Sosok perempuan mengenakan baju abaya hitam lengkap dengan cadarnya menjadi pusat perhatian para pengunjung mall Itäkeskus di kota Helsinki, kota terbesar di negara Finlandia. Tak seorang pun tahu bahwa sosok dibalik niqab itu bukan seorang perempuan Muslim betulan tapi seorang wartawati, non-Muslim, dari surat kabar Helsingin Sanomat, salah satu surat kabar terbesar di kawasan Skandinavia.
Nama wartawati itu Katja Kuokkanen. Ia sengaja menyamar menjadi menjadi perempuan Muslim karena ingin merasakan sendiri bagaimana rasanya mengenakan busana muslim lengkap dengan cadarnya di tengah masyarakat Finlandia yang masih asing dengan agama Islam, bagaimana rasanya ditatap dengan pandangan aneh dan takut dari orang-orang disekitarnya. Kuokkanen menuliskan pengalaman dan perasaannya saat dan setelah mengenakan niqab. Inilah yang ditulisnya …
Niqab dari bahan sifon berwarna hitam kadang melorot dan menutupi kedua mata saya. Suatu ketika saya tersandung dan membentur bahu seorang laki-laki di sebuah toko barang-barang etnik. Laki-laki itu membuat gerakan tangan meminta maaf, tapi dengan sikap tak acuh seperti yang biasa terjadi.
Lalu lelaki itu menengok ke arah saya dan menyadari bahwa saya seorang perempuan yang mengenakan abaya dan cadar, pakaian khas perempuan Muslim. Tiba-tiba laki-laki itu dengan sedikit membungkuk mengulangi lagi permohonan maafnya. Saya mengira dia orang Arab dari dialegnya saat meminta maaf. Saat itu saya merasakah hal yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya karena diperlakukan dengan begitu hormat oleh orang lain.
Dari toko etnis, saya menuju stasiun metro. Ketika saya naik ke sebuah metro berwarna oranye. Saya menerima reaksi yang tak terduga. Seorang lelaki mabuk berteriak kepada tiga temannya di dalam metro yang padat penumpang.
“Hei, lihat itu ada salah satu pemandangan neraka !” teriak lelaki mabuk tadi.
Mendengar teriakan itu, penumpang lain serta merta memalingkan pandangannya, tidak mau melihat ke arah wajah saya yang bercadar. Tapi tiba-tiba seorang perempuan menegur saya, “Barang Anda jatuh,” kata seorang perempuan setengah baya sambil menyerahkan jepit rambut saya yang terjatuh di bangku sebelah.
Saya tidak bisa mengucapkan terima kasih pada perempuan itu, karena kalau saya mengatakan sesuatu, kemungkinan penyamaran saya akan terbongkar.
Lalu, ketika seorang gadis asal Somalia yang bekerja sebagai penjaga toko, membantu saya membetulkan cadar, ia berkata bahwa jarang sekali perempuan Muslim di Helsinki yang mengenakan busana seperti yang saya kenakan. Gadis Somalia itu juga bilang bahwa ia sebisa mungkin menghindari busana warna hitam. Ia menganggap warna hitam sebagai warna yang dramatis dan mengundang pandangan banyak orang.
“Kerudung warna-warni yang cerah lebih bagus,” kata gadis itu seraya mengatakan bahwa kaum perempuan Muslim di Finlandia bebas menentukan sendiri untuk menutup bagian mukanya.
Dan di mall Itäkeskus, saya melihat banyak orang yang memandangi saya dengan tatapan aneh bahkan takut. Seorang lelaki muda hampir saja menumpahkan minuman kaleng yang dipegangnya saat melihat saya dengan raut muka panik.
Saya sendiri mulai membiasakan diri mengenakan abaya dan cadar. Saya mulai merasakan pakaian ini sangat nyaman dan hangat, meski saya agak kesulitan untuk melihat sesuatu dengan jelas karena cadar yang saya kenakan.
Kemudian saya memutuskan untuk pergi ke pasar yang dibuka di area parkir di lantai paling atas mall Puhos. Di penyeberangan jalan, saya bertemu dengan seorang perempuan tua asal Somalia yang dengan pelan mengucapkan “Assalamu’alaikum”.
Saya tersentuh mendengar salam itu. Selama ini saya tidak pernah bergaul dengan perempuan Muslim. Dan saya selalu menerima salam seperti itu dalam banyak kesempatan. Setiap Muslimah dari berbagai usia dan dari berbagai etnis, yang mengenakan busana muslimah selalu mengucapkan “Assalmua’alaikum” saat berpapasan dengan saya. Ketika itu saya tidak mengerti apa arti ucapan itu, sampai saya akhirnya tahu bahwa ucapan itu mengandung doa kesejahteraan dan kesalamatan.
Lalu, seorang lelaki yang sedang berdiri di depan sebuah toko memanggil saya. “Hello ! Hei ! Tunggu!” teriak lelaki tadi. Saya tidak menoleh karena saya pikir seorang perempuan Muslim sangat menjaga kemuliaannya dan tidak akan menjawab panggilan seperti itu.
Beberapa jam setelah berkeliling dengan mengenakan busana abaya dan cadar, saya kembali ke stasiun Metro. Perjalanan saya selanjutnya adalah Kamppi Center.
Selama perjalanan, wartawati itu merenungkan pengalamannya sepanjang hari ini, atas reaksi setiap orang terhadap abaya dan cadar yang dikenakannya dan ia merasakan sendiri bahwa mengenakan abaya dan cadar rasanya tidak seburuk yang orang lain pikirkan. Ia pun tanpa ragu menegaskan, mengenakan abaya dan cadar, “Sama sekali tidak buruk. Jika Anda memakainya, Anda akan merasakan kedamaian.”
Kisah ini menjadi ironi di saat negara-negara Eropa ramai-ramai mulai melarang jilbab dan cadar. Seharunya mereka yang memberlakukan larangan itu, membaca kisah wartawati Helsinki ini sehingga tidak perlu ada kebijakan larangan berjilbab atau bercadar yang sejatinya diberlakukan karena sikap Islamofobia masyarakat Barat. (ln/helsingin online)
Sumber: http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/ketika-seorang-wartawati-menyamar-mengenakan-cadar.htm
Selengkapnya...
Kamis, 29 April 2010
Kisah Seorang Wartawati yang Menyamar, Mengenakan Cadar
INDAHNYA ISLAM MEMULIAKAN WANITA
Sebelum Islam datang, bangsa Arab memperlakukan perempuan sebagai manusia yang bernilai rendah. Kaum perempuan saat itu dianggap sebagai harta benda yang bisa diwarisi. Jika seorang suami meninggal maka walinya berhak terhadap istrinya. Wali tersebut berhak menikahi si istri tanpa mahar, atau menikahkannya dengan lelaki lain dan maharnya diambil oleh si wali, atau bahkan menghalang-halanginya untuk menikah lagi.
Bayi perempuan dianggap sebagai aib, sehingga orang Arab Jahiliyyah mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir. Namun Rasulullah saw. datang membawa risalah Islam untuk melenyapkan semua bentuk kezaliman tersebut dan mengembalikan hak-hak kaum perempuan.
Tindakan yang memeras dan mengeksploitasi hak-hak kaum perempuan, semua dihapus. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam QS. an-Nisa’ ayat 19:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَحِلُّ لَكُمۡ أَن تَرِثُواْ ٱلنِّسَآءَ كَرۡهً۬اۖ وَلَا تَعۡضُلُوهُنَّ لِتَذۡهَبُواْ بِبَعۡضِ مَآ ءَاتَيۡتُمُوهُنَّ إِلَّآ أَن يَأۡتِينَ بِفَـٰحِشَةٍ۬ مُّبَيِّنَةٍ۬ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ فَإِن كَرِهۡتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـًٔ۬ا وَيَجۡعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيۡرً۬ا ڪَثِيرً۬ا
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
Rasulullah saw. juga bersabda:
“Barangsiapa yang memiliki anak perempuan, dan ia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak cenderung kepada anAk laki-lakinya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam sYurga.”
Islam juga menetapkan bagaimana seorang suami harus memperlakukan
isterinya, Rasulullah saw. bersabda:
“Wahai manusia, memang benar kalian memiliki hak atas isteri kalian, tapi mereka juga punya hak atas kalian. Ingatlah, bahwa kalian telah mengambil mereka sebagai isteri atas kepercayaan dan izin Allah. Jika mereka taat, maka mereka berhak diberi nafkah dan pakaian serta kebaikan. Baik-baiklah kepada mereka, karena mereka adalah pasangan dan penolong kalian.”
Penghargaan tinggi atas tugas-tugas perempuan sebagai ibu dan kepala rumah tangga juga diberikan Islam.
Nabi saw. bersabda:
“Pada masa kehamilan hingga persalinan, dan hingga berakhirnya maasa menyusui, seorang perempuan mendapatkan pahala yang setara dengan pahalanya orang yang menjaga perbatasan Islam.” (HR. Thabrani)
Nabi saw. juga pernah bersabda:
“Ketika seorang perempuan menyusui anaknya, untuk setiap tegukan itu ia akan mendapatkan pahala seolah-olah ia baru dilahirkan sebagai seorang manusia, dan ketika ia menyapih anaknya, para malaikat menepuk punggungnya sambil berkata, ‘Selamat! Semua dosa-dosamu yang telah lalu telah diampuni, kini semuanya berjalan dari awal lagi’.” (Raiyadhu as-Salihin)
Wallahua’lam bi ash-shawab
Selengkapnya...
KHILAFAH MENJAMIN DALAM SEMUA ASPEK KEHIDUPAN
1. Masalah Kemiskinan, Keamanan, Pendidikan dan Kesehatan
Dalam Daulah Islamiyyah, negara menjamin tercapainya pemenuhan semua kebutuhan pokok setiap individu masyarakat secara keseluruhan. Negara juga memberikan jaminan yang memungkinkan setiap individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelengkap (sekunder dan tersier) sesuai dengan kemampuan mereka.
Kebutuhan pokok, antara lain pangan, sandang dan papan (rumah), pendidikan dan kesehatan semuanya dijamin negara. Rasullah saw. bersabda:
“Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
2. Kebutuhan Pangan, Sandang, dan Papan
Negara memerintahkan kepada setiap kepala keluarga bekerja mencari nafkah. (Lihat: QS al-Mulk: [67] 15; QS al-Jumu‘ah [62]: 10). Hal ini karena kepala keluarga wajib mencari nafkah untuk keluarganya. Kaum perempuan tidak wajib mencari nafkah. Semua kebutuhan anak-anak termasuk anak perempuan ditanggung oleh ayah atau walinya. Sedangkan kebutuhan istri ditanggung oleh suaminya. Begitupula seorang anak laki-laki harus menanggung kebutuhan ibunya jika ayahnya telah meninggal atau sudah tidak mampu bekerja.
Negara menyediakan berbagai fasilitas lapangan pekerjaan agar setiap orang yang mampu bekerja dapat memperoleh pekerjaan. Sehingga angka pengangguran dapat dientaskan, karena hal ini merupakan salah satu kewajiban negara Khilafah.
Jika kepala keluarga ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungannya, maka negara akan memerintahkan setiap ahli waris atau kerabat terdekat untuk bertanggung jawab memenuhi kebutuhan pokok orang-orang tertentu.
Negara juga akan mewajibkan tetangga terdekat yang mampu untuk memenuhi sementara kebutuhan pokok (pangan) tetangganya yang kelaparan, dan dengan segera negara secara langsung memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan seluruh warga negara yang tidak mampu dan membutuhkan. Orang yang tidak mampu lagi bekerja dan tidak mempunyai sanak saudara yang menanggungnya, maka kebutuhannya akan ditanggung negara melalui Baitul Mal (Kas Negara).
Jika ternyata kas negara tengah kosong atau dilanda krisis sehingga tidak mampu memnuhinya, maka kewajiban tersebut beralih kepada seluruh kaum Muslimin. Kaum Muslim dapat dikenai pajak (dharîbah). Pajak hanya diambil dari kaum Muslim yang kaya dan tidak boleh diambil dari orang non-Muslim meskipun ia kaya.
Rasulullah saw. pernah mengambil sebagian harta milik orang-orang kaya Bani Nadhir dan membagi-bagikannya kepada sahabat Muhajirin yang fakir. Itu dilaksanakan oleh beliau sebagai realisasi pengamalan perintah Allah Swt.
Pada masa kekhalifahan, Umar bin al-Khaththab pernah membangun suatu rumah yang diberi nama “Dâr ad-Daqîq” (Rumah Tepung). Di sana tersedia berbagai jenis tepung, korma, dan barang-barang kebutuhan lainnya, yang ditujukan untuk membantu para musafir memenuhi kebutuhannya. Rumah itu dibangun di jalan antara Makkah dan Syam, di tempat yang strategis dan mudah dicapai oleh para musafir. Rumah yang sama, juga dibangun di jalan di antara Syam dan Hijaz.
Diceritakan oleh Imam Abu Yusuf dalam kitab Al-Kharâj, bahwa Amirul Mukminin, Umar bin al-Khaththab r.a., pernah melihat seorang Yahudi tua di suatu pintu. Beliau bertanya, “Apakah ada yang bisa saya bantu?” Orang Yahudi itu menjawab, bahwa ia sedang dalam keadaan susah dan membutuhkan makanan, sementara ia harus membayar jizyah. “Usiaku sudah lanjut,” katanya. Amirul Mukminin berkata, “Kalau begitu keadaanmu, alangkah tidak adilnya perlakuan kami. Karena kami mengambil sesuatu darimu di saat mudamu dan kami biarkan kamu di saat tuamu.”
Setelah kejadian itu, Khalifah Umar bin al-Khaththab lalu membebaskan pembayaran jizyah Yahudi tersebut, dan memerintahkan Baitul Mal menanggung beban nafkahnya beserta seluruh orang yang menjadi tanggungannya.
Demikianlah, peran besar negara untuk menciptakan terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan papan warga negaranya, baik perempuan, laki-laki, maupun non-muslim. Tentunya dengan cara ini masalah kemiskinan rakyat di Daulah Islamiyyah akan teratasi. Cara yang agung dan mulia ini, juga akan mencegah setiap individu masyarakat—yang sedang dililit kesulitan hidup—memenuhi kebutuhan mereka dengan cara menghinakan diri (meminta-minta).
3.Masalah Keamanan, Pendidikan, dan Kesehatan
Pemenuhan kebutuhan pokok berupa keamanan, pendidikan, dan kesehatan dipenuhi negara secara langsung kepada setiap individu rakyat. Hal ini karena pemenuhan terhadap ketiganya termasuk masalah “pelayanan umum” (ri‘âyah asy-syu’ûn) dan kemaslahatan hidup terpenting. Negara (Khilafah Islamiyah) berkewajiban mewujudkan pemenuhannya bagi seluruh rakyat. Seluruh biaya yang diperlukan ditanggung oleh Baitul Mal.
Keamanan dan kepastian hukum setiap anggota masyarakat dijamin dengan jalan menerapkan hudûd (qishâsh, potong tangan bagi pencuri, diyat [denda], dsb). yang tegas kepada siapa saja yang mengganggu keamanan jiwa, darah, dan harta orang lain. Dengan jujur, Noah Feldman, seorang professor hukum dari Havard University, mengakui perlindungan negara Khilafah kepada penduduknya termasuk kaum perempuan. Dia mengatakan, “Ketika Inggris menerapkan hukum mereka pada umat Muslim sebagai ganti syariah, sebagaimana yang telah mereka lakukan di beberapa koloni, hasilnya adalah peniadaan hak milik kaum perempuan yang selalu dijamin oleh hukum Islam-kemajuan yang sulit ditandingi dalam kesetaraan gender.”
Profesor Feldman melanjutkan, “Syariah juga melarang penyuapan atau dukungan khusus dalam pengadilan. Ia menuntut perlakuan sama antara si kaya dan miskin. Ia mengutuk pembunuhan-pembunuhan vigilante-style honour yang masih terjadi di beberapa negara Timur Tengah. Ia juga melindungi, hak milik semua orang-termasuk perempuan.” (Kantor Berita Common Ground, 2008)
Dalam hal kesehatan, negara Khilafah juga memberikan jaminan kesehatan bagi seluruh warganya termasuk kaum perempuan. Diriwayatkan bahwa Mauquqis, Raja Mesir, pernah menghadiahkan dokternya untuk Rasulullah saw. Oleh Rasulullah saw., dokter tersebut dijadikan sebagai dokter kaum Muslim dan seluruh rakyat, yang bertugas mengobati setiap anggota masyarakat yang sakit. Tindakan Rasulullah saw. ini menunjukkan bahwa hadiah semacam itu bukanlah untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kaum Muslim atau untuk negara.
Rasulullah saw. juga pernah membangun suatu tempat pengobatan untuk orang-orang sakit dan membiayainya dengan harta benda Baitul Mal. Pernah serombongan orang berjumlah 8 orang dari Urairah datang mengunjungi Rasulullah saw. di Madinah. Mereka kemudian menyatakan keimanan dan keislamannya kepada Rasulullah, karena Allah. Di sana, mereka terserang penyakit dan menderita sakit limpa. Rasulullah saw. memerintahkan mereka beristirahat di pos penggembalaan ternak kaum Muslim milik Baitul Mal, di sebelah Quba’, di tempat yang bernama Zhi Jadr. Mereka tinggal di sana hingga sembuh dan gemuk kembali.
Dalam bidang pendidikan, Daulah Islamiyyah juga memberikan jaminan bagi seluruh warga untuk mendapatkannya. Rasulullah SAW pernah menetapkan kebijaksanaan terhadap para tawanan perang Badar, bahwa para tawanan itu bisa bebas dengan mengajarkan 10 orang penduduk Madinah dalam baca-tulis.
Dengan tindakan itu, yakni membebankan pembebasan tawanan itu ke baitul mal dengan cara menyuruh para tawanan tersebut mengajarkan kepandaian baca-tulis, berarti Rasulullah SAW telah menjadikan biaya pendidikan setara dengan barang tebusan. Artinya, Rasul memberi upah kepada para pengajar itu dengan harta benda yang seharusnya menjadi milik Baitul Mal.
Al Baghdadi (1996) dalam buku Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam, menjelaskan bahwa negara memberikan jaminan pendidikan secara cuma-cuma (bebas biaya) dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) sebaik mungkin. Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan beban yang harus dipikul negara serta diambil dari kas Baitul Mal.
Menurut Al-Badri (1990), Ad Damsyiqy menceritakan suatu kisah dari Al Wadliyah bin atha’, yang mengatakan bahwa ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di Madinah, Khalifah Umar Ibnu Al Khathab memberi gaji sebesar 15 dinar setiap bulan (satu dinar = 4,25 gram emas).
Al-Badri juga menceritakan bahwa Imam Ibnu Hazm dalam kitab Al Ahkaam, memberikan batas ketentuan untuk ilmu-ilmu yang tidak boleh ditinggalkan agar ibadah dan mu’amalah kaum muslimin dapat diterima (sah). Ia menjelaskan bahwa seorang imam atau kepala negara berkewajiban memenuhi sarana-sarana pendidikan, sampai pada ungkapannya:
“Diwajibkan atas seorang imam untuk menangani masalah itu dan menggaji orang-orang tertentu untuk mendidik masyarakat.”
Pada masa kekhilafahan Turki Ustmani, dibangun sekolah-sekolah yang untuk laki-laki dan perempuan. Dalam satu daerah kekuasaannya, negara membangun sebuah perguruan tinggi, dua buah sekolah untuk pelajar laki-laki, sebuah sekolah untuk pelajar perempuan dan sebuah sekolah untuk anak-anak. Di semua sekolah tersebut, 450
orang pelajar lelaki dan 300 orang pelajar perempuan mendapat pendidikan yang sama. (Antalya Golden Orange Art & Cultural Foundation, 1997).
Kebijakan yang menjamin terlaksananya pendidikan ini diperuntukan bagi semua warga Negara Khilafah, baik laki-laki, perempuan maupun non muslim. Perempuan dan laki-laki muslim mempunyai kewajiban yang sama dalam menuntut ilmu. Permasalahan rendahnya tingkat pendidikan kaum perempuan saat ini tentu tidak akan ditemui di masa kekhilafahan.
Sekarang pertanyaanya adalah apakah kita mau hidup dalam naungan khilafah dengan segala kemuliaannya terhadap kaum minoritas dan kaum perempuan? Atau memilih hidup dalam alam demokrasi dengan segala permasalahannya? Wallahu ‘alam bi ash showab. (*)
http://www.facebook.com/profile.php?id=1692251487&ref=profile#!/?filter=[fb]unread&page=1&sk=messages&
Selengkapnya...
tasawuf ma’rifat mahabbah dan fana
BAB I
PENDAHULUAN
Islam sebagai agama yang bersifat universal dan mencakup berbagai jawaban atas sebagai kebutuhan manusia. Selain menghadapi kebersihan lahiriyah juga menghendaki kebersihan batiniyah. Lantaran penelitian yang sesungguhnya dalam Islam diberikan pada aspek batinnya.
Tasawuf, makrifah, mahabbah dan fana merupakan bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutanya dapat menimbulkan akhlak mulia. Pembersihan aspek rohani atau batin ini selanjutnya dikenal sebagai dimensi esoteric dari diri manusia. Hal ini berbeda dengan aspek fiqih, khususnya pada bab thoharoh yang memusatkan perhatian pada pembersih aspek jasmani atau lahiriyah yang selanjutnya di sebut sebagai dimensi eksotrik.
Dari suasana demikian itu, tasawuf diharapkan dapat mengatasi berbagai penyimpangan moral yang mengambil bentuk seperti manipulasi, koropsi, kolusi, penyalagunaan kekuasaan dan kesempatan, penindasan, dan sebagainya. Untuk mengatasi masalah ini di bina secara intensif tentang cara-cara agar seseorang selalu merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tasawuf
Dari segi kebahasaan (linguistic) terdapat sejumlah kata atau istilah yang di hubungkan orang dengan tasawuf. Selain pengertian tasawuf juga dapat dilihat dari segi istilah. Dalam kaitan ini terdapat tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf. Pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas. Kedua, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang. Ketiga, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang bertuhan.maka dari itu, tasawuf atau sufisme adalah salah satu jalan yang diletakkan Tuhan di dalam lubuk Islam dalam rangka menunjukkan mungkinnya pelaksanaan kehidupan rohani bagi jutaan manusia yang sejati yang telah berabad-abad mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan Al-Qur’an.
Diantara peneliti-peliti, tasawuf dibagi atas dua bagian yaitu Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang brekonsentrasi pada teori – teori perilaku, akhlak dan budi pekerti. Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang didasarkan pada gabungan teori – teori tasawuf dan filsafat.
Tasawuf datang ke Indonesia paling cepat pada awal abad ke-2 Hijriyah. Yang jelas abad ke-8 hijriyah atau abad ke-14 Masehi, faham tasawuf sudah mendapat pasaran di Indonesia.
1. Pengertian Ma’rifat
Ma’rifah adalah ketetapan hati yang dalam mempunyai hadirnya wujud yang wajib adanya yang menggambarkan segala kesempurnaan. Ma’rifah kadang-kadang dipandang sebagai maqam yang terpandang sebagai hal.
Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya dia dapat mengenal Tuhannya Zunnun Al-Mishry berkata, Aku kenal Tuhanku juga, Kalau tidak dengan Tuhanku aku tidak mengenal Tuhanku”
Pengetahuan orang awam tentang Allah pada dasarnya adalah pengetahuan yang diterima dari ajaran agama tanpa memerlukan pembuktian melalui logika. Pengetahuan tentang Tuhan diperoleh dengan perantaraan ucapan dua kalimat syahadat. Pengettahuan ulama mementingkan dalil dan logika. Baik pengetahuan orang awam maupun pengetahuan ulama tentang Allah disebut sebagai ilmu bukan ma’rifah.
1. Pengertian Mahabbah
Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni cinta lawan dari benci. Al mahabbah dapat pula berarti al wadud yakni yang sangat kasih atau penyayang.
Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran yang Mutlak, yaitu cinta kepada Tuhan.
Pengertian mahabbah dari segi tasawwuf ini lebih lanjut dikemukakan al Qusyairi sebagai berikut: “almahabbah adalah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya (kemutlakkan) Allah swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah swt”.
Antara mahabbah dan ma’rifah ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa.
Selain itu juga mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat sementara, datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah swt menggambarkan keadaan dekatnya seorang sufi dengan Tuhan. Perbedaannya mahabbah menggambarkan hubungan dengan bentuk cinta, sedangkan ma’rifah menggambarkan hubungan dalam bentuk pengetahuan dengan hati sanubari.
1. Pengertian Fana
Fana berarti lenyap, hilang, sirna atau lebur. maksudnya, menurut kamu sufi, ialah hilangnya kesadaran seseorang terhadap keberadaan dirinya dan alam sekelilingnya. Hal ini dapat terjadi karena latihan yang berat dan perjuangan yang cukup panjang dalam pendakian rohani.
Firman Allah SWT:
Artinya: “semua yang ada di bumi itu akan binasa”. (Ar-Rahman : 26)
Fana terbagi atas tiga macam yaitu: Fana Al-Fana berarti hilangnya kesadaran akan hilangnya kesadaran itu. Orang yang dalam keadaan fana’ tidak tau bahwa ia dalam keadaan fana’. Fana’ an nafsi berarti hilangnya kesadaran seseorang akan wujud dirinya. Fana fi Mahbub berarti lebur kedalam yang dicintai Tuhan
Arah ungkapan ini tanpak jelas, tapi oleh para sufi diartikan sebagai “gantungan” doktrin khas mereka tentang kefanaan sifat-sifat manusia melalui kemanunggalan dengan Tuhan.
Selengkapnya...
Meningkatkan Kualitas Senyum
Senyum itu ibadah. Dan ibadah ada aturan mainnya, salah satunya tidak boleh berlebihan. Senyum pun tidak boleh berlebihan dan sembarangan, ada tempat dan saat yang tepat, dimana dan kapan sebaiknya Anda tersenyum.
Tidak sedikit orang tersenyum hanya tatkala ia menginginkan sesuatu dari orang yang ia senyumi. Seharusnya kita tersenyum justru ketika kita sedang memberi sesuatu kepada orang yang kita senyumi. Dan justru sebaiknya bersikap tegaslah ketika kita meminta bantuan orang lain. Tersenyum ketika Anda sedang meminta bantuan adalah tersenyum yang “ada maunya”, dan terkesan miskin. Dan biasanya orang yang ahli meminta, tidak memiliki keahlian lain yang bisa diandalkan, kecuali keahlian “meminta”.
Tapi, tentu saja alangkah baiknya jika Anda berkenan mengawali membaca tulisan ini dengan do’a dan senyuman. Nah, tersenyumlah sekarang juga, please. Ya, begitu dong.
Tahukah Anda, ketika Anda tersenyum maka ada sekitar 26 otot wajah Anda yang dikendurkan, sehingga wajar Anda akan terlihat awet muda tatkala rajin tersenyum. Tapi kalau Anda termasuk yang rajin cemberut maka ketahuilah bahwa ada sekitar 62 otot wajah yang bakal dikencangkan, sehingga tak heran jika orang yang rajin cemberut ia akan awet tua, eh maaf maksudnya cepat tua.
Nah tersenyumlah. Ingat, jangan pernah menunggu bahagia baru Anda mau tersenyum, tapi tersenyumlah maka Anda akan berbahagia.
Senyumlah dengan konsep bibir 1225. Yaitu 1 dari hati, 2 cm ke kiri, 2 cm ke kanan, dan dilakukan selama minimal 5 detik atau lebih baik sampai minimal 7 detik. Insya Allah kebahagiaan plus keikhlasan hadir dalam hidup Anda.
Yakinlah, jika sisi kiri dan sisi kanan bibir Anda melebar dengan seimbang maka Anda akan menjadi pribadi yang menyenangkan, lain halnya jika tidak seimbang, misal 2 cm ke kiri dan minus 1 cm ke kanan, maka mungkin mental kita pun sedang tidak seimbang.
Hati-hati ya konsepnya jangan diubah jadi 1230, cukup 1225 saja, karena konsep 1230 sangat berbahaya, bisa menyebabkan hidup Anda penuh ketidakharmonisan.
Tidak percaya? Coba saja bayangkan apa yang akan terjadi jika 1 hati sedang kesal, lalu bibir Anda maju 2 cm ke depan, dan dilakukan selama 30 detik. Weleh, Ga seimbang kan kalau kamu menyengaja menjadikan bibirmu terlihat konsisten lebih mancung dari hidungmu?
Selanjutnya, agar senyuman Anda lebih ikhlas dan konprehensif maka kedua sudut luar mata Anda terlihat turun dan mata Anda pun terlihat menyipit. Itu sebabnya, orang yang tersenyum tapi kedua matanya masih terbuka lebar, maka sungguh ketulusannya senyumannya harus terus ditingkatkan.
Konprehensifitas sebuah senyuman juga dilihat dari terlihat atau tidak terlihatnya barisan gigi seri di bagian depan mulut Anda. Maka tak heran, dalam bahasa sunda, tertawa disebut dengan istilah “seuri”.
Wallahu alam
Salam Senyum (-;
http://www.facebook.com/?filter=[fb]unread&page=1&sk=messages&tid=1264985668718#!/?filter=[fb]unread&page=1&sk=messages&tid=14263321847
Selengkapnya...
10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT
Dan Rasulullah melanjutkan pertanyaannya kepada iblis “Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”“10 macam”“Apa saja?”“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”Allah berfirman,“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.
Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”Allah berfirman,“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).
“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.
Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”Rasulullah SAW lalu membaca ayat :“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)juga membaca,“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)Iblis lalu berkata:“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb.
Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat setidak-setidaknya membuat hidup ini lebih nyaman dan membuat tempat serta lingkungan kita lebih aman.
http://www.facebook.com/profile.php?id=1692251487&ref=profile#!/?filter=[fb]unread&page=1&sk=messages&tid=383119672876
Selengkapnya...
Senin, 26 April 2010
Ekonomi Islam itu Adil & Indah
Guru marketing Hermawan Kartajaya sudah beberapa lama bergaul dengan praktisi keuangan syariah. Ia mulai fasih mengatakan ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin. Beragama Katolik, Hermawan malah berniat ikut dalam mengembangkan nilai marketing Islami. Berikut petikan wawancara sesaat setelah peluncuran buku Sharia Marketing di Jakarta pekan lalu. Sebetulnya apa beda marketing syariah dan konvensional? Dalam dunia marketing itu ada istilah kelirumologi. Itu lho sembilan prinsip yang disalah artikan.
Misalnya marketing diartikan untuk membujuk orang belanja sebanyak-banyaknya. Atau marketing yang yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak bagus. Atau membujuk dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja. Itu salah satu kelirumologi ( merujuk istilah yang dipopulerkan Jaya Suprana). Marketing syariah itu mengajarkan orang untuk jujur pada konsumen atau orang lailn. Nilai syariah mencegah orang (marketer) terperosok pada
kelirumologi itu tadi. Ada nilai-nilai yang harus dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika ia Muslim. Apakah nilai marketing syariah bisa diterapkan umat lain? Lha ya nilai Islam itu universal. Rahmatan lil alamin. Begitu kan istilahnya. Nabi Muhammad itu menyebarkan ajaran Islam pasti bukan hanya untuk umat Islam saja. Jadi tidak apa-apa jika nilai marketing syariah ini inisiatif orang Islam supaya bisa menginspirasikan orang lain. Makin banyak non-Muslim yang ikut menerapkan nilai ini, makin bagus. Saya ikut mengendorse marketing syariah. Soal jujur itu kan universal. Jadi marketing syariah harus diketahui orang lain dalam rangka rahmatan lil alamin itu. Apa nilai inti marketing syariah? Integrity atau tak boleh bohong. Transparansi. Orang kan tak boleh bohong. Jadi orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena diskonnya. Itu jika konsep marketing dijalankan secara benar. Bagaiman muasal perkembangan nilai spiritual dalam
marketing Sejalan dengan perkembangan dunia. Setelah September attack, orang melihat IQ dan EQ saja tidak cukup. Harus ada SQ, spiritual quotient. Orang melihat Apakah nilai marketing syariah ini akan bertahan? Ya pasti sustain. Karena prinsip dasarnya kejujuran. Ini yang dibutuhkan semua orang. Apalagi setelah kasus seperti Enron, Worldcom dan lainnya. Orang melihat bisnis itu harus jujur. Lalu di mana peran ilmu marketing dalam konsep syariah Syariah mengendorse marketing dan marketing mengendorse syariah. Ilmu marketing menyumbangkan profesionalitas dalam syariah. Karena jika orang marketing tidak profesional, orang tetap tidak percaya. Lihat saja bagaimana investor Timur Tengah belum mau investasi di Indonesia, meski negara ini populasinya mayoritas Muslim. Karena mereka tidak yakin dengan profesionalitas kita. Jadi, jujur saja tidak cukup. Bukankan nilai kejujuran dan transparansi itu diajarkan semua agama Ya. Memang semua agama mengajarkan nilai itu. Tapi jangan lupa
bahwa islam itu rahmatan lil alamin. Jadi, ada titik singgung. Bukankah lebih baik mencari yang serupa dari pada memperkarakan yang berbeda. Jika begitu hidup kita damai. Menurut saya, tak mengapa kita sebut marketing syariah. Karena mayoritas populasi di Indonesia itu Muslim. Jadi nilai syariah yang kita kedepankan. Kita mulai di sini, di Indonesia. Ada bagusnya jika yang mengendorse itu orang Islam, bukan yang lain. Setelah nilai spiritual konsep apa lagi yang akan mengemuka dalam dunia bisnis? Millenium. Orang mencari keseimbangan. Maksudnya orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia yang miskin dan bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja. Nilai-nilai ini ke depan akan mengemuka. Sekarang pertemuan para praktisi marketing mulai mengarah ke sana. Setelah mengenal Islam, apa pendapat Anda tentang nilai yang diajarkan Islam agama yang universal dan komprehensif.
Guidance-nya lengkap. Ada petunjuk untuk seorang pedagang, kepala negara, seorang anak, panglima perang dan semuanya. Ada diatur secara lengkap. Di atas semua itu saya melihat Islam itu ajaran yang damai dan indah. Ajaran Islam bisa dipakai semua orang. Itu kesan saya dan mengapa saya mau mempelajari nilai Islam untuk dikembangkan dalam konsep marketing. Saya sekarang menjadi aktivis lingkungan dan nilai-nilai.
Wassalamu'alaykum Wr.Wb
Arita Witanti
www.aqiqahtrust. indonetwork. co.id
aqiqahtrust@ yahoo.com
Selengkapnya...
Masjid kosong kita
"sebuah kisah" saat seseorang meninggal,terlepas segala amalnya kecuali 3 hal,salah
satunya adalah amal soleh(baik laki2 atau perempuan).maka orang2 kita
berlomba untuk berbuat amal kebajikan,demi tab.di akherat.
Kita sibuk ceramah,berdebat tentang Islam,di seminarkan dll.kita
sangat sibuk dan aktif dalam mambangun kemajuan "ekonomi" dengan
berangkat pagi pulang malam.sesekali kita aktif di organisasi
sosial(bahkan seringkali), sibuk membangun masy.sosial di luar sana,
tapi dirumah,kita sering cekcok sma tetangga gara2 masalah
sepele,sering rasan2 rekan kerja atao bahkan njegal dari belakang kalo
perlu.
Allahu ya karim
Alhasil,uang kita,harta kita bertambah,alhamduli llah!!!!kita bisa
beli kendaraan bagus,rumah sudah layak(meski tak ada kata Layak yg
layak).Nah giliran urusan pergi ke masjid,karena kita punya banyak
uang,kita pilih nyumbang,alasanya sederhana;jika masji kita di pake
orang sholat,maka pahala lempeng mengalir deras.Maka rame2 orang pada
nyumbang masjid,punya uang bikin aja masjid,kalo perlu jaraknya
berdekatan seperti di surabaya.yang "bikin"masjid urusan sholat,ya di
rumah saja,jamaah sama anak istri.
Alhamdulillah. .....masjid kita buanyak,tapi Innalillahi. ....masjid
kita buanyak kosongnya pula!!!!!!
maka,ber-amal butuh keihlasan yg tdk bisa Ihlas tsb itu datang
Instant,harus sering di latih dan diasah,terus menerus.
kadangkala kita diuji dengan omongan orang yg menganggap kita ini sok
suci,sok kaya atao apa.
Maka itulah proses Khusnul Khotimah,proses syahid di jalan
Allah,proses mendewasakan diri pada Rab yg Agung dan proses menuju
manusia sejati,Insya Allah.
(maaf...bkn bermaksud menggurui)
Wasssalam
Sumber
Forum
Motivasi Islam
Selengkapnya...
Tawajjuh dan Talkin Dzikir
Tawajjuh (menghadapkan diri kepada Allah SWT) terjadi dalam Dzikir Sirri. Dzikir Sirri dilakukan dengan menundukkan kepala dalam-dalam, arahkan ke titik lathifah qalbi di bawah puting susu kiri, memejamkan mata, mengatupkan bibir (kalau perlu lidah pun dilipat ke langit-langit atas agar tak ikut bergetar), lalu rasakan asma Allah menelusup masuk ke qalbu.
Apabila sebelumnya telah melakukan Dzikir Jahri dengan tepat maka pada saat Dzikir Sirri di qalbu akan ada rasa:
Rasa terbakar, kehangatan yang menjalar dari api cinta dan rindu kepada Allah SWT.
Rasa tenggelam, terhanyut dalam lautan rahmat Allah SWT, terengkuh dalam pelukan qudrat-Nya dan tertimang dalam buaian iradat-Nya.
Rasa terguncang, terguncangnya jiwa dan raga oleh getaran qalbu yang berdzikir mengingat Allah (QS. Al-Anfal 8:2).
Puncaknya adalah air mata kebahagiaan yang mengalir dari taman taqwa di dalam qalbu.
Burung terbang dengan dua sayap...
Ruh melayang dengan dua dzikir: jahri dan sirri
Talqîn Dzikir
Sebagai persiapan untuk dapat berdzikir dengan baik, qalbu dan lathifah-lathifah yang menjadi sensornya harus mengalami tune up atau initiation lebih dulu. Semua perangkat itu harus menjalani proses aktifasi lebih dulu. Itulah yang disebut dengan talqin dzikir.
