Senin, 03 Mei 2010

Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Bid’ah

Di antara ayat-ayat yang dimaksud adalah, “Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isinya) ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al Qur’an, dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah.” (Qs. Aali ‘Imraan [3]: 7)

====================================================

Ibnu Wadhdhah berkata: Ashim bin Bahdatah pernah ditanya, “Wahai Abu Bakar, apakah kamu mengetahui firman Allah Ta ‘ala, ‘Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).’ (Qs. An-Nahl [16]: 9) la menjawab, ‘Abu Wa’il telah meriwayatkan kepada kami dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Abdullah pernah membuat garis lurus, lalu membuat beberapa garis lain pada sisi kanan dan kiri (dari garis lurus tersebut), kemudian berkata, ‘Beginilah Rasulullah SAW membuat garis dan menyifati garis yang lurus, “Ini adalah jalan Allah.” Sedangkan untuk garis-garis yang ada pada sisi kanan dan kiri (dari garis lurus tersebut), “Ini adalah jalan-jalan yang berbeda-beda (karena perpecahan) dan pada setiap jalan terdapat syetan yang menyeru agar mengikutinya.” Sementara as-sabil (jalan) memiliki makan yang bermacam-macam, Allah berfirman, “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus….” (Qs. Al An’aam [6]: 153)

====================================================

Ayat ini adalah dalil paling utama dalam kesaksian tentang bid’ah, yang penafsirannya dijelaskan dalam hadits berikut ini: Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang firman-Nya, ‘Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya’. Beliau menjawab, ‘Jika kamu melihat mereka, maka kenalilah diri mereka’.”

====================================================

Juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang ayat ini, ‘Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. ‘Rasulullah SAW pun menjawab,
‘Jika kamu melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat (samar-samar), maka mereka itulah orang-orang yang dimaksud oleh Allah, ‘Berhati-hatilah kamu dan mereka’.”

====================================================

Penafsiran tersebut masih samar, namun telah dijelaskan dalam hadits riwayat Aisyah, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah membaca ayat ini, ‘Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Diantara (isinya) ada ayat-ayat yang muhkamat’ Beliau pun bersabda,
‘Jika kamu mendapatkan orang-orang yang menentang perkara tersebut, maka mereka itulah yang dimaksud oleh Allah, ‘Berhati-hatilah kamu dari mereka’.”

====================================================

Al Ajiri telah meriwayatkan dari Ath-Thawus, ia berkata, Tentang orang-orang Khawarij serta kejadian yang menimpa mereka, hal itu pernah ditanyakan kepada Ibnu Abbas tatkala membaca Al Qur’ an. Beliau menjawab, ‘Mereka percaya dengan ayat-ayat yang muhkamat, namun mereka tersesat pada ayat-ayat yang mutasyabihat. Allah berfirman, ” Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami’.” (Qs. Aali ‘Imraan [3]: 7)

===================================================

Dalam firman Allah Ta’ala, “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.” (Qs. AJ An’aam [6]: 153), arti dari jalan yang lurus adalah jalan Allah yang diserukan untuk diikuti, yaitu As-Sunnah. Adapun jalan-jalan yang lain yaitu jalan orang-orang yang berselisih dan keluar dari jalan yang lurus, yaitu para pembuat bid’ah. Jalan-jalan orang yang berbuat maksiat berbeda dengan jalan-jalan para pembuat bid’ah, karena jika ditinjau dari statusnya (kemaksiatan), tidak ada orang yang membuat cara-cara untuk dijalankan selama-lamanya yang menyerupai syariat. Oleh karena itu, sifat-sifat tersebut khusus untuk perkara bid’ah dan hal-hal yang baru dalam agama.

===================================================

Diriwayatkan dari Mujahid, ia berkata (tentang firman-Nya, “Danjangan kamu mengikuti jalan-jalan [yang lain].”), “Bid’ah dan perkara yang syubhat.”
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Mahdi, bahwa Malik bin Anas pernah ditanya tentang As-Sunnah, ia lalu menjawab, “Sunnah adalah sesuatu yang tidak memiliki nama lain kecuali Sunnah. Allah berfirman, ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.’” (Qs. Al An’aam [6]: 153)

===================================================

Jadi, arti dari jalan yang lurus adalah jalan kebenaran. Adapun jalan lainnya adalah jalan bid’ah dan kesesatan. Semoga Allah melindungi kita dari mengikutinya dengan kckuasaan-Nya, dan cukuplah golongan yang cenderung menuju ke neraka menjadi peringatan darinya. Golongan yang dimaksud menunjukkan peringatan dan larangan dalam syariat.

====================================================

Ibnu Wadhdhah berkata: Ashim bin Bahdatah pernah ditanya, “Wahai Abu Bakar, apakah kamu mengetahui firman Allah Ta ‘ala, ‘Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).’ (Qs. An-Nahl [16]: 9) la menjawab, ‘Abu Wa’il telah meriwayatkan kepada kami dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Abdullah pernah membuat garis lurus, lalu membuat beberapa garis lain pada sisi kanan dan kiri (dari garis lurus tersebut), kemudian berkata, ‘Beginilah Rasulullah SAW membuat garis dan menyifati garis yang lurus, “Ini adalah jalan Allah.” Sedangkan untuk garis-garis yang ada pada sisi kanan dan kiri (dari garis lurus tersebut), “Ini adalah jalan-jalan yang berbeda-beda (karena perpecahan) dan pada setiap jalan terdapat syetan yang menyeru agar mengikutinya.” Sementara as-sabil (jalan) memiliki makan yang bermacam-macam, Allah berfirman, “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus….” (Qs. Al An’aam [6]: 153)

===================================================

Diriwayatkan dari At-Tastari, “Yang dimaksud jalan yang lurus adalah jalan ke surga, sedangkan yang dimaksud kalimat, “dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok” adalah jalan ke neraka, yaitu aliran-aliran dalam agama dan bid’ah-bid’ah.

====================================================

Diantaranya juga firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (Qs.AlAn’aam [6]:159)

====================================================

Ayat ini telah ditafsirkan oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ” Wahai Aisyah, ‘Orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan.’ siapakah mereka? “‘Aku menjawab, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui.” Beliau lalu bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang mengikuti nafsu dan ahli bid’ah serta pembuat kesesatan dari umat ini. Wahai Aisyah, sesungguhnya setiap dosa memiliki pengampunan, kecuali bagi orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan ahli bid’ah. Sesungguhnya tidak ada ampunan bagi mereka dan aku terbebas dari mereka dan mereka bebas dari diriku.”

====================================================

Ibnu Athiyyah berkata, “Ayat tersebut mencakup seluruh golongan dari pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah serta mereka yang menyimpang dari masalah hukum fikih dan yang lain dari golongan orang-orang yang selalu bergelut dalam pertentangan serta berlebih-lebihan dalam mengekspresikan ilmu kalam. Semua itu adalah penyebab kesesatan dan yang menumbuhkan keyakinan menyimpang.”

====================================================

Artikel Yang Berhubungan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar