Jumat, 12 Maret 2010

Seni Mendidik Anak ala Islam

”Wahai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan….” [QS At-
Tahrim : 6]
Mendidik anak adalah perintah agama kepada orangtua. Sebelum mereka
dewasa, bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, orangtualah
pemikul tangungjawab utama atas baik-buruknya mereka.

Rasulullah SAW telah meletakkan prinsip dan kaidah dasar bahwa anak akan
tumbuh seusia agama kedua orangtuanya. Orangtualah yang punya pengaruh
besar, bahkan begitu dominan, atas kualitas keagamaan [religiusitas]
anak-anaknya. ”Tidak ada seorang anak pun dilahirkan melainkan dalam
keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani
atau Majusi.” [HR Buchari].
Maka, dalam pendidikan anak, orangtua memang tidak bisa main-main.
Kehati-hatian, kecermatan dan ketelatenan mutlak diperlukan. Salah dalam
melakukan pendekatan, bisa-bisa Anda malah menghancurkan masa depan
mereka. Para orangtua mesti berupaya mencari pendekatan, kiat-kiat
mendidik anak yang impresif, efektif dan –ini yang terpenting– mudah
diterima anak-anak.
Caranya? Ada macam-macam teori dan panduan praktisnya. Sejumlah buku juga
telah diterbitkan untuk mengupas masalah ini. Tetapi, bila Anda
menginginkan anak-anak itu bisa tumbuh menjadi generasi yang sholeh dan
sholihah, maka yang terbaik adalah mempraktikan kiat-kiat mendidik anak
yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Efektivitas metode ini
tak hanya telah disokong oleh kajian ilmiah kontemporer. Lebih dari itu,
kiat-kiat itu juga telah teruji dalam praktik sepanjang zaman. Generasi
para sahabat, para tabiin dan para salafush-shalih adalah bukti kebenaran
yang tak terbantahkan.
Muhammad Rasyid Dimas, psikolog dan intelektual muslim dari Al Imarat
University, telah berusaha meramu contoh dan suri teladan Rasulullah itu
dalam buku Al-Inshat Al In’ikasi (Khamsun Wa ‘Isyruna Thariqah Li-Tafsir
Fi Nafsi Ath-Thaifli Wa ‘Aqilyah]. Robbani Press kemudian menerjemahkan
dengan judul 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak.
Anak, kata M Rasyid Dimas, bagaikan lembaran putih yang siap/boleh
ditulis apa saja sesuai dengan yang kita inginkan. ”Fitrahnya bersih tak
tercoret gambar apa pun,” kata dia, mengutip pendapat Ibnu Maskawih
dalam Tahdzibul Akhlaq. [hal 6]
Selain itu, lanjutnya, masa kanak-kanak adalah fase pertumbuhan
terpenting dan paling berpengaruh terhadap perkembangan jiwa dan akalnya.
Fase itu merupakan fase pembentukan kepribadian. Karena itulah, Rasyid
Dimas merasa terpanggil untuk menulis seni, keterampilan dan kaidah-
kaidah pendidikan anak sesuai konsep Islam. Dalam menulis bukunya, dia
juga merujuk kepada ilmu jiwa dan ilmu pendidikan modern. Kecuali merujuk
buku-buku karya ulama dan intelektual muslim seperti Al-Ghazali, Muhammad
Quthb, Khalid Ahmad Syantut, Jalal Al-Kasyif dan Riyadh Mushtafa
Abdullah, dia juga menyitir intelektual Barat seperti Danilo Bons, Lee
Catherine, Charles Lonard, James Web dan lain-lain sebagai pembanding.
Seperti judulnya, penulis Fununul Hiwar Wal-Iqna [Seni berdialog dan
Meyakinkan Orang] ini mengupas 25 kiat mendidik anak. Dia menyebutnya
sebagai kiat mempengaruhi jiwa dan akal anak. Pertama-tama, bersahabatlah
dengan anak dan jadilah teladan, tunaikan hak-hak anak, kemudian
gembirakan dan hiburlah hatinya dengan memakai cara ’siapa menang dia
dapat’.
Dalam mendidik anak, Rasyid Dimas, juga menekankan perlunya orangtua
bersikap santai dan mengayomi, tanpa harus menghindarkan keseriusan.
Kalau perlu, seringlah bercengkrama dan memberi maninan dengan kegiatan
atau benda yang bisa mengembangkan kecerdasan.[hal 45].
Memilih waktu dan bahasa yang cepat mutlak diperlukan bagi orangtua untuk
menumbuhkan rasa percaya diri anak-anak, menuntun, memotivasi dan melatih
anak-anak agar cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Sambil secara
bertahap memperingatkan bahaya keburukan dan kemaksiatan, anak didorong
untuk mengenal Rasulullah SAW sebagai sosok teladan umat. Melalui contoh-
contoh sirah Nabi dalam berinteraksi dengan anak dan kisah-kisah teladan
para generasi muslim terbaik dari zaman ke zaman. [hal 113]
Karena anak juga punya akal dan hati, orangtua perlu mendengar reflektif
dengan misalnya: menghargai persaan anak, menunjukkan bahwa kita paham
dan menyimak apa yang dikatakan anak, dan bersikap responsif dengan
memberi nasihat dan usulan.
Hal yang sering dilupakan orangtua adalah adanya keragaman dalam daya
responsi dan sifat kepekaan anak dalam menerima nasihat atau didikan
orangtua. Karena itu, jangan sekali-kali bertendensi kita dapat mendidik
anak dengan satu solusi untuk semua anak. Yang perlu diperhatikan dalam
hal ini adalah berusahalah mendidik anak dengan kasus-kasus.
Pendidik yang cerdas, kata Rasyid Dimas, tak akan membiarkan peristiwa
demi peristiwa berlalu begitu saja tanpa diambil ibrah dan pelajarannya.
Orangtua perlu memanfaatkan momentum dan peristiwa itu guna menyampaikan
‘pelajaran’ yang mendidik. Murabbi [pendidik] teladan pernah memberi
contoh. [hal 131] Al-kisah, menurut Jabid bin Abdillah, suatu ketika
Rasullullah, dalam perjalanan masuk pasar, melewati bangkai seekor
binatang. Kepada orang-orang di kiri kanan, seraya menutup hidung Rasul
berkata: ”Siapa mau beli ini dengan satu dirham?”
Orang-orang di kiri dan kanan beliau menjawab: ”Kami tak mau. Memang apa
yang bisa diperbuat dengannya?” ”Bagaimana bila ini menjadi milik
kamu?” Rasul bertanya lagi. ”Kalau pun binatang ini hidup,” sahut
mereka, ”memilikinya merupakan aib, apalagi ia mati.”
Maka, Rasulullah berkata: ”Demi Allah, dunia lebih hina daripada bangkai
ini di hadapan Allah.” [HR Muslim]. Begitulah satu contoh mendidik
dengan kasus. Di luar itu, masih banyak contoh-contoh teladan yang
dikupas Rasyid Dimas dalam bukunya. Menjelang akhir bahasanya, dia
mengingatkan orangtua dengan masalah do’a-mendo’akan. Dia menasihatkan,
selalulah berdo’a untuk kebaikan. Jangan sekali-kali orangtua, apalagi
ibu, menyumpah serapah anak dengan do’a keburukan. Di antara anak mungkin
ada yang pembangkang, durhaka kepada orangtua. Untuk ini contohlah
kelapangan Nabi Ya’kub AS. Dia berkata: ”Aku akan mintakan ampun untukmu
kepada Tuhanku.” Satu contoh do’a terbaik diberikan oleh Nabi Ibrahim
AS: ”Ya, Rabb, berikanlah kepadaku dari sisi-Mu keturunan yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengarkan do’a.” [hal 167]
n dedi junaedi
fwd by Redaksi from Ekuator
Seni Mendidik Anak ala Islam
Penulis : Dedi Junaedi
Sumber : Republika 3 Desember 2000
Judul : 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak
Penulis Buku : Muhammad Rasyid Dimas
Penerbit : Robbani Press Jakarta
Cetakan : Pertama, Nopember 2000
Tebal : 175 Halaman

Artikel Yang Berhubungan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar