Sabtu, 01 Mei 2010

Dianggap aneh dalam mengikuti sunnah

“Islam dimulai (1)dengan —dianggap— aneh dan akan kembali aneh
Dikatakan, “Siapa mereka yang aneh wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ” Yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan ketika manusia dalam keadaan rusak.”

(1) Riwayat-riwayat hadits, “Islam mulai” bukan dimulai dengan fi’il mabni lil ma’lum al musnad ila fa’ilihi. Imam An-Nawawi memberikan harakat padanya (bada^a) dengan hamzah pada
seperti semula, maka beruntunglah bagi orang-orang yang—dianggap— aneh.”

===================================================

“Beruntunglah bagi mereka yang —dianggap— aneh, yaitu yang berpegang pada Kitab Allah ketika ia ditinggalkan dan mengerjakan Sunnah Nabi SAW ketika ia dimatikan (tidak lagi dijadikan pedoman).”

===================================================

” Sungguh, kalian akan mengikuti sunah (ajaran) orang yang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan hasta demi sehasta, sehingga apabila mereka memasuki lubang biawak, maka kalian akan mengikut mereka.” Kami lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah mereka oranc Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Lalu siapa lagi?”

===================================================

Islam pada awal kemunculannya kuat serta perkasa dan selalu nampak pada setiap dimensi hidup. Para pengikutnya adalah orang yang selalu menang dan pemimpin-pemimpinnya adalah orang-orang yang mulia. Mayoritas mereka adalah ulama dan pemimpin yang selalu membawa kemenangan. Oleh karena itu, predikat aneh (ghurbah) pada saat itu tidak kita jumpai.

===================================================

Sesungguhnya kata ‘aneh’ atau ‘asing’ akan muncul bersamaan dengan hilang atau sedikitnya pengikut yang benar-benar dalam jalur keislaman, yang terjadi tatkala suatu kebaikan menjadi kemungkaran dan kemungkaran menjadi kebaikan; perkara Sunnah menjadi bid’ah dan bid’ah menjadi Sunnah; mereka yang mengerjakan Sunnah mendapat cercaan dan perlakuan buruk, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap pelaku bid’ah, karena mereka ingin sekali para pelaku bid’ah bersatu dalam satu kalimat yang sesat.

====================================================

Orang yang mengikuti kebenaran dialah yang terpuji dan berbahagia, sedangkan orang yang menyimpang dialah yang tercela dan terusir. Orang yang mengikuti kebenaran berarti berada dalam petunjuk, sedangkan orang yang menyimpang berarti tersesat.

====================================================

Sesungguhnya Agama telah sempurna dan kebahagiaan yang hakiki ada dalam garisan-garisan kedua kitab tersebut. Pencarian terhadap sesuatu harus pada sesuatu yang telah disyariatkan, karena selain itu hanyalah suatu kesesatan, kebohongan, kedustaan, dan kerugian.

====================================================

Diriwayatkan oleh Anas, ia berkata, “Seandainya seseorang yang hidup pada zaman orang-orang terdahulu yang berjalan sesuai metode Islam (salafush-shalih) dikirim pada zaman sekarang, maka ia tidak akan mendapatkan apa pun yang datang dari Islam. Ia akan meletakkan tangannya di atas wajahnya, kemudian berkata, ‘Kecuali shalat ini.’ Setelah itu ia berkata, ‘Namun demi Allah! mereka yang hidup dalam kemungkaran dan tidak mengetahui keadaan salafush-shalih akan melihat pelaku bid’ah mengajak orang lain pada ajaran bid’ah seperti yang ia anut.

====================================================

Diriwayatkan dari Uais —seorang ahli ibadah setelah dua abad masa para sahabat—, ia berkata, “Sesungguhnya amar ma’ruf nahi munkar tidak membiarkan seorang mukmin untuk bersahabat, apabila kita menyuruh mereka kepada kebaikan maka mereka akan menghina keberadaan kita dan mereka mendapatkan pertolongan dalam hal itu dari orang-orang fasik, hingga mereka pernah menuduhku sebagai pelaku dosa besar. Demi Allah! aku tidak akan berhenti untuk melaksanakan hak Allah pada diri mereka.”

====================================================

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Tidak datang pada manusia suatu tahun kecuali mereka melakukan satu bid’ah dan mematikan satu Sunnah, sehingga hiduplah bid’ah dan matilah Sunnah.”

====================================================

Diriwayatkan dari Hasan bin Atiyah, ia berkata, “Tidaklah suatu kaum melakukan bid’ah dalam agamanya kecuali Allah akan mencabut satu dari Sunnah-Sunnah yang semisalnya kemudian tidak akan dikembalikan lagi kepada mereka hingga Hari Kiamat.

====================================================

“Barangsiapa menghidupkan satu dari Sunnah-Sunnahku yang telah dimatikan setelahku, maka baginya ganjaran seperti ganjaran orang yang mengerjakannya, tanpa sedikitpun mengurangi ganjaran mereka. Barangsiapa membuat bid’ah yang sesat, yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka baginya dosa, orang yang mengerjakannya, tanpa sedikit pun mengurangi dosa mereka (orang yang mengerjakannya)”
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan sebagian lafazh yang berbeda namun ada kesamaan makna. la berkomentar, “Hadits hasan.”

====================================================

Hal-hal yang berbau bid’ah telah merebak dan bahayanya telah tersebar luas, sedikit demi sedikit menjajah hal-hal yang bersifat Sunnah, sementara pada sisi lain orang-orang yang hidup pada zaman sekarang kurang peduli, bahkan tidak mengingkari adanya bid’ah. Hal inilah yang membuat satu generasi tidak mengetahui seluk-beluk hal tersebut, sehingga mereka tidak tahu tindakan yang harus diambil. Pada akhimya, terjadilah percampuran antara Sunnah yang telah dibukukan dengan hal-hal yang berbau bid’ah, dan begitu pula dengan Al Qur’an.

====================================================

” Wahai Abu Hurairah, ajarilah orang-orang —tentang— Al Qur ‘an dan pelajarilah ia, dan jika kamu meninggal dunia daJam keadaan demikian, maka para malaikat akan menziarahi kuburmu sebagaimana Ka’bah Baitullah diziarahi. Ajarkan pula orang-orang tentang Sunnahku walaupun mereka membencinya, dan bila kamu suka janganlah berhenti sekejap mata pun di tengah jalan hingga kamu masuk —kedalamnya—, serta janganlah kamu membuat suatu perkara yang baru dalam agama Allah berdasarkan pendapatmu.”

====================================================

Dirangkum dari Kitab Al-’Itisham, karya Imam Asy-Syathibi

Artikel Yang Berhubungan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar