setelah wafatnya Rasulullah saw. adalah Khalifah, sedangkan sistem pemerintahannya adalah sistem Khilafah. Apalagi penegakan hukum-hukum hudûd dan seluruh ketentuan hukum syariah adalah wajib. Kewajiban ini tidak akan terlaksana tanpa adanya penguasa/hakim, sedangkan kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan adanya sesuatu maka keberadaan sesuatu itu hukumnya menjadi wajib. Artinya, mewujudkan penguasa yang menegakkan syariah hukumnya adalah wajib. Dalam hal ini, penguasa yang dimaksud adalah Khalifah dan sistem pemerintahannya adalah sistem Khilafah.

Adapun dalil dari as-Sunnah, di antaranya adalah apa yang pernah diriwayatkan dari Nafi’. Ia berkata: Abdullah bin Umar telah berkata kepadaku: Aku mendengar Rasulullah saw. pernah bersabda:

«مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةً لَهُ وَ مَنْ مَاتَ وَ لَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً»

Siapa saja yang melepaskan tangan dari ketaatan, ia akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat kelak tanpa memiliki hujjah, dan siapa saja yang mati, sedangkan di pundaknya tidak terdapat baiat (kepada Khalifah), maka ia mati seperti kematian Jahiliah. (HR Muslim).

Nabi saw. telah mewajibkan kepada setiap Muslim agar dipundaknya terdapat baiat. Beliau juga menyifati orang yang mati, yang di pundaknya tidak terdapat baiat, sebagai orang yang mati seperti kematian Jahiliah. Baiat tidak akan terjadi setelah Rasulullah saw. kecuali kepada Khalifah, bukan kepada yang lain. Hadis tersebut mewajibkan adanya baiat di atas pundak setiap Muslim, yakni adanya Khalifah yang dengan eksistensinya itu terealisasi adanya baiat di atas pundak setiap Muslim. Imam Muslim menuturkan riwayat dari al-A’raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw., bahwa Nabi saw. pernah bersabda:

«إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَ يُتَّقَى بِهِ»

Sesesungguhnya Imam/Khalifah itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya. (HR Muslim).

Imam Muslim telah menuturkan riwayat dari Abi Hazim yang berkata: Aku mengikuti majelis Abu Hurairah selama lima tahun. Aku pernah mendengar ia menyampaikan hadis dari Nabi saw. yang bersabda:

«كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ، قَالُوا: فَمَا تَأْمُرُنَا؟ قَالَ: فُوْا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ»

“Dulu Bani Israel diurusi dan dipelihara oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, nabi yang lain menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku dan akan ada para Khalifah, yang berjumlah banyak.” Para Sahabat bertanya, “Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Nabi saw. bersabda, “Penuhilah baiat yang pertama, yang pertama saja, dan berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang mereka urus.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Di dalam hadis-hadis ini terdapat sifat bagi Khalifah sebagai junnah (perisai) atau wiqâyah (pelindung). Sifat yang diberikan oleh Rasul saw. bahwa Imam adalah perisai merupakan ikhbâr (pemberitahuan) yang mengandung pujian terhadap eksistensi seorang imam/khalifah. Ikhbâr ini merupakan tuntutan karena ikhbâr dari Allah dan Rasul saw., jika mengandung celaan, merupakan tuntutan untuk meninggalkan, yakni larangan; jika mengandung pujian, merupakan tuntutan untuk melakukan. Jika aktivitas yang dituntut itu pelaksanaannya memiliki konsekuensi terhadap tegaknya hukum syariah atau pengabaiannya memiliki konsekuensi terabaikannya hukum syariah, maka tuntutan itu bersifat tegas. Dalam hadis ini juga terdapat ikhbâr, bahwa orang yang mengurus kaum Muslim adalah para khalifah, yang berarti, hadis ini merupakan tuntutan untuk mengangkat khalifah. Apalagi Rasul saw. telah memerintahkan kaum Muslim untuk menaati para khalifah dan memerangi siapa saja yang hendak merebut jabatan dalam kekhalifahannya. Perintah Rasul saw. ini berarti perintah untuk mengangkat khalifah sekaligus menjaga eksistensi kekhalifahannya dengan cara memerangi semua orang yang hendak merebut kekuasaannya. Imam Muslim telah menuturkan riwayat bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

«وَ مَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَ ثَمْرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنْ اِسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرٌ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوْا عُنُقَ اْلآخَرِ»

Siapa saja yang telah membaiat seorang imam/khalifah serta telah memberikan genggaman tangannya dan buah hatinya, maka hendaklah ia menaatinya sesuai dengan kemampuannya. Lalu jika datang orang lain yang hendak merebut kekuasaannya, maka penggallah leher (bunuhlah) orang itu. (HR Muslim).

Dengan demikian, perintah untuk menaati Imam/Khalifah merupakan perintah untuk mengangkatnya, dan perintah untuk memerangi siapa saja yang hendak merebut kekuasaan Khalifah menjadi qarînah (indikasi) yang tegas di seputar keharusan untuk mewujudkan hanya seorang khalifah saja.

Adapun dalil berupa Ijmak Sahabat maka para Sahabat—semoga Allah meridhai mereka—telah bersepakat atas keharusan mengangkat seorang khalifah (pengganti) bagi Rasulullah saw. setelah Beliau wafat. Mereka telah bersepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah, lalu Umar bin al-Khaththab, sepeninggal Abu Bakar, dan kemudian Utsman bin Affan. Sesungguhnya tampak jelas penegasan Ijmak Sahabat terhadap kewajiban pengangkatan khalifah dari sikap mereka yang menunda penguburan jenazah Rasulullah saw. saat Beliau wafat; mereka lebih menyibukkan diri untuk mengangkat khalifah (pengganti) Beliau, padahal menguburkan jenazah setelah kematiannya adalah wajib. Para Sahabat, yang berkewajiban mengurus jenazah Rasul saw. dan menguburnya, ternyata sebagian dari mereka lebih menyibukkan diri untuk mengangkat khalifah dan menunda penguburan jenazah Beliau; sebagian yang lain membiarkan penundaan itu; mereka sama-sama ikut serta dalam penundaan pengebumian jenazah Rasul saw. sampai dua malam. Padahal mereka mampu mengingkarinya dan mampu menguburkan jenazah Rasulullah saw. Rasul saw. wafat pada waktu dhuha hari Senin dan belum dikuburkan selama malam Selasa hingga Selasa siang saat Abu Bakar dibaiat. Kemudian jenazah Rasul dikuburkan pada tengah malam, malam Rabu. Jadi, penguburan jenazah Rasul saw. itu ditunda selama dua malam, dan Abu Bakar dibaiat terlebih dulu sebelum penguburan jenazah Rasul saw. Dengan demikian, realitas tersebut merupakan Ijmak Sahabat yang menunjukkan keharusan untuk lebih menyibukkan diri untuk mengangkat khalifah daripada menguburkan jenazah. Hal itu tidak akan terjadi kecuali bahwa mengangkat khalifah lebih wajib daripada mengebumikan jenazah. Para Sahabat seluruhnya juga telah berijmak sepanjang kehidupan mereka mengenai kewajiban mengangkat khalifah. Meski mereka berbeda pendapat mengenai seseorang yang dipilih sebagai khalifah, mereka tidak berbeda pendapat sama sekali atas kewajiban mengangkat khalifah, baik ketika Rasul saw. wafat maupun saat Khulafaur Rasyidin wafat. Walhasil, Ijmak Sahabat ini merupakan dalil yang jelas dan kuat atas kewajiban mengangkat khalifah.


[Sumber: Struktur Negara Khilafah ]



Selengkapnya...

Adab Tidur

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. ( Ar Ruum : 23 )

Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.( An Nabaa’ : 9 )

ADAB TIDUR

1. Menutup pintu , mematikan api / lampu

Dari Jabir Bin Abdillah RA , Rasululloh SAW bersabda ,” Matikanlah lampu – lampu di waktu malam jika kalian hendak tidur dan tutuplah pintu – pintu , bejana serta makanan dan minuman kalian.” ( HR. Bukhori & Muslim )

Dari Ibnu Umar RA , Rasululloh SAW bersabda ,” Janganlah kalian meninggalkan api yang menyala ketika kalian tidur.” ( HR. Bukhori )

2. Menutup tempat makanan dan minuman

Rasululloh SAW bersabda ,” Tutuplah tempat makanan dan minuman kalian , sesungguhnya dalam setahun ada satu malam yang wabah penyakit diturunkan , tidaklah wabah itu melewati makanan dan minuman yang terbuka kecualai akan hinggap didalamnya.” ( HR. Muslim )

3. Berwudhu

Dari Bara’ Bin Azib RA , Rasululloh SAW bersabda ,” Apabila kalian hendak mendatangi tempat tidur maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk sholat.” ( HR. Bukhori & Muslim )

4. Mengebuti tempat tidur

Dari Abu Hurairah RA , Rasululloh SAW bersabda ,” Apabila salah seorang di antara kalian hendak tidur , maka kebutilah tempat tidurnya dengan ujung sarungnya , karena sesungguhnya dia tidak tahu apa yang akan menimpa padanya.” ( HR. Bukhori & Muslim )

5. Sholat witir sebelum tidur

Abu Hurairah RA berkata ,” Kekasihku Rasululloh SAW mewasiatkan kepadaku tiga perkara , agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan , sholat dhuha dua rakaat dan sholat witir sebelum tidur.” ( HR. Bukhori & Muslim )

6. Membaca doa sebelum tidur

7. Membaca ayat – ayat Al Qur’an sebelum tidur , yaitu :

· Ayat kursi ( Al Baqoroh : 255 )

· Surat Al Ikhlas , Al Falaq dan An Naas

Aisyah RA berkata ,” Adalah Rasululloh SAW apabila hendak tidur , Beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu meniupnya seraya membaca surat Al Ikhlas , Al Falaq dan An Naas. Kemudian Beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke bagian tubuh yang bisa diusap , dimulai dari kepala , wajah dan bagian tubuh lainnya sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhori , Muslim , Abu Dawud , Tirmidzi , Ibnu Majah )

· 2 terakhir dari Surat Al Baqoroh

Dari Abu Mas’ud Al Badriyi RA , Rasululloh SAW bersabda ,” Dua ayat terakhir dari surat Al Baqoroh , barangsiapa yang membacanya di waktu malam , maka akan mencukupinya.” ( HR. Bukhori & Muslim )

· Surat Al Mulk ( Tabaarok ) dan As Sajdah

Dari Jabir Bin Abdillah RA , ia berkata ,” Tidaklah Rasululloh SAW tidur melainkan membaca terlebih dahulu surat As Sajdah dan At Tabaarok.” ( HR. Bukhori , An Nasai )

8. Larangan tidur dalam satu selimut

Dari Abu Said Al Khudzry RA dari Bapaknya bahwa Rasululloh SAW bersabda ,” Janganlah laki – laki melihat aurat laki – laki yang lain , dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita yang lain. Dan janganlah laki – laki berkumpul dengan laki – laki lain dalam satu selimut dan janganlah wanita berkumpul dengan wanita lainnya dalam satu selimut.” ( HR. Muslim & Tirmidzi )

9. Larangan tidur di rumah yang tidak ada penghalang

Dari Ali Bin Syaiban RA , Rasululloh SAW bersabda ,” Barangsiapa yang tidur di atas rumah tanpa penutup , maka sungguh telah terlepas darinya penjagaan.” ( HR. Bukhori , Abu Dawud , Ahmad )

10. Menjaga aurat ketika tidur

11. Tidur dengan posisi berbaring ke sebelah kanan

Hudzaifah Bin Al Yaman RA berkata ,” Adalah Nabi SAW apabila tidur , Beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipinya.” ( HR. Bukhori , Ahmad , Abu Dawud )

Rasululloh SAW bersabda ,” Apabila engkau hendak mendatangi tempat tidur , maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk sholat kemudian berbaringlah ke sisi sebelah kanan.” ( HR. Bukhori & Muslim )

12. Larangan tidur dengan posisi tengkurep

Tikhfah Al Ghiffari RA , ia berkata ,” Suatu ketika tatkala aku tidur dalam masjid , tiba – tiba ada seorang yang menghampiriku , sedangkan aku dalam keadaan tidur tengkurep , lalu dia membangunkanku dengan kakinya seraya berkata ,” Bangunlah ! ini adalah bentuk tidur yang dibenci Alloh.” Maka akupun mengangkat kepalaku , teryata Beliau adalah Nabi SAW.” ( HR. Bukhori , Tirmidzi )

13. Larangan tidur dengan posisi kaki sebelah di atas kaki lainnya.

Rasululloh SAW bersabda ,” Jika salah seorang di antara kalian terlentang di atas punggungnya ( tidur ) maka janganlah menaruh salah satu kakinya di atas kaki yang lainnya.” ( HR. Tirmidzi )

14. Tidur ba’da subuh

Suatu ketika Abdullah Bin Abbas RA melihat anaknya sedang tidur di waktu subuh , kemudian Beliau berkata ,” Bangunlah ! Apakah engkau hendak tidur di saat riski itu sedang dibagikan ? ( Kitab Zaadul Ma’ad )

15. Anjuran Qoyluulah ( istirahat di pertengahan siang / tidur sebentar tidak pulas )

Dari Sahl Bin Sa’d RA , ia berkata ,” Tidaklah kami qoyluulah dan makan siang kecuali setelah sholat jum’at.” ( HR. Bukhori & Muslim )

Rasululloh SAW bersabda ,” Qoyluulah lah kalian , sesungguhnya setan tidak qoyluulah.” ( HR. Abu Nu’aim , Thabrani )

16. Tidur di awal malam

Ibnu Abbas RA berkata ,” Suatu ketika aku pernah bermalam di rumah bibiku ( Maimunah ) untuk melihat bagaimana shalatnya Rasululloh SAW. Beliau berbincang sejenak bersama istrinya , kemudian tidur.” ( HR. Muslim )

17. Larangan tidur sebelum Isya’

Abu Barzah RA , berkata ,” Bahwasanya Rasululloh SAW membenci tidur sebelum Isya’ dan bercakap – cakap setelahnya.” ( HR. Bukhori & Muslim )

18. Tentang mimpi

Dari Abdullah Bin Abu Qotadah RA , bahwasanya Rasululloh SAW bersabda ,” Mimpi yang baik adalah dari Alloh , sedangkan mimpi yang buruk dari syethan. Maka apabila salah seorang di antara kalian mipi buruk , hendaklah ia meludah ke arah kiri dan memohon perlindungan kepada Allohdari kejelekannya , sesungguhnya hal itu tidak akan memberinya mudhorot.” ( HR. Buhori & Muslim )

19. Mimpi basah

Dari Ummu Salamah RA , ia berkata ,” Telah dating Ummu Sulaim ( istrinya Abu Thalhah ) kepada Rasululloh SAW seraya berkata ,” Wahai Rasululloh , sesungguhnya Alloh tidak malu dari kebenaran , apakah seorang wanita wajib mandi jika dia mimpi basah ? Rasululloh SAW menjawab ,” Ya.” Apabila dia mendapati air mana.” ( HR.Bukhori & Muslim )

20. Doa ketika gelisah / takut ketika tidur

“ Aku berlindung dengan kailmat – kalimat Alloh yang sempurna dan murka Nya , siksa Nya , dari kejahatan hamba – hamba Nya , dari godaan para syethan dan dari kedatangan mereka kepadaku.” ( HR. Abu Dawud , Tirmidzi )

HAL – HAL YANG DILAKUKAN KETIKA BANGUN TIDUR

1. Membaca doa bangun tidur

2. Mengusap bekas tidur yang ada di wajah atau di tangan

Maka Rasululloh SAW bangun dari tidurnya lalu duduk sambil mengusap wajahnya dengan tangannya.” ( HR. Muslim )

3. Bersiwak / gosok gigi

Apabila Rasululloh SAW bangun dari tidur malam , Beliau membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” ( HR. Bukhori , Muslim )

4. Beristintsaar ( menghirup air dengan hidung kemudian menyemburkannya )

Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya , maka beristintsaarlah tiga kali , karena sesungguhnya syethan bermalam di rongga hidungya.” ( HR. Bukhori , Muslim )

5. Mencuci tangan sebanyak tiga kali

Jiak salah seorang diantara kalian bangun tidur , janganlah ia memasukkan tangannya kedalam bejana sebelum ia mencucinya tiga kali.” ( HR. Bukhori , Muslim )


Sumber http://akur73.dagdigdug.com/2010/02/05/adad-tidur/

Selengkapnya...