Berasal dari kata laqqana (membelajarkan) , maka talqiynâ (pembelajaran) .
Talqin Dzikir = Pembelajaran Dzikir:
Proses ruhaniyah
Menanamkan bibit dzikir ke dalam qalbu murid
Menghubungkan qalbu murid dengan qalbu mursyid agar masuk dalam pantauannya.
Dilakukan oleh wali mursyid (wali pembimbing) yang:
Taqwa
Qalbunya dawâm (ajeg) dalam dzikrullah,
Kuat dalam tawhid,
Tercahayai oleh nur ilahi.
Talqin Dzikir dapat mursyid lakukan melalui wakil talqin.
Cermin yang jernih tak perlu sapuan lap,
Qalbu yang jernih tak peduli ucapan lafazh...
Kalau dzikir hanya sebatas mulut,
Bukankah burung beo peniru nomor satu?
Alla…hu, Huwa…, Hu…
Selengkapnya...
Minggu, 25 April 2010
Dimana Tsa'labah Sekarang???
Seorang sahabat Nabi yang amat miskin datang pada Nabi sambil mengadukan
tekanan ekonomi yg dialaminya. Tsa'labah, nama sahabat tersebut, memohon
Nabi untuk berdo'a supaya Allah memberikan rezeki yang banyak kepadanya.
Semula Nabi menolak permintaan tersebut sambil menasehati Tsa'labah agar
meniru kehidupan Nabi saja. Namun Tsa'labah terus mendesak. Kali ini dia
mengemukakan argumen yang sampai kini masih sering kita dengar, "Ya Rasul,
bukankah kalau Allah memberikan kekayaan kepadaku, maka aku dapat memberikan
kepada setiap orang haknya.
Nabi kemudian mendo'akan Tsa'labah. Tsa'labah mulai membeli ternak.
Ternaknya berkembang pesat sehingga ia harus membangun pertenakakan agak
jauh dari Madinah. Seperti bisa diduga, setiap hari ia sibuk mengurus
ternaknya. Ia tidak dapat lagi menghadiri shalat jama'ah bersama Rasul di
siang hari.
Hari-hari selanjutnya, ternaknya semakin banyak; sehingga semakin sibuk pula
Tsa'labah mengurusnya. Kini, ia tidak dapat lagi berjama'ah bersama Rasul.
Bahkan menghadiri shalat jum'at dan shalat jenazah pun tak bisa dilakukan
lagi.
Ketika turun perintah zakat, Nabi menugaskan dua orang sahabat untuk menarik
zakat dari Tsa'labah. Sayang, Tsa'labah menolak mentah-mentah utusan Nabi
itu. Ketika utusan Nabi datang hendak melaporkan kasus Tsa'labah ini, Nabi
menyambut utusan itu dengan ucapan beliau, "Celakalah Tsa'labah!" Nabi
murka, dan Allah pun murka!
Saat itu turunlah Qs at-Taubah: 75-78
* "Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah, "Sesungguhnya
jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan
bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh."
* Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya,
mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah
orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).
* Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai Allah, karena
mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan
kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.
* Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan
mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui yang ghaib?"
Tsa'labah mendengar ada ayat turun mengecam dirinya, ia mulai ketakutan.
Segera ia temui Nabi sambil menyerahkan zakatnya. Akan tetapi Nabi
menolaknya, "Allah melarang aku menerimanya. " Tsa'labah menangis
tersedu-sedu.
Setelah Nabi wafat, Tsa'labah menyerahkan zakatnya kepada Abu Bakar,
kemudian Umar. tetapi kedua Khalifah itu menolaknya. Tsa'labah meninggal
pada masa Utsman.
Dimanakah Ts'alabah sekarang? Jangan-jangan kitalah Tsa'labah-Tsa' labah baru
yang dengan linangan air mata memohon agar rezeki Allah turun kepada kita,
dan ketika rezeki itu turun, dengan sombongnya kita lupakan ayat-ayat Allah.
Bukankah kita dengan alasan sibuk berbisnis tak lagi sempat sholat lima
waktu. Bukankah dengan alasan ada "meeting penting" kita lupakan perintah
untuk sholat Jum'at. Bukankah ketika ada yang meminta sedekah dan zakat kita
ceramahi mereka dengan cerita bahwa harta yang kita miliki ini hasil kerja
keras, siang-malam membanting tulang; bukan turun begitu saja dari langit,
lalu mengapa kok orang-orang mau enaknya saja minta sedekah tanpa harus
kerja keras.
Kitalah Tsa'labah... .Tsa'labah ternyata masih hidup dan "mazhab"-nya masih
kita ikuti...
Konon, ada riwayat yang memuat saran Nabi Muhammad saw (dan belakangan
digubah menjadi puisi oleh Taufik ismail), "Bersedekahlah, dan jangan tunggu
satu hari nanti di saat engkau ingin bersedekah tetapi orang miskin
menolaknya dan mengatakan, "kami tak butuh uangmu, yang kami butuhkan adalah
darahmu!"
Dahulu Tsa'labah menangis di depan Nabi yang tak mau menerima zakatnya.
Sekarang ditengah kesenjangan sosial di negeri kita, jangan-jangan kita
bukan hanya akan menangis namun berlumuran darah ketika orang miskin menolak
sedekah dan zakat kita!
Na'udzubillah. ..
Selengkapnya...
Kamis, 22 April 2010
Melatih Kekuatan Memilih
"Trouble is a friend." - Lenka
Sahabat, setiap kita saat ini adalah hasil dari keputusan dan tindakan kita di masa lalu. Tindakan dan keputusan kita bertahun yang lalu, punya peran membentuk diri kita saat ini. Keputusan dan tindakan kita kemarin, telah menjadikan kita sebagaimana kita yang hari ini.
Maka sahabat, setiap keputusan dan tindakan kita hari ini, akan menentukan bagaimana kita di masa depan. Jika kita menginginkan kebaikan terjadi pada diri kita di hari esok, maka segala keputusan dan tindakan kita hari ini, juga harus menjadi keputusan dan tindakan yang baik-baik.
Keputusan dan tindakan yang baik, adalah keputusan dan tindakan yang sangat jelas memberi sinyal tentang arah di dalam rute yang benar menuju kepada kebaikan kita di masa depan.Keputusan dan tindakan yang baik adalah bukan yang berbelok arah, dan bukan pula yang berbalik arah dari rute itu.
Kita sering sekali merasakan kesulitan untuk meyakini tingkat kebaikan yang tepat terkait dengan keputusan yang kita ambil dan tindakan yang kita lakukan.
"Apakah keputusan yang saya ambil ini sudah baik dan tepat?"
"Apakah tindakan yang akan saya lakukan ini sudah baik dan tepat?"
Perasaan seperti itu bisa berakibat buruk pada kestabilan diri dan menciptakan keraguan serta kegamangan. Akibatnya, perjalanan kita menuju kepada kebaikan akan kita rasakan sebagai langkah-langkah yang terseok dan rapuh. Diri, pikiran, dan perasaan kita juga akan menjadi lebih rapuh, menjadi lebih rentan di hadapan badai kehidupan.
Itu sebabnya sahabat, kita memerlukan keyakinan yang lebih kuat di dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan. Hanya dengan ini, maka mata dan hati kita juga hanya akan tertuju ke depan. Dan tentunya, keadaan ini akan membuat kita bisa memudahkan jalan menuju kepada kebaikan yang kita cita-citakan.
Keyakinan, sering kita anggap sebagai sesuatu yang sulit kita capai tingkatan idealnya. Ini ada benarnya, sebab keyakinan adalah tiang penyangga yang kekuatannya tidak datang begitu saja. Kekuatan keyakinan, adalah kekuatan yang harus kita bangun setiap saat, setiap hari.
"Apakah keputusan yang saya ambil ini sudah baik dan tepat?"
"Apakah tindakan yang akan saya lakukan ini sudah baik dan tepat?"
adalah
"Apakah saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil ini sudah baik dan tepat?"
"Apakah saya yakin tindakan yang akan saya lakukan ini sudah baik dan tepat?"
Dan sungguh sahabat, Tuhan begitu menyayangi kita dengan menganugerahkan sebuah kemampuan yang memang sesuai dengan kesanggupan setiap manusia. Dengan kemampuan itu, setiap kita telah diciptakan untuk mampu membangun keyakinan. Kemampuan itu, adalah kemampuan untuk MEMILIH.
HAL TERPENTING DI BALIK SETIAP KEPUTUSAN DAN TINDAKAN
Hal terpenting di balik setiap keputusan dan tindakan, adalah PILIHAN. Dengan kata lain, setiap keputusan dan tindakan adalah identik dengan PILIHAN. Dan kita sama mengetahui, bahwa setiap penyimpangan, kemunduran, atau terhentinya perjalanan menuju kepada kebaikan, hanya disebabkan oleh kegagalan dalam mengambil keputusan dan dalam melakukan tindakan. Maka sesungguhnya, kegagalan itu adalah kegagalan di dalam menetapkan PILIHAN.
Dengan kata lain sahabat, berhasil atau tidaknya kita mencapai tujuan dan cita-cita kebaikan, adalah ditentukan oleh besarnya kekuatan dari PILIHAN yang kita tetapkan.
PILIHAN itu sendiri adalah fenomena obyektif yang dihamparkan di hadapan kita setiap saat, setiap waktu. Dengan obyektifitasnya itu, maka PILIHAN adalah sesuatu yang netral dan apa adanya. Dalam pada itu, segala pilihan kebaikan yang kita tetapkan sebagai tujuan di dalam kehidupan, adalah sesuatu yang amatsubyektif sifatnya, di mana untuk menuju kepada kebaikan ada begitu banyak pintu-pintu kebaikan. Apa yang perlu kita tempuh dengan demikian, adalah menjadikan diri kita sebagai pribadi-pribadi yang mempunyai kekuatan di dalam MEMILIH.
BERDIRI ATAU JATUH DI HADAPAN PILIHAN
Setiap kali kita dihadapkan pada PILIHAN, maka pada ketika itu SESUNGGUHNYALAH fungsi kemanusiaan kita sedang berada di titik PUNCAKNYA. Ketika kita berada di tengah masalah, kita berada di tengah hutan rimba PILIHAN. Segala hal yang berkecamuk di dalam pikiran dan perasaan kita, adalah hamburan-hamburan PILIHAN. Ketika itulah, kekuatan kita di dalam menetapkan PILIHAN menjadi sangat berperan.
Pada ketika itu, inilah yang berlangsung dan terjadi pada diri kita sebagai normalnya manusia:
1. Kita sebenarnya TEGAK BERDIRI sebagai manusia dengan keaktifan PERASAAN di titik puncak.
2. Kita sebenarnya TEGAK BERDIRI sebagai manusia dengan keaktifan PIKIRAN di titik puncak.
Hanya PERASAAN yang mendominasi lebih dari proporsinyalah, yang membuat kita TERJATUH ke dalam PILIHAN yang impulsif, kompulsif, atau obsesif, yang akan menjadi sebab bagi penyesalan kita di kemudian hari. Penyesalan yang terjadi karena gagalnya upaya untuk tetap mengarah kepada kebaikan. Penyesalan yang terjadi akibat pengambilan keputusan yang berujung pada tindakan yang justru mensabotase kebaikan. Kita sering menyebut hal ini sebagai keputusan dan tindakan yang kurang menggunakan AKAL SEHAT.
Hanya PIKIRAN yang mendominasi lebih dari proporsinyalah, yang membuat kita TERJATUH ke dalam PILIHAN yang rigid alias kaku dan berdarah dingin, yang juga akan menjadi sebab bagi penyesalan kita di kemudian hari. Penyesalan yang juga terjadi karena gagalnya upaya untuk tetap mengarah kepada kebaikan. Penyesalan yang terjadi akibat pengambilan keputusan yang berujung pada tindakan yang justru juga mensabotase kebaikan. Kita sering menyebut hal ini sebagai keputusan dan tindakan yang KURANG BERPERASAAN.
Lebih dari itu sahabat, hanya PERASAAN dan PIKIRAN yang mendominasi JIWA lebih dari proporsinyalah, yang membuat kita TERJERUMUS ke dalam pilihan yang buruk, yang jauh dari kebaikan, yang dipastikan akan menjadi sebab bagi penyesalan kita di kemudian hari. Penyesalan yang terjadi karena KEGAGALAN KEMANUSIAAN yang meng-gagal-total- kan kebaikan. Kita akan menyebut hal ini sebagai keputusan dan tindakan yang TIDAK BERPERIKEMANUSIAAN.
Dari itu sahabat yang baik, apa yang perlu kita lakukan adalah terus belajar di dalam kebaikan, dengan terus berlatih guna menguatkan KEKUATAN MEMILIH, agar perasaan dan pikiran tetap menjadi "alat" kita dan tidak sebaliknya malah "memperalat" kita yang sebenarnya sedang menuju kepada cita-cita kebaikan.
MELATIH KEKUATAN MEMILIH
Demi ekologisnya PILIHAN keputusan dan tindakan kita saat ini, dan demi ekologisnya semua itu dengan masa depan, maka kita perlu berhati-hati menetapkan PILIHAN keputusan dan PILIHAN tindakan. Agar kita sebagai manusia yang baik-baik, tidak TERJATUH atau TERJERUMUS dan kemudian terlepas dari kebaikan kemanusiaan.
Sahabat, "ekologis" itu mudahnya adalah, "tetap melekat pada kebaikan dan terus membawa kebaikan, kapanpun dan dimanapun."
Mari kita sama-sama belajar dan berlatih.
Sahabat, perhatikanlah daftar berikut ini dan jika perlu tambahkanlah sendiri daftar ini sesuai dengan kondisi dan keadaan sahabat, apapun kondisi dari PERASAAN dan PIKIRAN sahabat saat ini.
01. TAQWA versus FUJUR
02. BENAR versus SALAH
03. PAHALA versus DOSA
04. BERMORAL versus AMORAL
05. BAIK versus BURUK
06. PINTAR versus BODOH
07. SMART versus STUPID
08. CANTIK versus TIDAK CANTIK (bukan tentang fisik)
09. COOL versus NOT COOL
10. KEREN ABIEZ versus NORAK ABIS
11. GUE BANGET versus BUKAN GUE BANGET (di dalam kebaikan)
12. AMAN versus TIDAK AMAN (bagi kebaikan)
13. MEMULUSKAN versus MENGHAMBAT (proses menuju kebaikan)
14. NYAMAN versus TIDAK NYAMAN (untuk kebaikan diri sendiri)
15. BERANI (karena benar) versus TAKUT (karena salah)
16. HIDUP versus MATI
17. BERSYUKUR versus TIDAK BERSYUKUR
18. SABAR versus AMARAH
19. ENAK versus MEMUAKKAN
20. BIJAK versus TIDAK BIJAK
21. CINTA versus BENCI
22. ADIL versus DZALIM
23. KAYA versus MISKIN (bicara akibat)
24. KEBAHAGIAAN versus PENDERITAAN (bicara akibat)
25. KETERATURAN versus KEKACAUAN
26. MENANG versus KALAH
27. SELESAI versus TAMBAH RUNYAM
28. Dan seterusnya.
Sahabat bisa menambahkan pasangan-pasangan kontras sebanyak yang sahabat mau, sesuai yang bisa sahabat PIKIRKAN dan RASAKAN saat ini. Semakin sahabat menambahkannya, semakin banyak pintu-pintu kebaikan yang berpotensi sahabat masuki.
Sahabat, apa yang kita lakukan setiap saat adalah memberi MAKNA, sebab kehidupan adalah tentang MAKNA. Dan kita, baru saja memberi MAKNA bagi berbagai kemungkinan keputusan dan tindakan yang dihadapkan kepada kita setiap saat dan setiap hari.
MAKNA-MAKNA itu, akan kita jadikan LABEL alias penanda bagi berbagai kemungkinan sebagai calon PILIHAN. LABEL-LABEL itu, adalah PINTU-PINTU menuju kepada kebaikan.
Pasangan LABEL itu secara sengaja dan khusus saling kita hadapkan sebagai dua kutub yang bertentangan. Di dalam teknik persuasi, upaya ini disebut dengan "the power of contrast".
Ingatlah sahabat, bahwa ketika kita me-LABEL-kan sebuah makna, maka LABEL itu melekat pada berbagai kemungkinan dan BUKAN pada DIRI KITA. LABEL-LABEL itu mewakili karakteristik, sifat, dan potensi dari berbagai PILIHAN kita nantinya.
Ketika kita berhadapan dengan berbagai kemungkinan keputusan dan tindakan kehidupan, tahan dirilah sejenak untuk tidak langsung menetapkan PILIHAN KEPUTUSAN atau bahkan langsung melakukan apa yang menjadi PILIHAN TINDAKAN. Tuailah manfaat terbesar dari kesabaran, yaitu KEKUATAN UNTUK MEMILIH. Dan inilah yang perlu sahabat lakukan di saat JEDA itu.
Pertama, urutkanlah ulang semua koleksi LABEL di atas.
Ketika sahabat melakukannya, jangan lupa untuk MENGAMBIL angka nol (0) yang berada di depan semua angka di atas. Angka nol itu tidak kita buang, melainkan kita tanamkan kepada diri kita, bahwa itu adalah sebuah SIMBOL bagi jiwa kita yang baik, bahwa kita sedang dengan sengaja berdiri di titik nol, alias di titikNETRAL. Dengan tidak lagi mengandung angka "nol" di depannya, hasil pengurutan ulang yang sahabat lakukan, akan sangat mencerminkan tingkat kepentingannya bagi sahabat sendiri.
Mengurutkan ulang ini bisa kita lakukan dengan merasakan pengaruh terbesar dari pasangan LABEL terhadap perasaan dan pikiran kita. Misalnya saja, kita sangat benci disebut "BODOH" maka tentunya kita akan sangat senang disebut "PINTAR". Pada hari-hari yang lain, kita mungkin lebih senang disebut "ADIL" dan sangat tidak senang disebut "DZALIM". Ini sangat tergantung pada mood, atau kondisi perasaan dan pikiran kita pada suatu saat.
Apa yang biasanya terjadi, adalah otomatisnya kita melekatkan berbagai LABEL itu ke diri kita sendiri.Jika orang lain yang melakukannya, maka kita cenderung meng-ya-kannya. Maka kita bisa memaklumi, bahwa akibatnyapun akan sangat mungkin menjadi keputusan dan tindakan yang juga otomatis, yang justru menjatuhkan atau menjerumuskan.
Itulah keadaan di mana kita sedang "diperalat" oleh pikiran dan perasaan kita sendiri. Salah satu ciri dari kondisi "diperalat", adalah ketika kita berada dalam situasi "miskin pilihan pasangan LABEL". Misalnya, ketika kita melihat suatu persoalan hanya sebagai "MENANG versus KALAH". Padahal, belum tentu bahwa "MENANG versus KALAH" adalah di puncak peringkat.
Menjalani proses jeda dan mengurutkan ulang ini, adalah upaya awal bagi kita untuk menggeser semua LABEL agar tidak lagi "memperalat" melainkan menjadi "alat" yang bisa kita gunakan untuk mengelola PILIHAN-PILIHAN.
Mengurutkan ulang ini, juga bisa dilakukan dengan menjawab pertanyaan, "Apa yang paling penting buat saya saat ini?" - Apapun jawaban yang sahabat dapatkan, selalulah menjadikannya sebagai pasangan LABEL yang saling bertentangan. Misalnya, jika yang paling penting bagi sahabat pada suatu saat adalah "SELESAINYA MASALAH", maka pasangan kontrasnya adalah "MASALAH TAMBAH RUNYAM".
Sahabat, apapun hasil dari mengurutkan ulang di atas, adalah cerminan dari kondisi dan situasi diri sahabat pada saat itu. Dan manapun pasangan LABEL yang berada di puncak peringkat, hanya berarti satu, yaitu bahwa sahabat sedang berada di puncak performa sebagai pribadi yang sesungguhnya baik.
Maka sahabat, mengurutkan ulang semua pasangan LABEL sebagaimana di atas, adalah upaya mengakomodasi perasaan dan sekaligus pikiran dengan tetap berada di dalam kerangka kebaikan.
Kedua, ambillah satu pasangan LABEL yang sedang berada di puncak peringkat. Misalnya "BAIK versus BURUK". Mulai dari sini, konsistenlah HANYA dengan pasangan LABEL ini saja (lihat note di bagian bawah ini).
Ketiga, bersiaplah untuk melekatkan pasangan LABEL itu kepada kemungkinan- kemungkinan keputusan dan tindakan yang sedang sahabat hadapi. Tapi, tunda dulu proses ini.
Keempat, PILIHLAH SATU LABEL untuk MEMAKNAI setiap kemungkinan keputusan dan tindakan yang kita hadapi.
Kemudian, mulailah sahabat melakukan LABELLING. Misalnya, "kemungkinan A" berlabel "BAIK", "kemungkinan B" berlabel "BAIK", "kemungkinan C" berlabel "BURUK" dan seterusnya.
Di awal proses, kemungkinan keputusan dan tindakan itu mungkin saja lebih dari dua, atau bahkan banyak. Akan tetapi, lekatilah dengan HANYA salah satu dari dua PILIHAN LABEL MAKNA di puncak peringkat. Jangan gunakan LABEL dari pasangan LABEL di peringkat yang lain, sebab itu akan memicu "konflik internal" di dalam perasaan dan pikiran sahabat.
Sejalan dengan waktu, sahabat akan menemukan bahwa setiap masalah sebenarnya hanya akan bermuara pada dua ujung yang sifat, karakter, dan potensinya bertolak belakang.
Kelima, simpulkan.
Kini sahabat memiliki cara yang lebih mudah dan lebih bijak untuk menetapkan PILIHAN keputusan dan PILIHAN tindakan, sehingga Insya Allah keputusan dan tindakan sahabat memang bisa sahabat yakini mengarah kepada tujuan kebaikan.
Note: Dalam hal terjadi keseimbangan hasil di antara dua LABEL kontras, barulah sahabat bisa bergeser ke pasangan LABEL di peringkat berikutnya. "Tata tertib" ini memang diperlukan agar tidak memicu "konflik internal" sebagaimana diungkapkan di atas.
Peringkat dari pasangan-pasangan LABEL itu juga akan berubah-ubah urutannya, tergantung pada situasi dan keadaan pikiran dan perasaan sahabat di setiap saat. Peringkat hari ini mungkin akan berbeda dengan peringkat besok. Apa yang penting, adalah sahabat selalu mempunyai pasangan kontras, di mana yang satu menuju kepada cita-cita kebaikan dan satu lagi sebaliknya.
Semoga, kita semua bisa lebih banyak berlatih dan belajar setiap hari, ketika kita dihadapkan pada berbagai PILIHAN kemungkinan dari keputusan dan tindakan di dalam hidup yang menuju kepada kebaikan. Sehingga, apapun LABEL yang sedang kita lekatkan kepada berbagai kemungkinan itu secara obyektif, sahabat tetap berdiri sebagai pribadi yang secara subyektif baik.
Semoga sahabat semua menjadi lebih mudah menemukan cara yang memuluskan jalan menuju kepada cita-cita kebaikan. Aamiin. Aamiin.
O ya sahabat, bukankah semua pelajaran di atas sesungguhnya adalah tentang MELATIH HATI NURANI?
Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://www.motivasi -komunikasi- leadership. co.cc
http://www.facebook .com/pages/ Motivasi- Komunikasi- Leadership/ 196571006305
Selengkapnya...
Rabu, 21 April 2010
Hidup Penuh dengan Gairah
“Success is going from failure to failure without loss of enthusiasm.”
(Keberhasilan berjalan dari kegagalan ke kegagalan tanpa kehilangan antusiasme)
- Winston Churchill -
Memang hal yang pertama yang harus dimiliki seseorang untuk menggapai kesuksesannya adalah visi dan tujuan yang jelas. namun sebaik apapun visi, tujuan ataupun rencana yang sudah terjadwal sangat rapi jika tidak diiringi dengan tindakan semuanya terasa mustahil. tindakan akan mengubah sesuatu yang hanya sekedar coretan diatas kertas menjadi kenyataan. tapi, tindakan haruslah disertai dengan antusias, sebab, antusias adalah bahan bakar dari tindakan itu sendiri. Tingkat motivasi yang kita miliki berbanding lurus dengan jumlah antusiasme yang kita miliki.
Sukses besar selalu disertai dengan antusiasme besar. Sebaliknya kegagalan selalu didampingi oleh kecilnya antusiasme atau mungkin tidak sama sekali. Antusias dalam melakukan setiap usaha yang direncanakan dengan baik, pasti akan memberikan hasil yang sesuai dengan seberapa besar rasa antusias atau semangat itu adanya. Selalu mempunyai semangat atau antusiasme di dalam setiap hal yang kita lakukan, itu akan semakin mendekatkan diri kita kepada sukses yang kita impikan.
Bekerja dengan penuh antusias dan gairah adalah keinginan setiap orang. namun, tidak semua orang bisa mendatangkan sikap antusias dan gairah yang tinggi dalam kehidupannya sehari-hari.
berikut adalah beberapa tips untuk menghadirkan sikap antusias dalam kehidupan sehari-hari anda:
1. Lupakan kegagalan-kegagalan hari kemarin, focus dan berkonsentrasilah untuk menciptakan prestasi pada hari ini.
2. Buatlah daftar-daftar yang ingin anda capai hari ini dan capailah dengan antusias.
3. Tetaplah focus pada impian besar anda. Bayangkan setiap pekerjaan yang anda lakukan setiap harinya dengan antusias akan mengantarkan anda semakin dekat dengan impian besar anda.
4. Ingatlah semakin sulit masalahnya, maka semakin banyak amtusiasme yang anda perlukan.
5. Bacalah buku pengembangan diri dan buku-buku positif, paling tidak 30 menit sehari. Jika menonton tontonlah film-film luar biasa yang menginspirasi yang akan merubah semangat anda
6. Berikan penghargaan pada apa yang telah kita lakukan. Ketika anda mencapai langkah-langkah tertentu menuju sasaran anda, temukan suatu cara untuk memberukan penghargaan kepada diri anda.
7. Tetaplah percaya bahwa anda bisa melakukan apa saja yang ada dalam pikiran anda. Bayangkan dengan ANTUSIAS!
8. (bagi Muslim) sempatkan berzikir setiap selesai shalat subuh. Karena ketika hati tenang maka api semangat pun kan tetap menyala.
SELAMAT BERJUANG
FEBRIYA FAJRI
www.wujudkan- mimpi.com
Selengkapnya...
Amalan di Awal Dzulhijah dan Puasa Arofah
Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala masih memberikan kita berbagai macam nikmat, kita pun diberi anugerah akan berjumpa dengan bulan Dzulhijah. Berikut kami akan menjelasakan keutamaan beramal di awal bulan Dzulhijah dan apa saja amalan yang dianjurkan ketika itu. Semoga bermanfaat.
Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijah
Di antara yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hadits Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun."[1]
Di dalam sepuluh hari bulan Dzulhijah terdapat hari Arofah dan hari an nahr (Idul Adha). Kedua hari tersebut adalah hari yang mulia sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Abdullah bin Qurth, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala adalah hari an nahr (Idul Adha) kemudian yaumul qorr (hari setelah hari an nahr).”[2]
Keutamaan Beramal di Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijah
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hadits Ibnu ‘Abbas di atas menunjukkan bahwa amalan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari lainnya dan di sini tidak ada pengecualian. Jika dikatakan bahwa amalan di hari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah, itu menunjukkan bahwa beramal di waktu itu adalah sangat utama di sisi-Nya.”[3]
Bahkan jika seseorang melakukan amalan yang mafdhul (kurang utama) di hari-hari tersebut, maka bisa jadi lebih utama daripada seseorang melakukan amalan yang utama di selain sepuluh hari awal bulan Dzulhijah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Beliau pun menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah.” Lalu beliau memberi pengecualian yaitu jihad dengan mengorbankan jiwa raga. Padahal jihad sudah kita ketahui bahwa ia adalah amalan yang mulia dan utama. Namun amalan yang dilakukan di awal bulan Dzulhijah tidak kalah dibanding jihad, walaupun amalan tersebut adalah amalan mafdhul (yang kurang utama) dibanding jihad.[4]
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa amalan mafdhul (yang kurang utama) jika dilakukan di waktu afdhol (utama) untuk beramal, maka itu akan menyaingi amalan afdhol (amalan utama) di waktu-waktu lainnya. Amalan yang dilakukan di waktu afdhol untuk beramal akan memiliki pahala berlebih karena pahalanya yang akan dilipatgandakan.”[5] Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan.”[6]
Amalan di Awal Dzulhijah
Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu.[7] Di antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya[8], ...”[9]
Namun ada sebuah riwayat dari ‘Aisyah yang menyebutkan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh hari bulan Dzulhijah sama sekali.”[10] Mengenai riwayat ini, Imam Ahmad menjelaskan bahwa yang dimenangkan adalah perkataan yang menetapkan adanya puasa sembilan hari Dzulhijah, yaitu hadits pertama. Namun dalam penjelasan lainnya, Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat ‘Aisyah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa penuh selama sepuluh hari Dzulhijah. Sedangkan maksud riwayat Hafshoh adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di mayoritas hari yang ada. Jadi, hendaklah berpuasa di sebagian hari dan berbuka di sebagian hari lainnya.[11]
Kesimpulan: Boleh berpuasa penuh selama sembilan hari bulan Dzulhijah (dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijah) atau berpuasa pada sebagian harinya.
Catatan: Kadang dalam hadits disebutkan berpuasa pada sepuluh hari awal Dzulhijah. Yang dimaksudkan adalah mayoritas dari sepuluh hari awal Dzulhijah, hari Idul Adha tidak termasuk di dalamnya dan tidak diperbolehkan berpuasa pada hari ‘Ied.[12]
Keutamaan Hari Arofah
Di antara keutamaan hari Arofah (9 Dzulhijah) disebutkan dalam hadits berikut, “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arofah (yaitu untuk orang yang berada di Arofah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”[13]
Keutamaan yang lainnya, hari arofah adalah waktu mustajabnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah.”[14] Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan.[15] Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa pada Allah. Do’a ketika ini adalah do’a yang mustajab karena dilakukan pada waktu yang utama.
Jangan Tinggalkan Puasa Arofah
Bagi orang yang tidak berhaji dianjurkan untuk menunaikan puasa Arofah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijah. Hal ini berdasarkan hadits Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”[16] Hadits ini menunjukkan bahwa puasa Arofah lebih utama daripada puasa ‘Asyuro. Di antara alasannya, Puasa Asyuro berasal dari Nabi Musa, sedangkan puasa Arofah berasal dari Nabi kita Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.[17] Keutamaan puasa Arofah adalah akan menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil. Atau bisa pula yang dimaksudkan di sini adalah diringankannya dosa besar atau ditinggikannya derajat.[18]
Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arofah. Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya.”[19]
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa beliau ditanya mengenai puasa hari Arofah di Arofah. Beliau mengatakan, “Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau tidak menunaikan puasa pada hari Arofah. Aku pun pernah berhaji bersama Abu Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu. Begitu pula dengan ‘Utsman, beliau tidak berpuasa ketika itu. Aku pun tidak mengerjakan puasa Arofah ketika itu. Aku pun tidak memerintahkan orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak melarang jika ada yang melakukannya.”[20]
Dari sini, yang lebih utama bagi orang yang sedang berhaji adalah tidak berpuasa ketika hari Arofah di Arofah dalam rangka meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafa’ur Rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman), juga agar lebih menguatkan diri dalam berdo’a dan berdzikir ketika wukuf di Arofah. Inilah pendapat mayoritas ulama.[21]
Puasa Hari Tarwiyah (8 Dzulhijah)
Ada riwayat yang menyebutkan, “Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.” Ibnul Jauzi[22], Asy Syaukani[23], dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah).[24]
Oleh karena itu, tidak perlu berniat khusus untuk berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah karena hadisnya dha’if (lemah). Namun jika berpuasa karena mengamalkan keumuman hadits shahih yang menjelaskan keutamaan berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, maka itu diperbolehkan. Wallahu a’lam.
Jika Tanggal 9 Dzulhijah di Saudi Arabia Berbeda dengan Indonesia
Jika wukuf di Arofah lebih dulu dari tanggal 9 Dzulhijah di Indonesia, manakah yang harus diikuti dalam berpuasa Arofah?
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin mengatakan, “Dalam puasa hari Arofah, engkau tetap mengikuti negerimu.”[25] Alasan beliau adalah kita tetap mengikuti hilal di negeri ini bukan mengikuti hilal Saudi Arabia. Jika kemunculan hilal Dzulhijjah di negara kita selang satu hari setelah ru’yah di Mekkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Mekkah itu baru tanggal 8 Dzulhijjah di negara kita, maka kita seharusnya kita berpuasa Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah meski hari tersebut bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah di Mekkah. Inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal Ramadhan hendaklah kalian berpuasa dan jika kalian melihat hilal Syawal hendaknya kalian berhari raya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah memudahkan kita beramal sholih dengan ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Nabi-Nya.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
[1] HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.
[2] HR. Abu Daud no. 1765. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[3] Latho-if Al Ma’arif, hal. 456.
[4] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 457 dan 461.
[5] Idem
[6] Latho-if Al Ma’arif, hal. 458.
[7] Lihat Tajridul Ittiba’, Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhailiy, hal. 116, 119-121, Dar Al Imam Ahmad.
[8] Yang jadi patokan di sini adalah bulan Hijriyah, bukan bulan Masehi.
[9] HR. Abu Daud no. 2437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[10] HR. Muslim no. 1176, dari ‘Aisyah
[11] Latho-if Al Ma’arif, hal. 459-460.
[12] Lihat Fathul Bari, 3/390 dan Latho-if Al Ma’arif, hal. 460.
[13] HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah.
[14] HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[15] Lihat Tuhfatul Ahwadziy, Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri Abul ‘Ala, 8/482, Mawqi’ Al Islam.
[16] HR. Muslim no. 1162, dari Abu Qotadah.
[17] Lihat Fathul Bari, 6/286.
[18] Lihat Syarh Muslim, An Nawawi, 4/179, Mawqi’ Al Islam.
[19] HR. Tirmidzi no. 750. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
[20] HR. Tirmidzi no. 751. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[21] Lihat Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik, 2/137, Al Maktabah At Taufiqiyah.
[22] Lihat Al Mawdhu’at, 2/565, dinukil dari http://dorar. net
[23] Lihat Al Fawa-id Al Majmu’ah, hal. 96, dinukil dari http://dorar. net
[24] Lihat Irwa’ul Gholil no. 956.
[25] Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17/25,Asy Syamilah.
Sumber artikel: http://pengusahamus lim.com/fatwa- perdagangan/ nasehat-al- quran-dan- as-sunnah/ 735-amalan- di-awal-dzulhija h-dan-puasa- arofah.html
Selengkapnya...
Idul Kurban di Tengah Kelaparan Dunia
Idul Kurban di Tengah Kelaparan Dunia
M. Bambang Pranowo GURU BESAR UIN CIPUTAT
Pada 1974, Henry Kissinger, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat saat
itu, dalam Konferensi Pangan Dunia pertama di Roma menyatakan bahwa
dalam 10 tahun mendatang tidak akan ada lagi anak pergi ke tempat
tidur dengan perut yang lapar. Pada 2009, 35 tahun kemudian, dalam
konferensi dengan tema yang sama di Roma, Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengumumkan bahwa 1 miliar manusia kini pergi ke tempat tidur dengan
perut yang lapar.
Gambaran ini menunjukkan bahwa dunia telah gagal mengatasi krisis
pangan.
Ke depan, menurut ramalan The Economist (edisi 21 November 2009),
krisis pangan itu akan makin parah. Mulai saat ini hingga 2050, tulis
The Economist, jumlah penduduk akan naik 33,33 persen atau
sepertiganya dibanding sekarang. Namun, kebutuhan pangan akan naik 70
persen dan kebutuhan daging naik 100 persen.
Prediksi ini, The Economist melanjutkan, berdasarkan penilaian positif
dari naiknya tingkat ekonomi negara-negara berkembang yang berakibat
pada naiknya konsumsi karbohidrat dan protein penduduknya. Kondisi ini
jelas akan sangat mengkhawatirkan karena, pada 2050, luas tanah-tanah
pertanian dan peternakan makin berkurang dan pengaruh global warming,
yang menghancurkan pertanian dan peternakan, makin signifikan.
Kita masih ingat, pada 2007 dan 2008, dunia dilanda krisis pangan.
Harga gandum, beras, dan jagung naik luar biasa. Di Pakistan,
misalnya, orang antre makanan di dapur-dapur umum. Thailand, negeri
pengekspor beras terbesar di dunia, saat itu memutuskan tidak
mengekspor beras lagi. Di Eropa Timur, banyak orang kelaparan karena
harga gandum naik tinggi sekali. Di Afrika, ratusan ribu--bahkan
jutaan orang--mati karena kelaparan.
Ini sebuah pemandangan menyedihkan pada 2007 dan 2008. Meski pada 2009
pemandangan antre makanan itu hilang dari layar kaca dan surat kabar,
sesungguhnya krisis pangan masih terjadi. Saat ini di Asia dan Afrika,
seperti dilaporkan PBB, ratusan ribu bahkan jutaan manusia masih
dilanda kelaparan.
Tapi benarkah dunia dilanda kelaparan?
Menurut Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian dari Bangladesh, saat
ini planet bumi sebetulnya masih mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
penduduknya. Persoalannya, motivasi ekonomi dan kekuasaan negara-
negara tertentulah yang menyebabkan distribusi makanan berlangsung
tidak adil. Negara-negara kaya, seperti Amerika dan Eropa Barat,
misalnya, lebih suka membuang gandum dan kentangnya ke tengah laut
jika harga barangbarang tersebut anjlok di pasar internasional. Mereka
lebih mendahulukan stabilitas harga yang sesuai dengan yang
diinginkannya (agar tidak rugi secara ekonomi) ketimbang membantu
masyarakat miskin yang lapar di negara-negara berkembang.
Benar apa yang dikatakan Mahatma Gandhi bahwa bumi bisa memenuhi
kebutuhan makan manusia, tapi tidak bisa memenuhi keserakahan manusia.
Dan keserakahan inilah yang membuat miliaran penduduk bumi kelaparan.
Sebagai gambaran, betapa ironisnya fenomena ini ketika miliaran
manusia di Asia dan Afrika pergi ke tempat tidur dalam kondisi lapar.
Di bagian dunia lain, seperti di Amerika dan Eropa Barat, banyak
sekali penduduk yang membuang-buang makanan. Edward, seorang
profesional kelas menengah di Texas, misalnya, seperti ditayangkan
dalam Oprah Winfrey Show di Metro TV beberapa waktu lalu, mencoba
memungut benda-benda dari tempat sampah orang-orang kaya di Amerika.
Ternyata lebih dari sepertiga sampah mereka masih bernilai ekonomi.
Bukan hanya sampah barang-barang elektronik yang masih bisa dipakai,
kata Edward, tapi juga makanan dan minuman dalam kaleng yang mereka
buang pun masih layak untuk di konsumsi.
Gaya hidup "bermewah-mewahan" manusia inilah yang menjadikan orang
lain kelaparan dan bumi makin rusak. Gaya hidup seperti itu harus
dilawan dengan gaya hidup sederhana yang hanya mencukupkan konsumsi
diri sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh. Di Amerika Serikat,
misalnya, kini muncul sekelompok manusia yang menganut faham
freeganism, sebagai antitesis dari gaya hidup hedonisme yang bermewah-
mewahan tersebut. Dalam situs Oprah Winfrey disebutkan, "Freegans are
people who employ alternative strategies for living based on limited
participation in the conventional economy and minimal consumption of
resources. Freegans embrace community, generosity, social concern,
freedom, cooperation, and sharing in opposition to a society based on
materialism, moral apathy, competition, conformity, and greed."
Jika menelaah bagaimana seorang freegan hidup seperti definisi di
atas, barangkali kelompok ini bisa diidentikkan dengan gerakan tasawuf
modern. Sementara gerakan tasawuf di dunia Islam, misalnya, muncul
sebagai reaksi atas keserakahan dan gaya hidup hedonisme para elite
politik dan ekonomi zaman kekhalifahan Umayyah, gerakan freeganism
muncul sebagai antitesis dari gaya hidup bermewahmewahan kelas
menengah dan atas di Amerika sana. Misi kaum sufi dan freegan dalam
beberapa hal mungkin bersinggungan: menghindari materialisme,
mengembangkan kasih sayang, dan melawan keserakahan.
Di tengah miliaran manusia yang kelaparan akibat keserakahan manusia
di bagian dunia yang lain itu, nilai "pengorbanan" seperti dicontohkan
Ibrahim menjadi sangat kontekstual. Allah memberikan contoh kemuliaan
hati Ibrahim ketika bersedia "mengorbankan putra tercintanya" sebagai
tanda keimanan terhadap-Nya. Jika kita bisa membayangkan betapa
Ibrahim mau mengorbankan "Ismail", yang paling dicintanya, untuk
Allah, kita pun bisa bertanya kepada diri kita: apa yang bisa kita
korbankan untuk Allah? Benar, saat itu Allah mengganti Ismail dengan
seekor kambing, tapi lihatlah ketulusan hati Ibrahim dalam mengikuti
perintah Tuhannya tersebut.
Bagi Ibrahim, Ismail jelas lebih berharga dibanding apa pun. Berapa
pun harta yang dimiliki Ibrahim, tidak ada nilainya dibanding Ismail.
Dan itulah yang dikorbankan Ibrahim. Sekarang bagaimana dengan
pengorbanan kita untuk membuktikan keimanan kita kepada Allah?
Dari perspektif inilah umat Islam seharusnya tidak terjebak pada
simbolisme kurban dengan kambing, unta, atau sapi.
Tapi, jauh lebih dari itu, simbolisme tersebut harus diwujudkan dalam
pengorbanan yang lebih besar dari sekadar memotong kambing dan sapi.
Di tengah miliaran manusia yang kelaparan, umat Islam dituntut untuk
berkorban lebih jauh lagi: berupaya memberikan makanan dan instrumen
mencari makanan (pendidikan, keahlian, dan lain-lain) untuk mereka
yang lapar dan kekurangan dengan berbagai cara yang bisa dilakukannya.
Setiap orang, dengan kemampuan, keahlian, dan profesinya, punya cara
untuk berkorban demi mengatasi kelaparan yang menimpa miliaran manusia
tersebut. Menanam satu pohon pun, bagi orang yang tak bisa berbuat
lain kecuali itu, merupakan upaya pengorbanan untuk mengatasi
kelaparan tersebut.
Akhirnya alangkah baiknya jika kita kembali mengenang hadis Qudsi ini.
"Wahai manusia, kenapa engkau tak memberiKu makanan ketika Aku lapar?"
kata Allah. "Bukankah Engkau tidak pernah lapar ya Allah?" Rasulullah
bertanya. "Benar, Rasul-Ku. Aku tidak pernah lapar. Tapi Aku menyatu
bersama mereka. Mulutnya adalah mulut-Ku. Laparnya adalah lapar-Ku!"
G
http://epaper. korantempo. com/KT/KT/ 2009/11/25/ ArticleHtmls/ 25_11_2009_ 011_002.shtml? Mode=1
Selengkapnya...
Sebagai Manusia Biasa, Anda Bisa Luar Biasa!
Satu hari lagi telah Bowo lalui dengan hiruk-pikuk dan riuh-rendahnya kota besar. Anak dan istrinya sudah berada di alam mimpi sejak sejam tadi. Bowo merebahkan diri di ranjang. Ia membenarkan posisi berbaringnya dan mulai menarik selimut. Bowo mulai berdoa dan mulai memejamkan mata. Lalu, mulailah berseliweran lintasan demi lintasan itu di kepala Bowo...
"Tadi siang itu, mestinya saya katakan tidak pada Mr. Cheng, tapi mengapa juga ya kok saya sampai mengatakan ya..?"
"Duh Gusti, sepertinya perintah saya kepada Alex tadi siang salah. Apa ya dampaknya pada timnya?"
"Walaah! Kok bisa-bisanya saya tadi hanya bisa diam diperlakukan seperti itu?!"
Apa yang terjadi pada Bowo di atas, sangat mungkin juga terjadi pada diri kita. Sejalan dengan berlalunya waktu, kita menyadari telah terjadi berbagai hal yang tidak sebagaimana yang kita harapkan. Kejernihan pikiran dan perasaan, kemampuan dan kekuatan maksimal atau peak performance, justru muncul di saat yang tidak tepat. Malah, di saat yang sudah terlambat.
Fenomena di atas sebenarnya terbilang normal. Namun demikian, apa jadinya jika fenomena itu menjadi makin sering dan makin mengganggu diri kita?
Fenomena ini dikenal dengan sebutan l'esprit de l'escalier, ataustaircase wit, atau treppenwitz, atau dalam bahasa Indonesia"kecerdasan yang terlambat".
Fenomena ini muncul karena ada kesenjangan antara pengetahuandan keterampilan, antara knowledge dan skill. Bukan karena kurangnya knowledge tapi karena kurangnya skill.
Dari kasus Bowo di atas, apa yang terjadi pada dirinya adalah sebagai berikut:
1. Bowo sebenarnya tahu, tapi ia gagal mengoptimalkan pengetahuannya pada saat dibutuhkan.
2. Sebagaimana manusia normal lainnya, Bowo baru memanfaatkansebagian kecil dari potensi yang ada pada dirinya.
3. Dalam empat tingkatan ilmu yaitu a)tidak tahu kalau tidak tahu, b)tahu kalau tidak tahu, c)tahu kalau tahu, d)tidak tahu kalau tahu, Bowo sebenarnya sudah berada di tingkat d. Itu artinya, Bowo sudah sangat dekat dengan puncak performanya. Apa yang belum dicapainya adalah sebuah kesadaran.
KNOWLEDGE IS POWER
Kata-kata itu diungkapkan oleh penggagas pendidikan modern, Sir Francis Bacon. Apa yang dikatakannya adalah benar, yaitu"pengetahuan adalah kekuatan". Belakangan, frase ini dikritisi oleh banyak orang dan mulai digantikan dengan "tindakan adalah kekuatan".
Apa yang dimaksud oleh Sir Francis Bacon dengan "knowledge is power", adalah kekuatan maksimal dari pengetahuan, yang bisa dicapai dengan memenuhi syarat, yaitu memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menggunakan pengetahuan.
Sesungguhnyalah, setiap tindakan pasti didasari oleh pengetahuan, sebab setiap tindakan didasari oleh keputusan. Dan keputusan adalahpilihan dari pengetahuan- pengetahuan tentang alternatif-alternat if.
MANUSIA NORMAL BARU MEMANFAATKAN 10% POTENSI DIRI
Berbagai riset dan studi menunjukkan bahwa rata-rata orang baru menggunakan 10% dari potensi maksimal yang ada dalam dirinya. Dan terbukti, berbagai kendala dan hambatan pada diri rata-rata orang, tidak disebabkan karena kurangnya pengetahuan, melainkan tidak tahu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pengetahuan.
Pengetahuan erat hubungannya dengan makna-makna. Dan makna, erat hubungannya dengan kata-kata dan bahasa. Segala sesuatu dimaknai dengan bahasa dan kata-kata.
Dalam bahasa Inggris, ditemukan tidak kurang dari 250.000 kata. Rata-rata orang yang menggunakan bahasa Inggris, hanya terbiasa menggunakan sekitar 30.000 hingga 50.000 di dalam kehidupannya. Dalam bahasa tertulis, mereka hanya terbiasa menggunakan sekitar 10.000 kata dan dalam bahasa lisan mereka hanya terbiasa menggunakan 2.000 sampai 3.000 kata saja.
Dalam bahasa Indonesia, ditemukan tidak kurang dari 100.000 kata. Pada awlanya, bahasa Indonesia hanya terdiri dari 28.000 kata, kemudian berkembang menjadi 62.000 kata pada tahun 1987, dan menjadi 72.000 kata pada tahun 1992, dan menjadi 80.000 kata pada tahun 2002, dan menjadi sekitar 100.000 kata di masa sekarang.
Dengan perkembangan kosa kata yang demikian pesat, berapa kata yang Anda gunakan setiap hari?
Maka sekali lagi: Tindakan dilatarbelakangi oleh keputusan, dan keputusan dilatabelakangi oleh pilihan, dan pilihan dilatarbelakangi olehpengetahuan, dan pengetahuan dibangun dengan makna-makna, dan makna-makna, diorganisir dengan bahasa dan kata-kata. Knowledge is power.
PERFORMA BISA DIDONGKRAK BERKALI LIPAT TANPAMENAMBAH PENGETAHUAN
Sebab yang lebih sering terjadi, adalah bukan kurang pengetahuanmelainkan kurang keterampilan. Kurang terampil dalam mengeksekusi dan memanfaatkan pengetahuan. Dan tentu saja, seperti yang Anda pikirkan, performa bisa didongkrak menjadi makin dahsyat jika dibarengi dengan menambah pengetahuan dan keterampilan sekaligus.
Sekarang kita berfokus saja pada potensi yang ada pada diri Anda saat ini.
Pengetahuan Anda bisa dipastikan telah sangat luas dan dalam, sebab Anda sudah sekolah dan belajar baik secara formal maupun informal selama Anda hidup. Pengetahuan itu sudah terhimpun demikian banyak di dalam diri Anda. Ketahuilah satu hal, kendala Anda lebih banyak disebabkan oleh kurangnya keterampilan dan bukan oleh kurangnya pengetahuan.
Bagaimanakah caranya kita bisa mendongkrak performa tanpa langsung menambah pengetahuan? Bagaimanakah caranya mendongkrak performa sekian kali lipat hanya dengan apa pun yang Anda miliki sekarang?
Untuk mengasah keterampilan ini, apa yang kita perlukan adalah menyelami berbagai hal yang menjadi sebab dari kurang terampilnya kita dalam mengeksekusi dan memanfaatkan pengetahuan. Dengan memahami berbagai sebab ini, kita akan memiliki gambaran tentang apa yang perlu kita lakukan mulai sekarang, untuk meningkatkan performa.
Berikut ini adalah sebab-sebab dari rendahnya performa, terkait dengan kurangnya keterampilan - padahal memiliki pengetahuan. Saya ambil dari materinya Ken Ward seorang Mind Techniques expert.
Sebab #1 - Terlalu Tegang atau Terlalu Santai
Terlalu tegang karena khawatir, takut, menghadapi sesuatu dengan tiba-tiba, atau berada dalam sebuah keterpaksaan, akan membuat Anda kehilangan keterampilan. Dampaknya tentu saja, penurunan performa.
Misalnya, jika Anda telah menguasai materi untuk presentasi, tapi kemudian Anda menyadari bahwa dalam audience Anda ada orang-orang yang "menakutkan". Anda bisa kehilangan kata-kata.
(Namun demikian, akan tetap ada event dan situasi, di mana ketegangan justru diperlukan untuk meningkatkan performa, misalnya dalam olah raga.)
Terlalu santai, mengantuk misalnya, juga bisa menurunkan performa karena kehilangan keterampilan. Penurunan performa juga bisa terjadi saat Anda berada di bawah pengaruh obat atau minuman.
Sebab #2 - Terdistraksi atau Tidak Fokus
Saat perhatian Anda terpecah, performa Anda akan turun. Distraksi seperti ini bisa terjadi secara internal atau karena pengaruh dari luar. Anda bisa terdistraksi jika pikiran Anda berfokus pada hal lain selain yang mestinya Anda kerjakan. Anda juga bisa terdistraksi karena suasana dan situasi yang tidak mendukung, misalnya terlalu ribut, hiruk-pikuk, atau suasana sedang kacau-balau. Distraksi juga bisa muncul karena pikiran-pikiran negatif Anda.
Sebab #3 - Terpengaruh Kritik
Kritik, baik oleh diri sendiri atau oleh orang lain, bisa sangat berpengaruh pada performa Anda.
Sebab #4 - Kurang Percaya Diri Atau Terlalu Percaya Diri
Kurang percaya diri, bisa sangat buruk pengaruhnya pada performa. Bahkan, kurang percaya diri bisa membuat performa Anda bernilai nol. Sebab, sampai tingkat tertentu, kurang percaya diri bahkan membuat Anda tidak melakukan apa-apa.
Terlalu percaya diri juga bisa berdampak menurunkan performa. Bahaya terlalu percaya diri bukan ada pada bagaimana Anda melakukan apa yang mestinya Anda lakukan, melainkan ada pada kemungkinan di mana Anda akan melakukan apa yang mestinya tidak Anda lakukan. Anda bisa menyimpang dari misi awal Anda. Gawatnya, saat Anda menyimpang itu, Anda justru memasuki wilayah di mana pengetahuan Anda justru kurang.
Sebab #5 - Self Handicap
Self handicap berasal dari berbagai kesimpulan negatif yang Anda tarik setelah melakukan berbagai tindakan.
"Ah, sepertinya saya tidak cocok di situ."
"Ah, kayaknya gue nggak bakat."
"Dah gue coba, tapi kok jelek kayaknya."
Anda masuk ke siklus buruk ini sekali lagi. Anda malah memperkuatnya. Padahal Anda bukan tidak bisa, Anda cuma perlu stamina untuk berlatih menaikkan keterampilan.
Sebab #6 Kurang Latihan
Ya. Anda tahu persis harus bagaimana, tapi sebagai keterampilan, letaknya baru di leher ke atas. Kata orang, belum holistik.
Saya selalu yakin, bahwa kita adalah manusia normal dan biasa. Tapi untuk menaikkan performa, Anda harus menjadi manusia luar biasa. Dan untuk mencapai performa yang lebih baik berkali lipat, investasi awal Anda adalah menjadi terampil dalam menggunakan pengetahuan. Anda bisa mencapainya, dengan hanya tetap menjadi Anda yang sekarang.
Jangan mau jadi manusia biasa. Jadilah luar biasa!!!
Semoga bermanfaat.
Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://www.motivasi -komunikasi- leadership. co.cc
http://www.facebook .com/motivasi
Selengkapnya...
Selasa, 20 April 2010
Karakter adalah Keberhasilan anda
Assalamu’aliakum wr.wb
Shahabat yang baik…
Bagaimana kabar anda hari ini? Mudah-mudahan limpahan Cinta dan Kasih Sayang Allah selalu bersama kita, sebagaimana manifestasi kibaran-kibaran Cinta dan Kasih Sayang yang kita bentangkan.
Dua hari yang lalu, saya ada janji bertemu dengan seorang Shahabat belajar, saat ikut kelas NLP Course bareng. Jam 2 kami janjian di dekat Pom bensin Jalan Baru. Jam 14.05 saya tiba disana. Beliau saat itu masih sedang ada tamu lain. Jadi saya tunggu meetingnya selesai terlebih dahulu.
Kabetulan, dulu saya pernah mampir ketempat kerja nya. Jadi dikenalkan juga dengan team kerja beliau. Sehingga sambil menunggu, saya bisa ngobrol bersama teamnya. Ternyata mereka disini sedang melakukan rekrutmen karyawan baru. So, kesempatan bagi saya untuk mendalami ilmu rekrutmen.
Sementara itu, mungkin anda masih ingat tulisan saya sebelumnya (Memahami pola pikir atasan) ? Nah, obrolan sayapun mendekati hal itu juga lah. Apalagi saat kami sedang sharing, tiba-tiba datang kandidat baru, meaplly lamarannya. Surat lamaran nya berbeda dengan yang lain, kertas yang digunakan bukan seperti lazimnya ; kuarto A4, dan CV nya pun diprint dengan tinta warna.
Model seperti ini ternyata menarik hati team shahabat saya. Dia langsung memberi tanda bintang pada absensi kandidat. Terus dia bilang ”Patut dipertimbangkan, ada niat, dia sudah mengeluarkan modal”.(Bagi anda sedang melamar kerja barangkali ini perlu anda perhatikan).
Beberapa saat kemudian, shahabat saya menghampiri dan mengajak ngobrol ditempat lain. Menariknya, pembicaraan berlanjut tentang dunia profesional ditempat kerja. Beliau banyak sharing tentang pengalaman hidupnya berkarir hingga bisa seperti sekarang.
Nah, Tema artikel ini saya pilih ”Karakter adalah Keberhasilan Anda”. Ternyata, keberhasilan seseorang ditentukan dari karakter yang dimliki oleh orang tersebut. Bahkan, karakter mendominasi kesukesan seseorang dibandingkan dengan IQ yang dia punya.
Shahabat saya cerita, beliau baru saja mempromosikan salah seorang salesnya menjadi Supervisor. Kandidat ini, dari segi kepintaran (Ditinjau IP) tidak terlalu berprestasi dan pintar-pintar amat. Tetapi ada hal lain membuat nya prestasi ditempat kerja. Dia mempunyai semangat dan kegigihan yang pantang menyerah. Keinginan belajar apa yang belum diketahui pun sangat tinggi.
Aspek lain juga. Setiap kali menerima intensive, dia selalu menyisihkan untuk biaya iklan jualan nya. Seperti membuat spanduk dengan mencantumkan no kontak pribadinya. Biaya pembuatan iklan ini, tidak pernah diminta ganti kepada perusahaan. Lanjut cerita Shahabat saya. Sehingga hal ini juga yang menyebabkan, mengapa dia selalu mendapat Closing sale terbanyak dibadingkan yang lain.
Waktupun menunjukkan jam 16.15 wib, sayapun pamitan pulang. Karena beliaupun mau lanjut meeting hasil interview hari ini dengan temannya.
Shahabat...
Menjadi renungan bagi diri, saya tidak tau dengan anda? Sudahkah kita memiliki Karakter yang tepat demi kesuksesan karir sedang kita jalani sekarang ?
Bogor 30 November 2009
Rahmadsyah,CM. NLP
Trainer & Mind-Therapist I 081511448147 I YM ; rahmad_aceh
www.rahmadsyahnlp. blogspot. com I www.facebook. com/rahmadsyah
Selengkapnya...
Puasa, Cintaku
Rasulullah saw bersabda “ bahwa Allah telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan dan Allah telah menjadikan qiyam, yaitu sholat tarawih sebagai sunnah. Juga dapat diketahui bahwa sholat tarawih telah diperintahkan langsung oleh Allah swt. Adapun riwayat- riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah saw menisbatkan sunnah tarawih pada dirinya, maksudnya sebagai pengguat perintah Allah swt tadi, sehingga para imam madzhab sepakat bahwa sholat tarawih adalah sunnah. Dan tertulis dalam Al- Burhan, bahwa tidak seorangpun diantara kaum muslimin yang menolak kesepakatan itu kecuali kaum Rawafidh ( Syi’ah ). Dan Syaikh Maulana Syah Abdul haq Muhaddits Dehlawi rah.a. dalam kitab Ma Tsabata bis- sunnah telah menulis dari beberapa kitab fiqih bahwa jika suatu masyarakat kota meninggalkan sholat tarawih, maka pemerintahnya harus memerangi mereka.
Ada suatu hal penting yang perlu diperhatikan, bahwa pada umumnya orang- orang berpendapat bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan Al- Qur’an di Mesjid selama delapan atau sepuluh hari, itu telah mencukupi lalu amalan tersebut dapat ditinggalkan. Masalah ini perlu diteliti kembali, sebab sebenarnya ada dua sunnah yang berbeda dalam hal ini :
(1) Mendengar atau membaca seluruh Al- Qur’an didalam sholat tarawih adalah ketetapan sunnah.
(2) Sholat tarawih pada setiap Ramadhan adalah sunnah.
Dengan demiakian jelaslah bahwa apabila mereka mendengarkan hafalan Al- Qur’an hanya beberapa hari kemudian mereka meninggalkannya berarti mereka menggamalkan satu sunnah dan meninggalkan yang lainnya.
Bagi orang yang sedang berpergian atau keadaannya sulit untuk untuk menunaikan sholat Tarawih disuatu tempat, maka lebih baik ia mendengarkan Al- Qur’an beberapa hari pada awal Ramadhan, sehingga tidak mengurangi bacaan Al- qur’annya. Jika ada kesempatan melaksanakan sholat Tarawih diman saja, hendaknya ia melaksanakannya, sehingga (menghafal ) Al- Qur’an dapat terlaksana,dan pekerjaan kitapun tidak terbengkalai.
Setelah rasulullah saw menjelaskan mengenai puasa dan Tarawih, beliau menganjurkan agar menunaikan ibadah fardhu dan sunnah- sunnah lainnya. Pahala mengamalkan satu sunnah pada bulan Ramadhan sama dengan pahala beramal wajib diluar Ramadhan. Dan pahala menunaikan satu amalan wajib pada bulan Ramadhan sama dengan pahala menunaikan tujuh puluh amalan wajib diluar bulan Ramadhan. Berkenaan dengan hal ini, kita hendaklah memikirkan keadaan ibadah kita. Dalam bulan keberkahan ini hendaklah kita berpikir, sejauh manakah perhatian kita dalam menyempurnakan kewajiban dan menambah amalan sunnah. Perhatian kita terhadap amaln fardhu pada saat ini hendaklah demikian. Kebanyakan diantara kita meneruskan tidur setelah sahur, sehingga mengqadha sholat Shubuh, setidak –tidaknya tertinggal sholat berjamaah. Seolah- olah inilah syukur kita, ibadah wajib yang sangat perlu dioerhatiakan malah kita Qadha’ atau paling tidak kita menguranginya. Padahal, para ahli ushul berpendapat bahwa shalat tanpa berjamaah adalah suatu kekurangan, bahkan Nabi saw bersabda bahwa seolah-olah tidak sah shalat mereka yang tinggal disekitar masjid, kecuali dimasjid. Tertulis di dalam mazhahiril-Haq bahwa barang siapa shalat tanpa berjamaah tanpa udzur,maka kewajiban shalatnya sudah terpenuhi,namun pahala shalatnya tidak ia dapatkan. Demikian juga shalat magrib ,biasanya ketika itu orang sedang sibuk berbuka puasa, sehingga tidak perlu dibicarakan lagi tentang orang-orang yang tertinggal rakaat pertama atau takbir pertama. Mengenai shalat Isya, karena beranggapan untuk mengganti kebaikan-kebaikan pada shalat Tarawih, banyak yang sholat Isya sebelum waktunya.
Demikianlah amalan kita pada bulan Ramadhan, karena ingin menunaikan satu amaln wajib, tiga amlan wajib lainnya dilalaikan. Inilah yang paling sering terjadi. Sedangkan shalat Zhuhur, karena tidur sebelum Zhuhur ( qailulah ), kita tertinggal shalat berjamaah Zhuhur. Begitu juga dengan shalat Ashar. Karena sibuk mempersiapkan makanan ifthar, maka tertinggallah shalat berjamaah Ashar.
Inilah yang semestinya kita pikirkan, sejauh manakah kita menunaikan kewajiban-kewajiban pada bulan Ramadhan yang penuh berkah. Jika yang wajib saja sulit untuk diamalkan ,bagaiman dapat mengamalkan yang sunnah? Shalat Isyraq dan Dhuha pada bulan Ramadhan sering kita tinggalkan karena tidur. Apalagi shalat Awwabin,karena sibuk berbuka dan khawatir dengan shalat tarawih yang panjang, akhirnya shalat Awwabin ditinggalkan, dan waktu shalat tahajjud kita juga habis karena digunakan untuk sahur. Apabila demikian kapankah ada kesempatan untuk melakukan shalat sunnah. Semua ini terjadi karena orang-orang tidak memperhatikan atau tidak ingin mengamalkannya.
Sebuah syair berbunyi:
Jika tidak ada kemauan,beribu- ribu alasan dapat engkau kemukakan.
Selengkapnya...