Orang-orang yang mendustakan dan menyombongkan dirinya di hadapan ayat-ayat Allah tidak mungkin bisa masuk ke surganya Allah SWT. Ketidakmungkinan itu dinyatakan Allah SWT dengan ungkapan, “…hingga unta bisa masuk ke lubang jarum”. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit (ampunan) dan mereka tidak (pula) masuk surga, hingga unta mauk ke lobang jarum. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat kejahatan.” (Qs. al-A’raaf [7]:40).
Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa, orang-orang yang mendustakan dan menyombongkan diri di hadapan ayat-ayat Allah SWT, akan menjadi penghuni neraka dan kekal di dalamnya. Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. al-A’raaf [7]: 36).
Pada hakekatnya, orang yang menolak aturan-aturan Allah dan menggantinya dengan hukum-hukum positif buatan barat adalah orang yang mendustakan dan menyombongkan dirinya di hadapan ayat-ayat Allah. Orang-orang semacam ini tidak mungkin bisa masuk surganya Allah, sebagaimana tidak mungkinnya unta masuk ke lubang jarum.
Akan tetapi, hukum yang sudah sangat jelas ini sering dikesampingkan oleh sebagian kaum muslim. Diantara mereka —terutama para penguasa muslim— mempropagandakan paham sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Terhadap hukum-hukum publik Islam mereka menyatakan: “Hukum ini telah ketinggalan jaman dan tidak layak diterapkan untuk peradaban modern.” Bahkan tidak sedikit diantara mereka menyatakan bahwa syari’at Islam tidak perlu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan negara, dan ungkapan-ungkapan yang lainnya.
Padahal, ungkapan-ungkapan semacam ini merupakan bentuk pendustaan dan kesombongan terhadap hukum-hukum Allah SWT. Bukankah hukum Allah SWT yang paling baik? Atas dasar apa ia merendahkan hukum Allah SWT? Allah SWT berfirman artinya:
“Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin.” (Qs. al-Maa’idah [5]: 50).
Hukum Allah adalah hukum terbaik. Tidak ada satupun hukum yang bisa melebihi hukum Allah. Lalu, apa pantas kita membuat dan memproduk hukum menurut hawa nafsu dan akal kita, dan mengesampingkan hukum terbaik (hukum Allah). Ironisnya lagi, sebagian besar manusia masih saja berani menyatakan bahwa hukum dan peradaban mereka adalah terbaik dan adiluhung, sedangkan hukum Allah adalah hukum usang dan ketinggalan zaman. Sungguh, ini adalah kesombongan dan pendustaan yang sangat nyata. Wajar saja, bila Allah SWT mengganjar mereka siksa yang sangat pedih, dan akan dimasukkan ke nerakaNya selama-lamanya.
Sumber
WWW.hayatulislam.net
Rabu, 14 April 2010
Akibat Mendustakan Ayat-Ayat Allah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar