Selasa, 13 April 2010

Qum fa andzir

Qum Fa Andzir!



Bangkit dan beri peringatan

Bunuh dan campakan kecemasan

Bunuh dan singkirkan kemalasan

Tumpas dan kuburkan kepalsuan

Sekarang saatnya engkau tengadah menghadapi badai kehidupan. Walau hari-hari diharu huru-hara, diburu bara-bara biru atau dijarah fitnah paling nanah. Tetaplah mandiri walau didera deru desing peluru didebu bau mesium. Karena engkau bukan tiang keropos, tetapi baja yang memancangkan bangunan tinggi menjulang.

Tempatmu bukan di masa lalu. Mereda mimpi apologia memuja karya yang bukan dari keringatmu sendiri, karena engkau adalah putra masa depan. Bukan pula tumpukan kardus yang mendebu abu, tetapi engkau adalah birunya api. Panasnya panas yang menggelaparkan segala kemunafikan angkara murka. Tancapkan kaki, tapaki bumi, gantungkan cita-citamu di bintang suroya.

Bagaikan nahkoda berdiri di anjungan. Tiada tangisan kecuali senyuman merekah saat biduk digila badai. Semakin menggila prahara semakin menggula cinta. Hampasan ombak memerah darah. Angin lautan menderu-deru dengdangkan harapan. Matanya tak berkedip menatap waspada tajamnya batu-batu karang siap menghadang. Ketika biduk diterkam gelap gulita. Ketika raga meragu awak kapal bimbang terguncang. Sang nahkoda tetap berdiri di anjungan, nuraninya berbisik, cukuplah bagiku bintang-bintang penuntun pasti, kemanakah biduk mesti mengarah. Tak perlu gelisah mentari tenggelam. Bukankah di gelapnya malam, begitu banyak bintang-bintang gemerlapan?

Qum fa andzir!

Kini saatnya bagimu membakar hanguskan rasa cemas. Menebar benih para mujahid paling elegan. Dengan pedang kelewang berkilat cinta maka sampah dan campakan segala dendam kesumat para pialang. Sambil menyibak masa depan, bergurulah pada sejarah, bercerminlah dari orang-orang yang unggul. Mandikan seluruh tubuh dengan keringatmu. Getarkan jiwamu dengan hikmah para arifin. Reguklah kehidupan dan simpulkan!

Hidup adalah rangkain keputusan, hidup adalah kumpulan catatan yang membutuhkan kesimpulan kemudian tindakan. Engkau terlahir bukan sebagai pecundang, kemudian bersera diri dan menunggu keputusan orang. Tancapkan tekad dan pikiranmu yang paling tajam untuk berani memutuskan kehendak sendiri. Engkau bukanlah bayangan-bayangan yang dibentuk cahaya. Engkau cahaya benderang, harapan jiwa dikegelapan.

Qum fa andzir!

Bangkit dan guncanghkan. Abaikan para pendengki si juru fitnah. Lemparkan selimut kemalasan. Datangi gudang-gudang ilmu. Masuki gedung-gedung menjulang. Temukan makna hidup hilang. Pakailah jubah keberanianmu yang paling cemerlang. Karena engkau bukanlah pengemis yang merintih. Engkau cahaya matahari yang tak pilih kasih.

Jangan tergoda butiran pasir berserakan yang mebuat ombak samudra tertawa canda. Jadilah batu karang! Kukuh tangguh, menatap gagah, menyongsong gigih hampasan ombak denga tertawa. Walau kepedihan menyayat raga, tak perlu mengahamba diri pada dunia. Bagi mujahid sejati, lebih baik jadi singa sehari daripada domba seribu hari. Tidak perlu sedu sedan atau tangisan ratapan karena kehilangan dunia, tapi jadikan dunia meratap sendu dalam tangisan karena kehilangan dirimu.

Qum fa andzir wa rabbka fakabbir.

Tebarkan iman dengan cinta. Gubah dunia dengan prestai. Jadikanlah hidupmu penuh arti. Kemudian bolehlah besiap untuk mati. Basahkan bibirmu mengucap puji Illahi Rabbi, Laa Illaha Ilallah.

Dipersembahkan untuk mujahid dakwah dari generasi muda Islam yang jiwanya dibadai rindu cina Illah (Drs. H. Toto Tasmaran; Buku Menuju Muslim Kaffah)

Artikel Yang Berhubungan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar