Satu hari lagi telah Bowo lalui dengan hiruk-pikuk dan riuh-rendahnya kota besar. Anak dan istrinya sudah berada di alam mimpi sejak sejam tadi. Bowo merebahkan diri di ranjang. Ia membenarkan posisi berbaringnya dan mulai menarik selimut. Bowo mulai berdoa dan mulai memejamkan mata. Lalu, mulailah berseliweran lintasan demi lintasan itu di kepala Bowo...
"Tadi siang itu, mestinya saya katakan tidak pada Mr. Cheng, tapi mengapa juga ya kok saya sampai mengatakan ya..?"
"Duh Gusti, sepertinya perintah saya kepada Alex tadi siang salah. Apa ya dampaknya pada timnya?"
"Walaah! Kok bisa-bisanya saya tadi hanya bisa diam diperlakukan seperti itu?!"
Apa yang terjadi pada Bowo di atas, sangat mungkin juga terjadi pada diri kita. Sejalan dengan berlalunya waktu, kita menyadari telah terjadi berbagai hal yang tidak sebagaimana yang kita harapkan. Kejernihan pikiran dan perasaan, kemampuan dan kekuatan maksimal atau peak performance, justru muncul di saat yang tidak tepat. Malah, di saat yang sudah terlambat.
Fenomena di atas sebenarnya terbilang normal. Namun demikian, apa jadinya jika fenomena itu menjadi makin sering dan makin mengganggu diri kita?
Fenomena ini dikenal dengan sebutan l'esprit de l'escalier, ataustaircase wit, atau treppenwitz, atau dalam bahasa Indonesia"kecerdasan yang terlambat".
Fenomena ini muncul karena ada kesenjangan antara pengetahuandan keterampilan, antara knowledge dan skill. Bukan karena kurangnya knowledge tapi karena kurangnya skill.
Dari kasus Bowo di atas, apa yang terjadi pada dirinya adalah sebagai berikut:
1. Bowo sebenarnya tahu, tapi ia gagal mengoptimalkan pengetahuannya pada saat dibutuhkan.
2. Sebagaimana manusia normal lainnya, Bowo baru memanfaatkansebagian kecil dari potensi yang ada pada dirinya.
3. Dalam empat tingkatan ilmu yaitu a)tidak tahu kalau tidak tahu, b)tahu kalau tidak tahu, c)tahu kalau tahu, d)tidak tahu kalau tahu, Bowo sebenarnya sudah berada di tingkat d. Itu artinya, Bowo sudah sangat dekat dengan puncak performanya. Apa yang belum dicapainya adalah sebuah kesadaran.
KNOWLEDGE IS POWER
Kata-kata itu diungkapkan oleh penggagas pendidikan modern, Sir Francis Bacon. Apa yang dikatakannya adalah benar, yaitu"pengetahuan adalah kekuatan". Belakangan, frase ini dikritisi oleh banyak orang dan mulai digantikan dengan "tindakan adalah kekuatan".
Apa yang dimaksud oleh Sir Francis Bacon dengan "knowledge is power", adalah kekuatan maksimal dari pengetahuan, yang bisa dicapai dengan memenuhi syarat, yaitu memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menggunakan pengetahuan.
Sesungguhnyalah, setiap tindakan pasti didasari oleh pengetahuan, sebab setiap tindakan didasari oleh keputusan. Dan keputusan adalahpilihan dari pengetahuan- pengetahuan tentang alternatif-alternat if.
MANUSIA NORMAL BARU MEMANFAATKAN 10% POTENSI DIRI
Berbagai riset dan studi menunjukkan bahwa rata-rata orang baru menggunakan 10% dari potensi maksimal yang ada dalam dirinya. Dan terbukti, berbagai kendala dan hambatan pada diri rata-rata orang, tidak disebabkan karena kurangnya pengetahuan, melainkan tidak tahu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pengetahuan.
Pengetahuan erat hubungannya dengan makna-makna. Dan makna, erat hubungannya dengan kata-kata dan bahasa. Segala sesuatu dimaknai dengan bahasa dan kata-kata.
Dalam bahasa Inggris, ditemukan tidak kurang dari 250.000 kata. Rata-rata orang yang menggunakan bahasa Inggris, hanya terbiasa menggunakan sekitar 30.000 hingga 50.000 di dalam kehidupannya. Dalam bahasa tertulis, mereka hanya terbiasa menggunakan sekitar 10.000 kata dan dalam bahasa lisan mereka hanya terbiasa menggunakan 2.000 sampai 3.000 kata saja.
Dalam bahasa Indonesia, ditemukan tidak kurang dari 100.000 kata. Pada awlanya, bahasa Indonesia hanya terdiri dari 28.000 kata, kemudian berkembang menjadi 62.000 kata pada tahun 1987, dan menjadi 72.000 kata pada tahun 1992, dan menjadi 80.000 kata pada tahun 2002, dan menjadi sekitar 100.000 kata di masa sekarang.
Dengan perkembangan kosa kata yang demikian pesat, berapa kata yang Anda gunakan setiap hari?
Maka sekali lagi: Tindakan dilatarbelakangi oleh keputusan, dan keputusan dilatabelakangi oleh pilihan, dan pilihan dilatarbelakangi olehpengetahuan, dan pengetahuan dibangun dengan makna-makna, dan makna-makna, diorganisir dengan bahasa dan kata-kata. Knowledge is power.
PERFORMA BISA DIDONGKRAK BERKALI LIPAT TANPAMENAMBAH PENGETAHUAN
Sebab yang lebih sering terjadi, adalah bukan kurang pengetahuanmelainkan kurang keterampilan. Kurang terampil dalam mengeksekusi dan memanfaatkan pengetahuan. Dan tentu saja, seperti yang Anda pikirkan, performa bisa didongkrak menjadi makin dahsyat jika dibarengi dengan menambah pengetahuan dan keterampilan sekaligus.
Sekarang kita berfokus saja pada potensi yang ada pada diri Anda saat ini.
Pengetahuan Anda bisa dipastikan telah sangat luas dan dalam, sebab Anda sudah sekolah dan belajar baik secara formal maupun informal selama Anda hidup. Pengetahuan itu sudah terhimpun demikian banyak di dalam diri Anda. Ketahuilah satu hal, kendala Anda lebih banyak disebabkan oleh kurangnya keterampilan dan bukan oleh kurangnya pengetahuan.
Bagaimanakah caranya kita bisa mendongkrak performa tanpa langsung menambah pengetahuan? Bagaimanakah caranya mendongkrak performa sekian kali lipat hanya dengan apa pun yang Anda miliki sekarang?
Untuk mengasah keterampilan ini, apa yang kita perlukan adalah menyelami berbagai hal yang menjadi sebab dari kurang terampilnya kita dalam mengeksekusi dan memanfaatkan pengetahuan. Dengan memahami berbagai sebab ini, kita akan memiliki gambaran tentang apa yang perlu kita lakukan mulai sekarang, untuk meningkatkan performa.
Berikut ini adalah sebab-sebab dari rendahnya performa, terkait dengan kurangnya keterampilan - padahal memiliki pengetahuan. Saya ambil dari materinya Ken Ward seorang Mind Techniques expert.
Sebab #1 - Terlalu Tegang atau Terlalu Santai
Terlalu tegang karena khawatir, takut, menghadapi sesuatu dengan tiba-tiba, atau berada dalam sebuah keterpaksaan, akan membuat Anda kehilangan keterampilan. Dampaknya tentu saja, penurunan performa.
Misalnya, jika Anda telah menguasai materi untuk presentasi, tapi kemudian Anda menyadari bahwa dalam audience Anda ada orang-orang yang "menakutkan". Anda bisa kehilangan kata-kata.
(Namun demikian, akan tetap ada event dan situasi, di mana ketegangan justru diperlukan untuk meningkatkan performa, misalnya dalam olah raga.)
Terlalu santai, mengantuk misalnya, juga bisa menurunkan performa karena kehilangan keterampilan. Penurunan performa juga bisa terjadi saat Anda berada di bawah pengaruh obat atau minuman.
Sebab #2 - Terdistraksi atau Tidak Fokus
Saat perhatian Anda terpecah, performa Anda akan turun. Distraksi seperti ini bisa terjadi secara internal atau karena pengaruh dari luar. Anda bisa terdistraksi jika pikiran Anda berfokus pada hal lain selain yang mestinya Anda kerjakan. Anda juga bisa terdistraksi karena suasana dan situasi yang tidak mendukung, misalnya terlalu ribut, hiruk-pikuk, atau suasana sedang kacau-balau. Distraksi juga bisa muncul karena pikiran-pikiran negatif Anda.
Sebab #3 - Terpengaruh Kritik
Kritik, baik oleh diri sendiri atau oleh orang lain, bisa sangat berpengaruh pada performa Anda.
Sebab #4 - Kurang Percaya Diri Atau Terlalu Percaya Diri
Kurang percaya diri, bisa sangat buruk pengaruhnya pada performa. Bahkan, kurang percaya diri bisa membuat performa Anda bernilai nol. Sebab, sampai tingkat tertentu, kurang percaya diri bahkan membuat Anda tidak melakukan apa-apa.
Terlalu percaya diri juga bisa berdampak menurunkan performa. Bahaya terlalu percaya diri bukan ada pada bagaimana Anda melakukan apa yang mestinya Anda lakukan, melainkan ada pada kemungkinan di mana Anda akan melakukan apa yang mestinya tidak Anda lakukan. Anda bisa menyimpang dari misi awal Anda. Gawatnya, saat Anda menyimpang itu, Anda justru memasuki wilayah di mana pengetahuan Anda justru kurang.
Sebab #5 - Self Handicap
Self handicap berasal dari berbagai kesimpulan negatif yang Anda tarik setelah melakukan berbagai tindakan.
"Ah, sepertinya saya tidak cocok di situ."
"Ah, kayaknya gue nggak bakat."
"Dah gue coba, tapi kok jelek kayaknya."
Anda masuk ke siklus buruk ini sekali lagi. Anda malah memperkuatnya. Padahal Anda bukan tidak bisa, Anda cuma perlu stamina untuk berlatih menaikkan keterampilan.
Sebab #6 Kurang Latihan
Ya. Anda tahu persis harus bagaimana, tapi sebagai keterampilan, letaknya baru di leher ke atas. Kata orang, belum holistik.
Saya selalu yakin, bahwa kita adalah manusia normal dan biasa. Tapi untuk menaikkan performa, Anda harus menjadi manusia luar biasa. Dan untuk mencapai performa yang lebih baik berkali lipat, investasi awal Anda adalah menjadi terampil dalam menggunakan pengetahuan. Anda bisa mencapainya, dengan hanya tetap menjadi Anda yang sekarang.
Jangan mau jadi manusia biasa. Jadilah luar biasa!!!
Semoga bermanfaat.
Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://www.motivasi -komunikasi- leadership. co.cc
http://www.facebook .com/motivasi
Rabu, 21 April 2010
Sebagai Manusia Biasa, Anda Bisa Luar Biasa!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar