Jumat, 07 Mei 2010

Girl Power: Gimana Harusnya Jadi Cewek Muslimah?

Emansipasi sering diartikan dengan menuntut persamaan hak dalam segala bidang. Lihat tuh ada yang udah jadi tukang insinyur sejajar dengan si Doel anak sekolahan, ada yang jadi bu dokter, pilot, polisi, guru, profesor, dan ilmuwan. Ada nggak ya jenis profesi yang belum terjamah perempuan? Bisa dibilang nggak ada tuh. Eh, kira-kira mau nggak aktivis penyeru emansipasi itu untuk jadi sopir bajaj ala Bajuri? Phew!muslimah21

Tapi ngomong-ngomong sobat, apakah program emansipasi or feminisme ini steril dari eksploitasi? Hmm… kalo kamu jeli, lahan basah untuk cewek emang rawan eksploitasi, lho. Kalo udah kena istilah yang satu ini, nggak ada makna lain selain physically. Ya, eksploitasi fisik, Non. Itu bisa kamu lihat di iklan. Misalnya aja, mobil yang nggak ada hubungannya dengan tubuh, selalu kudu ditemani cewek dengan pakaian minim. Permen yang dulunya konsumsi anak kecil, juga nggak lepas dari penampilan cewek seksi. Bahkan pake ada cowok yang mendampingi, saling berdekatan, dekat, dan semakin dekat untuk menunjukkan nafas segarnya. Tahu sendiri deh kalo udah dekat gitu mau ngapain. Hiii…naudzubillah.

Herannya nih, banyak cewek yang menikmati banget dirinya jadi barang jualan kayak gini. Bahkan ajang ratu kecantikan mulai tingkat kabupaten hingga dunia pun digelar untuk menjaring gelar cewek paling cantik sedunia. Tentu dengan nama pagelaran masing-masing. Mereka pun berbondong-bondong untuk fastabiqul-aurat alias berlomba-lomba pamer aurat. Seakan-akan dengan semakin cantik wajah dan bagusnya tubuh mereka, semakin tinggi pula pujian dan pujaan yang diberikan. Betul nggak sih, cewek tuh emang suka kayak gitu?

Emang enak dieksploitasi?

Tergantung. Enak apa nggaknya dieksploitasi tiap cewek beda-beda. Kalo nggak percaya, silakan kamu tanya sendiri. Yang jelas bisa beragam jawabannya, tentu sesuai pertanyaan kamu juga dong. Jawaban mereka pun nggak bisa dilepaskan dari pemahamannya tentang apa itu eksploitasi dan gimana pula cara dia memandang dirinya sebagai cewek. Oya, jangan pula dilupakan, bahwa jawaban doi itu juga pasti mencerminkan pemahamannya tentang kehidupan ini. Jadi khas banget.

Kalo pertanyaan kita diajukan kepada mereka yang antusias daftar untuk jadi “putri-putrian” itu, jelas mereka akan menjawab enak. Wajar. Tentu, karena menyandang gelar “Putri Indonesia” kan terkenal, tajir, en happy pula. Mau apa-apa juga tinggal bilang. Cowok-cowok pada ngantri untuk jadi pacar. Weleh…surga dunia deh pokoknya bagi mereka ini.

Tapi kalo pertanyaan diajukan kepada muslimah yang shalihah, jawaban yang didapat pastinya; NO WAY. Karena cewek tuh mulia, nilainya nggak sama dengan segepok rupiah. Islam telah menempatkan cewek pada kedudukan yang tinggi, dilindungi fisiknya dengan kerudung dan jilbab. Kepribadian mereka dihiasi dengan akhlak karimah, akhlak yang baik. Bagusnya bodi dan cantiknya wajah, adalah hal yang nggak bisa kita pesan sebelumnya. Di akhirat pun juga nggak bakal ditanyakan kenapa wajah kita begini atau begitu. Tapi yang pasti ditanya adalah amal kita, bagaimana menyikapi dan ‘memanfaatkan” wajah yang sudah dianugerahkan itu.

…Cewek, bukan fisiknya yang harus dinilai tapi akal dan akhlaknya itu yang lebih utama. Biar bodi bagus dan wajah cantik kalo nggak nutup aurat, apa gunanya?…

Cewek, bukan fisiknya yang harus dinilai tapi akal dan akhlaknya itu yang lebih utama. Biar bodi bagus dan wajah cantik kalo nggak nutup aurat, apa gunanya? Cuma jadi santapan ringan mata-mata jalang cowok-cowok di jalan. Belum lagi otak yang pas-pasan kalo nggak dibilang STD banget, STanDard gitu loh. Nggak ada istimewanya sama sekali. Banyak tuh di ajang Miss or Putri yang diajak ngomong tentang fenomena sosial pada tulalit jawabannya. Apalagi iptek, nggak nyambung dah.

Kenapa bisa ada dua jawaban yang bertolak belakang? Itu nggak lain dan nggak bukan karena persepsi mereka. Bukankah persepsi itu ada karena pemahaman? Nah, bagi mereka yang memahami bahwa dengan tampilnya mereka dengan kecantikan fisik itu adalah puncak kesenangan, maka golongan ini akan mati-matian diet ketat demi kaos singlet dan celana jeans seksi biar ngepas. Rela berjam-jam menghabiskan waktu di salon untuk mendapat perawatan meni-pedi (itu tuh, perawatan tangan en kuku plus perawatan kaki: manicure en pedicure) dan bentuk rambut yang lagi ngetren. Mereka merasa harus tampil sebaik mungkin secara fisik di depan umum. Urusan otak dan akhlak, nomer sekian. Dosa? Bisa jadi malah nggak kepikiran. Waduh! Hmm… dunia dianggapnya adalah tempat untuk bersenang-senang sepuas hati belaka. Hmm.. kasihan banget ya. Yuk, kita sadar yuukk..

Ketika ingin menjadi sosok yang berkepribadian, bukannya sibuk berbenah diri dengan memoles iman dan akhlak, malah ikut kursus kepribadian. Itu pun sekadar diajarkan bagaimana sikap duduk kalo pake rok mini, tangan ditaruh di mana, posisi kepala, posisi leher, bagaimana tersenyum dsb. Jadilah ketika di ajang adu wawasan, arti chauvinisme nggak bisa jawab (hmm.. masih inget kan kasus ini 2 tahun lalu di ajang Putri Indonesia?)

…bagi mereka yang memahami bahwa cewek kudu diakui eksistensinya karena kecerdasan dan akhlaknya, maka mereka akan giat dan sibuk membaguskan imannya, mengembangkan wawasannya, dan mengasah kecantikan akhlaknya…

Sementara bagi mereka yang memahami bahwa cewek kudu diakui eksistensinya karena kecerdasan dan akhlaknya, maka mereka akan giat dan sibuk membaguskan imannya, mengembangkan wawasannya, dan mengasah kecantikan akhlaknya. Kamu mau pilih mana?

Gimana harusnya jadi cewek?

Sobat muda muslimah, jadi cewek tuh kamu kudu bisa menghargai diri sendiri dulu. Kalo kamu aja yang punya diri nggak bisa menghargai, gimana orang lain akan bisa kamu harapkan untuk bisa menghargai dirimu. Iya nggak sih? Coba deh renungkan.

Dari jaman baheula sampe jaman kiwari yang serba digital, cewek tuh emang cantik. Sejelek-jeleknya penampilan cewek, tetap aja aura tubuhnya menyimpan keindahan. Karena itu Islam tahu banget gimana menghargai tubuh ini. Jilbab dan kerudung adalah dua pakaian muslimah yang kudu dipakai bila keluar rumah. Dengan pakaian takwa ini sebagai cewek kamu punya otoritas penuh untuk pegang kendali siapa aja yang boleh lihat aurat kamu. Jangan diobral, gitu lho.

Itu sebabnya, kamu jangan terpengaruh oleh mereka yang berbusana minim dengan menunjukkan lekuk liku tubuhnya. Bukannya dihormati, harga mereka hanya sebatas suitan nakal cowok urakan, hingga ditowel en dijawil-jawil. Emang kamu mau diperlakukan seperti itu? Ogah banget tuh! Wong, sebagus apa pun nasib model yang mendulang rupiah karena rela umbar aurat, harga diri mereka masih bisa dinilai dengan uang.

Bukan fisik aja yang butuh cantik, tapi kepribadian harus jauh lebih cantik. Cantik menurut siapa? Cantik menurut Allah yang itu artinya sesuai dengan aturanNya. Kepribadian bukan dilihat dari dari gaya jalannya yang lenggak-lenggok. Bukan pula dari seberapa manis senyum yang ditebarkan. Tapi kepribadian adalah pola pikir dan pola jiwa seseorang. Ketika kamu mencampakkan ideologi selain Islam, saat itulah kamu disebut berpola pikir Islam. Ketika kamu naksir cowok tapi menjaga diri dari pacaran dan hanya mau dengan jalan nikah saja, saat itu kamu berpola jiwa Islam. Dari perpaduan unik ini kamu adalah seseorang dengan kepribadian unik pula.

…Bukan fisik aja yang butuh cantik, tapi kepribadian harus jauh lebih cantik. Cantik menurut siapa? Cantik menurut Allah yang itu artinya sesuai dengan aturannya…

Jelas dong jauh banget dibandingkan dengan cewek baik-baik yang menjaga aurat, diri dan kehormatannya. Harta dunia nggak bakal bisa membelinya. Cuma surga yang pantas sebagai imbalannya. Ibarat mutiara, nilainya jelas beda antara yang dijual di pinggir jalan sehingga semua orang akan mudah menjamahnya dengan yang dijual di etalase dan hanya yang berhak saja yang bisa menyentuhnya. Beda banget deh!

Rasulullah SAW bersabda: “Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah wanita (istri) yang shalihah” (HR Muslim)

Sampai kapan?

Sampai kapan kamu, para cewek mau dieksploitasi kayak gini? Ketika pelecehan seksual hingga perkosaan jadi menu sehari-hari. Ketika keluar rumah, selalu dibayangi rasa was-was. Khawatir kalo di jalan ada yang ngejailin; ditowel or disuitin hingga mungkin hal-hal yang lebih jauh. Udah gitu, hukum juga nggak bisa diharap lagi. Mau seperti ini terus?

So, mau nggak mau, kita para cewek kudu bangkit mulai sekarang, detik ini juga. Kita mampu untuk mengubah nasib kita sendiri. Bukan dengan feminisme, bukan dengan emansipasi, bukan pula dengan eksploitasi, tapi dengan harga diri, yakni ISLAM.

Dalam Islam kedudukan cewek jelas. Tidak seperti dalam sistem kapitalisme dengan demokrasinya yang memuja kebebasan individu. Namanya juga bebas, jadi manusia diberikan kebebasan berbuat; mau telanjang kek or pake koteka kek, tekek kek, ups…maksudnya bebas semau gue. Sementara Islam, Non, punya ketegasan dalam batasan aurat wanita yang boleh diperlihatkan. Cuma muka dan kedua telapak tangan doang yang boleh dilihatin di depan umum. Itu artinya hampir seluruh tubuh wanita adalah aurat yang kudu ditutup rapat dan nggak boleh dilihat oleh lawan jenis yang bukan mahram di tempat umum.

Kedudukan sebagai anak nih, cewek tuh sejajar dengan cowok. Mempunyai kesempatan mendapat pendidikan dan perlakuan yang sama dari ortunya. Bahkan dalam hadisnya, Rasulullah SAW, menyatakan bahwa siapa yang mempunyai anak cewek dan bisa mendidiknya dengan baik, maka ortunya akan masuk surga.

Lalu cewek sebagai ibu. Keyakinan mana sih yang punya konsep mulia bahwa surga di bawah telapak kaki ibu? Nggak ada, selain Islam saja. Kedudukan ibu lebih mulia tiga derajat daripada ayah.

Terus cewek sebagai istri, Rasulullah SAW sangat menekankan untuk bertingkah laku yang baik padanya. Memberi hak yang layak mulai masalah berpakaian, makanan, pendidikan, dll. Untuk itu, suaminya harus bisa memenuhinya dengan benar dan baik.

…Seorang wanita menegur pemimpin negara dan suaranya didengarkan? Tak ada lain kecuali bila Islam diterapkan sebagai ideologi negara, sehingga wanita pun termuliakan…

Oya, di masyarakat pun, cewek mempunyai kedudukan mulia dalam semua aspeknya, lho. Hak politiknya sudah diakui jauh sebelum feminisme didengungkan pada abad pertengahan. Ketika Khalifah Umar bin Khatthab mengeluarkan peraturan untuk membatasi mahar pernikahan, tampillah seorang wanita yang dengan tegas menegurnya karena hal itu tidak sesuai dengan tuntunan al-Quran. Dan Umar pun mengaku salah sehingga peraturan negara ditetapkan sesuai apa yang telah tertuang dalam al-Quran dan as-Sunnah saja. Subhanallah, seorang wanita menegur pemimpin negara dan suaranya didengarkan? Tak ada lain kecuali bila Islam diterapkan sebagai ideologi negara, sehingga wanita pun termuliakan. Insya Allah.

AYO Bangkit!

Hari gini jadi cewek masih mau dieksploitasi? KUNO! Udah terbukti kamu nggak bakal dapat apa pun dengan mengumbar aurat kamu di depan umum. Yang ada cuma pelecehan demi pelecehan yang membikin kamu semakin nggak ada artinya. Nggak ada artinya di hadapan manusia, apalagi di hadapan Allah. Yakin itu. So, ati-ati ya.

Sobat muslimah, cowok yang baik-baik nggak bakal mau sama cewek on the sale alias obralan. Gimana nggak, obralan kalo harga dia jadi murah, aurat tubuhnya jadi pemandangan umum. Jangankan cowok baik-baik, cowok urakan pun ketika sudah dihadapkan untuk memilih istri pasti yang dicari adalah yang masih fresh from the oven. Doi nggak mau dapat istri yang udah ‘bekas’ dipelototin di jalan-jalan, di catwalk, di mal, dan di plaza yang memang ajang empuk untuk pamer aurat. Belum lagi kalo sampe pernah ditowel sana-sini, dan yang lebih parah kalo sempat di-test drive segala (mobiiil kaleee…). Amit-amit!

…Itu sebabnya, kamu jangan mau dikendalikan oleh opini umum tentang “cewek modern”….

Itu sebabnya, kamu jangan mau dikendalikan oleh opini umum tentang “cewek modern”. Jadi cewek itu kudu U are U (ngikut iklan neh… hehehe…). Yes, be the way you are. Jadilah diri kamu sendiri. Yang kayak gimana? Yang sesuai fitrah kamu sebagai cewek, sebagai muslimah. Tunjukkin girl power kamu, ubah dunia dengan prestasi-prestasi, bukan dengan eksploitasi. Ayo bangkit! [riafariana]

Artikel Yang Berhubungan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar