Rabu, 14 April 2010

Mengapa Kami berdakwah?

Kadang orang –orang berfikir kenapa kami berdakwah, padahal dengan dakwah itu semua waktu, harta dan diri kita menjadi taruhannya, mungkin terlalu tidak masuk akal bila kami beralasan hanya ingin masuk syurga, padahal ada alasan yang lebih dari pada syurga, yaitu cinta.

Karena kami cinta kami berdakwah, cinta dengan Allah, Rasul dan kaum musliminlah yang membuat kami tetap bertahan dengan jalan ini, walau jalan ini terlalu berat untuk dilalui oleh orang-orang kerdil seperti kami, tapi itulah alasan kami.

Maka akan kami urai cinta itu agar kita semua bisa bekerja untuk dien ini karena cinta, agar semua tahu mengapa kami bertahan dan terus bergerak melakukan perubahan dan kadang perlawanan, dan uraian ini agar tidak ada lagi alasan untuk tidak bergerak dan berjuang sekuat tenaga menegakkan syari’at dari Sang Pencipta.

Cinta pertama yang membuat kami berdakwah adalah cinta kepada Allah, kami sangat cinta denganNya yang secara cuma-cuma telah memberikan anugerah yang terindah dalam hidup yaitu Islam, dimana dulu nenek moyang dan kami terkukung dengan kebodohan dan keterbelakangan, dan Allah berikan cahaya hidayah itu dalam hati kami untuk mengenal dienNya yang membebaskan kami dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan ke dalam jalan hidup yang penuh dengan kemuliaan.

Selain alasan itu, mungkin banyak alasan yang tidak mungkin kami jelaskan satu persatu nikmat yang telah di anugerahkan kepada kami, maka dari itu kami berdakwah mengenalkan dienNya untuk rasa syukur yang tak terperi ini.

“Dan nikmat apapun yang kalian dapatkan adalah datang dari Allah.” (An-Nahl: 53)

“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan sanggup.” (An-Nahl: 18)

Maka kami malu bila kami telah banyak diberi nikmat tidak menyambut seruanNya, dan terlalu memalukan bila di abaikan.

“Dan adapun tentang nikmat Rabbmu maka ceritakanlah.” (Adh-Dhuha: 11)

Inilah dakwah kami, menceritakan kepada semua orang, bahwa begitu nikmatnya hidup di bawah ridho Alla SWT, dan agar semua orang ikut merasakan nikmat ini, seperti sabda Rasulullah SAW.

“Barangsiapa yang diberikan kebaikan kepadanya hendaklah dia membalasnya dan jika dia tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya hendaklah dia memujinya. Karena jika dia memujinya sungguh dia telah berterima kasih dan jika dia menyembunyikannya sungguh dia telah kufur. Dan barangsiapa yang berhias dengan sesuatu yang dia tidak diberi, sama halnya dengan orang yang memakai dua ­baju kedustaan.” (HR. Abu Dawud no. 4179, At-Tirmidzi no. 1957 dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma)

Tidak ada alasan lagi kami untuk meyembunyikan nikmat ini, inilah yang membuat kami bertahan.

Cinta kedua yang membuat kami berdakwah adalah karena kami cinta dengan Rasulullah SAW yang telah membawakan kami sebuah cahaya kebenaran, yang dengan perantaranya kami menjadi manusia beradab, berakhlak dan berilmu pengetahuan.

Karena cinta adalah pembuktian, maka kami ikuti semua apa yang Rasulullah SAW inginkan yang terbaik untuk kami, agar kami kelak bersama beliau, orang yang paling kami cintai setelah cinta kami kepada Allah SWT.

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31).

Karena kami yakin dengan sabdanya tentang arti cinta itu, karena dia tidak pernah berdusta, bahkan kepada hati nuraninya sendiri.

“Engkau bersama orang yang kaucintai.” (HR Bukhari)

Inilah energi dakwah kami, Rasul dulu menyebarkan Islam karena cinta kepada umat manusia, maka kami akan teruskan langkahnya, karena cinta sejati kepada Allah adalah mengikuti apa yang telah Rasul SAW pernah lakukan dan kerjakan.

Cinta ketiga adalah cinta kami kepada kamu muslimin, cinta kepada saudara seiman yang Rasul sendiri gambarkan bagai satu tubuh, bila yang satu sakit maka yang lain ikut sakit, itulah gambaran sederhana dari sebuah cinta karena Allah, Rasul dan dien yang suci ini. Mana mungkin kami akan membiarkan saudara seiman terjerumus dalam kemungkaran, bila berdiam diri dan membiarkan semua itu terjadi, berarti cinta kepada kaum muslimin telah hilang dari masing-masing individu.

Surat Al-Ashar adalah gambaran bingkai cinta seorang muslim kepada muslim yang lainnya, saling menasehati dan mengingatkan adalah manifestasi dari kepedulian dan cinta yang suci.

Demi masa! Sesungguhnya manusia dalam kerugian,Kecuali orang-orang yang percaya,dan membuat kerja-kerja kebaikan,dan saling berwasiat pada yang benar,dan saling berwasiat untuk bersabar. (103:1-3)De

Inilah beberapa alasan kenapa kami masih berdakwah hingga saat ini, masihkah tidak tertarik dengan jalan penuh cinta ini, dan berdiam diri melihat umat Islam sedang butuh nasihat dan peringatan untuk kembali kepada kebenaran.

Dan dakwah itu bukan karena diri kita paling bertakwa dan paling pintar agama, dakwah adalah sarana untuk tetap melanggengkan cinta itu agar tetap membara dan mengabadi. Selain itu dakwah adalah media untuk mengikat ilmu agar kita tidak lupa, seperti kata pepatah “ikatlah ilmu dengan mengajarkannya”. Dakwah juga tidak harus punya seribu dalil untuk di kemukakan ke orang-orang, dakwah yang paling mudah adalah memberi keteladan yang sesuai dengan akhlak yang islami, walaupun kecil itu adalah dakwah.

Selamat bergabung dengan para pecinta!

[muslimdaily.net]

Artikel Yang Berhubungan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar