Selasa sore di hari ibu saya bersama keluarga jalan-jalan ke semarang. Sesampainya di stasiun Poncol, saya langsung bergegas menuju Mall Ciputra karena ingin bertemu dengan mas Dani putra. Namun setiba di Mall, ternyata mas Dani masih mengantri tiket "Sang Pemimpi", untuk saya dan istri. Akhirnya saya putuskan untuk shalat terlebih dahulu.
Tidak mudah menemukan mushala, karena tidak ada papan petunjuk di mall sebesar ciputra. Setelah bertanya ke sana sini, akhirnya sampai juga di mushala yang mungil di lantai empat, tepat di atas bioskop 21.
Selesai shalat dan berzikir, dan merenung, saya kemudian berfikir bahwa orang-orang yang shalat di mushala kecil ini adalah orang-orang yang terpilih oleh Allah. Mereka adalah orang-orang yang melewati ujian keimanan bertahan untuk dapat beribadah di tengah hiruk pikuknya dunia.
Betapa tidak, keberadaan mushala di lantai atas dari tangga darurat, tanpa petunjuk sama sekali kemudian dengan kondisi cuma 4 saff saja digabung antara pria dan wanita, yang mengakibatkan kesulitan untuk berjamaan didalamnya. Belum juga untuk para wanita yang berjilbab, mereka kesulitan berwudhu karena tak ada hijab untuk melepas jilbab. Alhasil para wanita yang telah sampai mushala harus turun kembali ke lantai dua mencari kamar mandi.
Saya salut dengan para pekerja yang ada di mall ini, juga di mall-mall yang ada di Indonesia. Karena nyaris hampir semua mall di Indonesia meletakkan mushala kalau tidak di basement paling tidak di lantai paling atas. Bahkan saya pernah ke Pusat Perbelanjaan Duta Merlin dimana ada Carrefour didalamnya, bahkan tidak ada mushala didalamnya. sehingga saya harus shalat di atap gedung yang kebetulan memiliki ruangan kecil antara pipa-pipa air.
Hmmm, saya tidak ingin mengomentari tentang keberadaan dan ketidakadilan mall yang seolah tidak peduli dengan masalah ibadah, bahkan saya begitu salut kepada karyawan mall, karyawan perusahaan karyawan pabrik bahkan karyawan toko dimana mereka mampu tetap bisa komitmen beribadah kepada Tuhannya. Justru kesulitan dalam menggapai tempat ibadah menjadi tantangan untuk membuktikan keimanan.
Mereka telah membuktikan bahwa mereka melwati ujian keimanan yang luar biasa. Dan juga mereka telah membuktikan rasa syukur mereka dengan beribadah. Mungkin karena itu entah mengapa saya melihat betapa mereka yang senantiasa beribadah di tengah kesibukkannya bekerja, sangat berbeda pesona wajahnya. Kedamaian dan ketenangan serta kebahagiaan lebih terpancar dari wajah-wajah mereka. Mungkin itu juga karena mereka begitu meyakini bahwa kata-kata dari mulut mereka ketika berdoa kepada Sang Pencipta mempermudah perjalanan hidup mereka. Mereka menyadari bahwa doa dalam ibadah mereka tidak saja menenangkan hati mereka semata namun juga memrogram fikiran mereka sehingga mereka tetap lurus dalam pekerjaan mereka.Sehingga karena keyakinan itu mereka tetap bersemangat untuk beribadah dan berdoa walau sulit untuk menggapai tempat beribadah.
Dibandingkan dengan mereka yang kesulitan untuk menggapai tempat ibadah, entah mengapa kita malah seringkali terlena ketika kita yang begitu dekat dan begitu mudah menggapai mushala. Kemudahan malah melenakan. Walaupun sebenarnya itu ujian juga pada dasarnya bagi kita.Lantas masihkah kita ragu untuk beribadah bersama?
semoga hidayah senantiasa bersama kita.
salam berbagi senantiasa
A.Setiawan
Keep on Smile to Face the World
Life Learner,Trainer & Motivator
Certified Master NLP &Hypnotist
021- 4029 4912 | 08888962555
YM: listant2000 || FB: Iwan Ketan
http://www.iwan- ketan.co. cc
SMIL-E TRAINER (MindLearningCenter)
Promo Gratis Traininig untuk Negeri informasi
http://traininguntu knegeri.blogspot .com
__._,_.___
Minggu, 18 April 2010
Shalat itu ujian keimanan kita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar